Panti Wreda, Rumah Baru Para Lansia

Pemandangan itu selalu sama. Sekelompok oma dan opa, lebih banyak oma, datang bersama di hari Minggu untuk mengikuti kebaktian pagi. Sebagian berjalan dengan pelan, yang lain tertatih, dan satu oma harus diiringi perawat karena sudah tidak dapat melihat dengan baik. Pada saat kotbah, ada yang menyimak dengan serius sambil sesekali mengangguk-angguk, namun para opa yang selalu berada di baris terdepan, biasanya sudah menunduk tertidur. Selesai kebaktian, mereka akan menunggu semua jemaat keluar menyalami pendeta, sebelum kelompok kecil ini akan memulai perjalanan pulang mereka ke Panti Wreda atau Panti Jompo.

Di Indonesia, keberadaan Panti Wreda dianggap sebagai tempat ‘anak durhaka’ menempatkan orang tuanya. Anak yang tak tahu diri, bukannya membalas jasa orang tua malah menjauhkannya dari anak cucu. Hal ini terkait dengan budaya timur yang erat tali kekeluargaannya, baik anak, orang tua dan lingkungan mempunyai pendapat yang sama, sehingga ketika anak atau orang tua memilih Panti Wreda sebagai rumah keduanya, lingkungan langsung menghakimi bahwa ini pasti anaknya yang tega.

Orang tua yang meminta? Ya, kemungkinan ini ada, dan saya salah satu yang termasuk di antaranya. Kelak di hari tua saya, jika cucu sudah besar dan anak makin sibuk, tidak ada pasangan hidup yang harus diurus, dan fisik sudah lemah, saya lebih memilih Panti Wreda sebagai tempat tinggal saya. Daripada saya mengganggu kegiatan mereka, menyebabkan mereka sungkan jika ingin bepergian ke tempat-tempat yang jauh sementara saya karena keterbatasan fisik malah menghambat mereka, maka lebih baik saya memilih Panti Wreda terbaik yang bisa saya pilih.

Jika di rumah anak saya selalu sendiri, karena anak sibuk bekerja dan cucu sibuk sekolah dan les, di tempat baru ini saya akan memiliki banyak teman, dari sesama lansia maupun perawat. Saya akan lebih terawat di sana karena selalu ada yang mengingatkan untuk minum obat, memandikan, dan memberikan tindakan medis kapanpun saya perlukan. Saya juga tidak mau diam saja di tempat tidur, tapi saya bisa mengikuti berbagai aktivitas yang disediakan oleh Panti Wreda. Senam, berdiskusi, membuat kerajinan tangan, menyalurkan hobi, membaca, dan lainnya. Ya, saya akan menabung untuk membayar Panti Wreda yang terbaik, inginnya sih tidak memberatkan anak dengan besarnya iuran. Kangen dengan anak cucu? Mereka bisa datang kapan saja, membawa saya kemana saja dan menikmati waktu bersama-sama.

Panti Wreda yang saya maksud tentu bukan sembarangan. Ada panti jompo untuk kepentingan sosial, dan ada panti jompo dengan pengelolaan profesional. Untuk yang sosial biasanya dikelola pemerintah atau lembaga keagamaan. Karena penghuni tidak ditarik iuran dan mendapat subsidi atau dana dari donator, maka jangan berharap banyak dengan fasilitasnya,

Dua kunjungan saya ke Panti Wreda di Jawa Timur makin membukakan mata saya tentang kegiatan para lansia tersebut. Kunjungan pertama ke Panti Wreda Bhakti Luhur yang berada di Sidoarjo. Berada di bawah yayasan Bhakti Luhur, Panti Wreda ini bertempat di kompleks yang sama dengan panti asuhan anak-anak yang cacat fisik. Karena merupakan lembaga sosial, bagi lansia yang masih memiliki keluarga, ada iuran yang harus dibayarkan meskipun tidak besar. Lainnya para lansia dapat tinggal secara gratis, dan dirawat oleh para biarawati yang juga tinggal disana. Tempatnya bersih, mereka memiliki aula besar tempat makan, membuat kerajinan tangan dan memajang hasil buatan mereka.

