Makan Apa di Bali? (2)

Setelah seri pertama Makan Apa di Bali dan sedikit info untuk Makan Apa di Singaraja, mari dilanjut dengan info makan di sekitar Denpasar, siapa tahu bisa jadi pilihan.

Sebenarnya berapa budget makan di Denpasar, secara ini kota besar dan banyak turis pula. Jangan takut soal mahal, itu mah tergantung pilihan. Kalau mau ngirit, 25 ribu cukup untuk makan sekali. Mau ngirit lagi, masuk aja ke convenience store dan beli pop mie 😛 Tapi dimana letak liburannya kalau makanannya sama kaya sehari-hari 🙂

image
Pilihan sarapan di hotel

Untuk sarapan, pertimbangkan worth to try ngga sarapan di hotel, karena harga kamar ada yang termasuk sarapan. Kalau mau hemat ya cari aja di sekitar hotel, cek dulu ada ngga. Kalau meragukan siapkan roti kering atau pop mie (eaaa balik lagi :D). Sarapan di hotel baik yang disediakan maupun dipesan, bisa macam-macam selama saya menginap di Bali. Ada yang hanya berupa nasi goreng, atau selapis roti dan buah. Biasanya dapat begini kalau di hotel kecil (losmen mungkin) atau kalau sarapannya take away karena mesti pagi benar berangkat. Lainnya ya paket lengkap  Indonesia main course (nasi putih – nasi goreng – mie goreng/bihun goreng/kwetiaw goreng – lauk – sayur), western (kentang – sosis – tomat), side dish (sop – bubur ayam – soto), aneka roti dan kue, selada dan buah, aneka cereal, stand pancake atau omelette, lalu stand makanan khas. Minuman biasanya jus buah, teh kopi dan susu.

Untuk makan siang karena biasanya dalam perjalanan, berhentinya suka sembarangan. Kalau mau aman pilih yang setidaknya ada pengunjung lain atau ramai. Memang tidak menutup kemungkinan sih yang (saat itu) sepi juga enak dan harganya wajar. Selain mengandalkan sign rumah makan yang dilewati, Google Map juga memberi info rumah makan apa di sisi jalan yang kita lewati, mulai dari yang besar sampai warung kopi. Paling gampang ditemui chinese food, harganya juga terjangkau. Nasi campur bali ada, tapi tidak sering bisa ditemui. Ngga kami hampiri karena pasti pedas, untuk anak-anak tidak cocok.

Bali memang terkenal dengan nasi campur bali dan betutu, keduanya sama pedas dan full bumbu. Buat yang boleh makan babi, Bali adalah surga karena umat Hindu dilarang makan daging sapi, sehingga aneka kreasi babi ada disini. Mulai dari kerupuk, sosis dan bakso. Kalau mau yang non-babi bisa coba ayam atau bebek betutu, dan aneka olahan ikan.

Untuk yang suka babi banget, iga babi alias pork ribs bisa jadi pilihan. Masalahnya, semua turis, terutama bule, suka dengan rasa dan porsi besarnya. Jadinya yang terkenal seperti Naughty Nuri’s di Kerobokan itu rame banget. Mana jalan sempit, macet, dan jam 7 malam aja antrian sudah mengular sampai ke jalan. Chaos pokonya, dan ngga ngebelain deh.

image
Waroeng Wahaha

Ada juga Waroeng Wahaha di tepi jalan Sunset Road. Lewat jam 7 juga rame banget, dan duduk menunggu panggilan oleh pegawainya. Ada tempat parkir luas, dan setelah berhasil masuk baru tau ada pintu belakang, yaitu di jalan Bali Deli. Kalau mau ngga ngantri, makanlah di jam ngga wajar, alias belum waktunya makan. Prinsip ini berlaku dimana-mana 😀

image
Suasana di Wahaha

Wahaha menjual aneka makanan dari babi dan non babi. Yang terkenal pork ribs dipadu kentang dan salad kubis. Iganya dioles bumbu barbeque dan dibakar, dagingnya empuk. Lalu ada crispy ribs, ini iga mini goreng tepung dicocol saus barbeque. Nasi goreng sosis babi tampil cantik lengkap dengan sate dan telur. Tapi yang outstanding, terus terang, siap-siap ya,

hamburgernya.

Dagingnya dari sapi australia, sangat empuk, juicy dan gurih. Tebalnya ada 3 cm, makan ngga bisa sekali karena selain ukuran jumbo, pelengkapnya french fries dan salad kubis. Nilainya 10 deh 🙂
image

Yang jadi favorit adalah cemilan berlemak tinggi kerupuk rambak babi merk Rejeki. Langsung sebut nama aja, soalnya yang enak cuma ini. Biasa beli di Surabaya, lah di Denpasar kok harga sama 😀 Tapi ada ukuran jumbonya, dan waktu melewati daerah Tabanan menuju ke Gilimanuk, nemu sign perusahaan rambak ini, jalannya agak masuk ke dalam. Hmm..boleh lah sekali-kali berkunjung. Rambak babi enak karena dia punya dua lapis kulit, yang pertama teksturnya seperti rambak sapi atau kerbau, yang lapis kedua adalah lemak yang sudah kering atau biasa disebut sancam. Ini sih beli berapa bungkuspun bakal habis 😀

***
IndriHapsari

2 comments

  1. Adanya berbagai ajaran dari bermacam aliran kepercayaan di dunia ini mungkin sedikit banyak menjaga populasi beberapa hewan.

    Cuman bingung juga apakah menu masakan Bali itu memang mahal yah? Pernah makan siang di deket Citraland Surabaya pake nasi campur Bali harganya nyampe 50ribu lho… hehehe. Padahal dibelikan sate kambing biasa bisa dapet 20tusuk +nasi+minumannya…

    Saya jg makan bab1 sih… tapi perasaan harga dagingnya malah lebih murah dari daging sapi tuh di Surabaya. **Indri ini tinggal di Bali yah? ^_^

    • Ada sih Pak yang di Karang Empat tuh 30 rb, jadi ke depot2 gitu apa pura, bisa lebih murah. Kalau di mall emang mihil. Oh sy ngga tinggal di Bali Pak, kelayapannya aja ke sana 😀

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s