Entah mana yang duluan, tapi pastilah kita berada di antara masa depan dan masa lalu. Ketika dihadapkan pada kenyataan, hidup kita tak lama lagi, maka yang terpikir adalah : bagaimana nasib kita nanti.
Apakah kita sudah siap menghadapNya? Apa yang akan kita temui di sana, api atau surga? Bagaimana cara menghubungi orang-orang terkasih?
Ya, kita pun akan memikirkan, orang-orang yang akan kita tinggalkan. Bagaimana mereka tanpa kita? Bagaimana mereka menghadapi kesehariannya, pertumbuhannya, dimana biasanya kita yang akan mendampingi. Tapi sebentar tak bisa lagi.
Lalu mulailah kita mundur ke masa lalu. Apa saja perbuatan kita selama ini. Baikkah? Burukkah? Kepada siapa kita berbuat salah, atau sebaliknya, merasa dendam. Adakah urusan yang belum terselesaikan?
Akhirnya kita melihat diri kita saat ini. Apa yang bisa kita lakukan sekarang, entah persiapan, entah perbaikan diri. Berhitung dengan waktu, mulai susun prioritas. Mulai menghargai keberadaan orang sekitar, dan mulai meninggalkan kesia-siaan.
Karena ternyata hidup begitu pendek. Dan kesempatanpun cuma datang satu kali.
IndriHapsari
***
Gambar : ArToArt
saatnya mengoreksi diri dan mengisi detik-detik yg berlalu dgn hal yg bermanfaat sebagai bekal kelak menghadapNya
Benar Pak, kita jadi melihat prioritas lagi kalau waktunya dibatasi. Trims Pak Yudhi ^_^