Sebelumnya sudah saya bahas tentang Koenakoeni Restaurant, rasa dan penyajiannya ok. Lalu kami juga ke The Hills yang menjanjikan pemandangan Semarang dari atas. The Hills ini mengingatkan pada The Valley di Bandung, dari ketinggian lihat pemandangan kota, sambil makan menu Eropa.
Lalu dipikir-pikir, ngapain ya makan yang di Surabaya juga ada, atau di kota lainpun ada. Maka semangat wisata kuliner kali ini, cari yang unik khas Semarang.
Baru touch down stasiun Tawang (duileee…bahasanya :D) kira ke Sate dan Gule Kambing 29, depan gereja Blenduk. Gereja yang punya kubah mesjid ini berada di kota lama Semarang. Bangunannya unik, jalannya sempit dan berpaving. Depotnya juga terkesan lama gitu, tapi pengunjung siluh berganti memenuhi tempat yang ngga gitu luas. Pegawainya banyak, cuma pesanan nyampe agak lama. Ya iyalah, coba sana bantuin yang ngipasin kalau mau cepet 😀
Beda dengan di Jawa Timur, gulenya lebih soft rasanya dan lebih encer kuahnya. Dagingnya sudah dilepas dari tulangnya. Sate kambingnya lebih berasa chinese food daripada arab food. Empuk dan besar. Yang unik adalah aate buntel, isinya daging cincang, dibungkus kulit dan lemak, rasanya ya hmm banget, enak. Nemu juga minuman unik.ini, namanya Sarparela bikinan Yogya, rasanya kaya rootbeer merk terkenal.
Makan selanjutnya di Cimory daerah Ungaran sana. Bertempat di Semarang atas, konsepnya sam dengan Cimory yang di Puncak. Cuma kalau di Bogor rame sama orang Jakarta, yang disini kalem ngga gitu banyak orang. Masuk pertama dicegat dengan Cimory Shop, kalau mau beli yoghurt dan susu Cimory bisa disini, sama snack-snack curah lainnya. Eh ada es krim dan susu soya juga. Trus ada Chocomory, kalau yang ini khusus coklat. Yang kami incar mesti matchanya alias coklat green tea, karena rasanya mirip Kit Kat green tea. Mau coklat batangan atau model foodbar ada. Rasa lainnya ada cashew sama almond. Trua yang enak juga chocolate button, ini buat bikin coklat panas. Tinggal seduh, dapet deh minuman coklat kental yang kerasa banget coklatnya.
Bagian berikutnya adalah restoran tiga tingkat, penuh dengan ornamen hitam putih khas sapi. Aneka macam minuman dari susu, snack dan makanan berat khas barat ada disana. Kalau turun lagi dan bayar tiket masuk, kita bisa liat kebun kecil, peternakan sapi, ayam dan kelinci. Anak-anak pasti suka deh, ngasih makan kelinci atau mainan aja di playgroundnya. Oya tiketnya bisa ditukar dengan produk Cimory.
Malam Sabtu dan Minggu di Semarang ngga lengkap tanpa berkunjung ke Pasar Semawis. Pasar yang terletak di Pecinan ini bisa ditelusuri dari ujung ke ujung, mayoritas menjual makanan. Maunya sih nyari yang khas, berakhir dengan sosis bakar, ngo hiang ayam, nasi campur babi, jeruk peras, buah potong, tahu gimbal, mie singapura..eh banyak juga ya 😛 Penjualnya sudah siap buat take away, pengunjung bisa makan sambil jalan, atau duduk di kursi dan meja plastik yang tersedia di sisi sebrangnya. Makanannya kebanyakan internasional, termasuk yang sekarang beredar di mall Surabaya. Aneh juga, karena pas ke Citputra Mall di Simpang Lima, malah kalah lengkap sama Pasar Semawis.
Oya, sama di Semarang ini banyak banget ya resto atau stan yang jualan aneka minuman dari teh. Apa memang pusatnya kebun teh, atau orang Semarangnya suka minum teh, yang pasti enak-enak. Idola saya teh poci, dimana – mana kalau ada pasti pesan itu. Disajikan di teko kecil dari tanah dengan dua gelas kecil, trus minumnya pake gula batu. Hmm..semakin lama tehnya makin kental dan legit. Kalau kopi nemunya di Pondok Kopi di Umbul Sidomukti, seperti pada postingan sebelumnya. Barengan dengan tempe mendoan, roti bakar spesial.yang enak banget, dan tahu serasi bandungan yang teksturnya halus dan padat.
Bakmie Hap Kie yang dikasih rating tinggi di tripadvisor ini rasanya soft kalau dibanding lidah jawa timur kita. Jadinya enak iya, tapi ngga istimewa. Makan satu yang spesial kenyang banget, karena isinya 2 pangsit rebus, setengah siomay goreng, dua bakso kecil, kekian dan daging cincang.
Sarapan kita ke dua Kedai Beringin. Serius, yang satu rumahnya di jalan Beringin, yang satu restonya di jalan Tanjung. Yang di rumah bikin masakan Indonesia, kita nyobain nasi dan lontong opor, galantine, nasi ayam goreng, botok jamur dan orak arik peda. Enak semua, hommy juga suasananya. Pegawainya juga ada banyak dan layanannya cepat.
Nah yang di resto juga penuh dikunjungi, dan tempatnya emang luas. Nyobain bebek panggan dan nasi hainan, bistik sapi, udang mayonaise dan dimsum. Ini ya sama, enak semua, pantes di tripadvisor ratingnya tinggi. Minumnya dong, jus fat loss dan diabetes dua 😀 Isinya berbagai buah dengan berbagai khasiat. Kita juga oesan singkong keju dan yang keluar getuk keju. Gapapa, yang ini habis juga 😀
Padahal Semarang kan kota pantai ya, ngga afdol kalau ngga makan seafood. Dulu pernah ke Kampung Laut di utara Semarang, tempatnya guede, terbuka, menghadap tamvak. Makanannya juga banyak ragamnya. Kalau yang Krabe ini lebih kecil, letaknya di jalan Gajah Mada. Makannya pake daun pisang gitu ngga pakai piring, konsepnya seperti Holy Crab di Jakarta. Kami nyobain udang saus telur asin, kepiting saus singapore dan ikan bakar mutiara. Sama, enak semua, trus harganya separo Surabaya. Wah, boleh juga nih 🙂
Soal oleh-oleh, yang lumayan baru ya tahu bakso. Di daerah Ungaran tuh banyak, dan memang enak. Cuma di Surabaya ada yang bisa bikin dengan rasa yang sama, jadi ngga khaa lagi. Karena itu balik lagi ke lumpia atau lunpia semarang. Dan meski di sepanjang jalan heboh dengan promo lunpia terbaru, tetap aja baliknya ke Loenpia Mbak Lien di jalan Pemuda, depan plaza Sri Ratu. Masuk aja ke dalam, bisa makan disana plus beli oleh-oleh. Lunpianya ada rasa udang, ayam dan spesial, harga dari 11 ribu sampai 13 ribu per potong. Kalau mau pesan untuk luar kota bisa, hubungi aja nomor ini. Kalau dibawa biasa, tahan 2 hari tanpa kulkas. Bisa pilih yang basah apa goreng. Soal rasa sih, belum ada yang bisa nyamain, termasuk merk lainnya.
Rasanya pulang dari Semarang pasti nambah berat badan 😀
***
IndriHapsari