Kunjugan kedua adalah ke Panti Wreda Pangesti di Lawang, Malang. Berada di bawah pengelolaan yayasan Misericordia dengan pengelolaan profesional. Iuran ditetapkan bertingkat, tergantung kelas kamar. Hawanya sejuk, landscapenya bagus, sehingga terasa seperti mengunjungi villa.

Berbeda dnegan Panti Wreda Bakti Luhur yang diperuntukkan khusus wanita, di Panti Wreda Pangesti ini mereka menerima lansia pria dan wanita, dengan tetap tidak mencampurkan mereka dalam kamar yang sama. Setiap kamar, apapun kelasnya dilengkapi dengan CCTV, sehingga setiap lansia dapat terpantau dengan baik. Tempat ini selain memberikan layanan medis, juga memberikan layanan gizi, ambulans dan fisioterapi.

Secara mental saya sudah siap untuk menempati Panti Wreda pilihan saya. Namun terus terang yang belum saya persiapkan adalah menghadapi kehilangan teman yang pastilah akan sering saya alami di tempat tersebut. Apakah kelak saya akan menempatkan orang tua saya di Panti Wreda? Tanpa permintaan tulus dari mereka, saya tidak akan menawarkannya. Karena keterpaksaan itu akan membuat kesedihan yang tidak ada habisnya sampai ajal menjemput.

Referensi:
http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/panti-werdha-adalah-pilihan/
http://smulya.multiply.com/photos/album/185?&show_interstitial=1&u=%2Fphotos%2Falbum

SURABAYA


http://pantipangesti.yayasanmisericordia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53&Itemid=66

20130413-214719.jpg

Advertisement

17 comments

  1. SEMOGA BISA MENJADI LANSIA SEPERTI YANG KITA DAMBAKAN……………..MASIH ADA GUNANYA BUAT SESAMA………………DARI LANSIA MAGELANG ,087834361xxx

  2. Maaf pak mau tanya berapa biaya yg diterapkn di panti ini ?
    Klo ad kelas , kelas yg bgmn yg hrgany brp ?

  3. Saya ingin hidup saya tenang, saya ingin kenyamanan panti wreda itu pilihan saya. Saya ingin info lbh jelas. Tlg bantu saya saya gk mau merepotkan anak2 saya.

  4. Saya memasuki Panti Wreda Pangesti 6 bulan yang lalu. Saya memasukinya atas kemauan saya sendiri, saya membayarnya dari uang pensiun saya karena saya tidak mau ikut anak walaupun diminta oleh anak. Pertimbangan saya adalah saya tidak mau merepotkan anak. Saya sudah duda 80 tahun munjul ditinggal isteri 17 tahun yang lalu. Di Panti tersebut saya masih aktif membaca dan menulis, malahan saya membuat Bulletin Panti yang isinya segala mascam cerita dan bergambar. Bulletin tersebut merupakan Bulletin yang pertama. Saya membaca dan menulis di taman Panti. Saya sudah beberapa kali menciriteakan.tentang Panti dan berniat untuk menerbitkan Buku Tanaman Dan Buah-buahan di Taman Panti secara lengkap yang sudah saya mulai dengan Buah Sawo, Buah Palem, Bunga Sepatu dan Juwet. Untuk selanjutnya tanaman untuk makan dan obat. Kamar saya adalah nomer 17 A yang dihuni oleh 2 orang. Bulletin yang paling baru adalah tentang film The Nun’s Story yang dimainkan oleh Audrey Hepburn dan Perjalanan Ke Wina Austria dengan menginap di bekas perumahan biarawati yang dijadikan tempat penginapan bagi para turis di Wina dengan tetap mempertahankan originalitasnya, sederhana dan kamar mandi dan wc di luar. Saya mungkin satu-satunya penghuni Panti Jompo Pangesti yang tidak memandangnya sebagai Persinggahan Terakhir. Saya adalah seorang Muslim walaupun Panti Jomponya dikelola olh Komunitas Katolik

    • Maaf baru membalas Pak Hariyono. Wah senang sekali ada komen Bapak di psoting sy ttg Panti Wreda. Semoga bisa tetap aktif dan rencana2 Bapak terlaksana ya 🙂

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s