Berhenti Merokok, Mau Ya?

20130515-071557.jpg

Meski tidak pernah merokok, namun merasakan asap rokok sudah menjadi hal yang umum kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi jika kita berada dalam lingkungan perokok. Di rumah, di kantor, di luar ada saja yang asyik dengan hisapan dan hembusannya. Kalau dihisap aja ngga apa kali ye, bagian menghembusnya itu loh yang suka bagi-bagi racun.

Berbagai perdebatan juga muncul, dari yang pro bilang ngga ada buktinya pengaruh ke kesehatan, meningkatkan devisa negara dan membantu rakyat banyak *yang terhubung dengan seluruh rangkaian rantai pasok rokok*. Yang kontra, tentu membahasnya dari masalah kesehatan pribadi dan orang-orang di sekelilingnya. Masalah devisa dan filantropi sih alihkan pada kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

Beruntungnya saya, meski orang-orang terdekat saya merokok, namun mereka cukup tahu diri untuk tidak merokok saat berdekatan dengan kami yang tidak merokok. Hanya dapat sisa bau rokok kalau sedang berbicara. Malah sekarang ini lingkungan saya bebas dari asap rokok, karena masing-masing pihak dengan kesadaran sendiri sudah berhenti merokok .

Kenapa berhenti?

Kalau Bapak saya karena ditemukan flek di paru-parunya, yang menyebabkan Beliau sesak pernafasannya dan membuat ngotot kerja jantungnya. Atas saran dokter, ya harus puasa, termasuk teh, kopi dan teman-temannya. Seorang teman, usia belum 30 juga sesak dadanya, sehingga dokter juga menyarankan stop merokok.

Kalau tidak sesak, bagaimana?

Justru kalau diberi tanda sesak, kita harus bersyukur karena fungsi peringatan dari tubuh berjalan. Tuhan menciptakan manusia begitu sempurna dan harus dijaga, bukan dengan memasukkan nikotin dan zat berbahaya lainnya ke dalam tubuh. Kalau fungsi sesak tidak berjalan, ya tunggu saja sampai tiba-tiba ditemukan penyakit lain yang setelah ditelusuri, ladalah, rokok ternyata.

Dari pengalaman penderita sudah pasti sengsara karena sesaknya nafas, menyebabkan tidur gelisah, bahkan tak bisa tidur. Tidur telentang salah, tengkurap salah, akhirnya cuma bisa miring, itupun masih megap-megap. Begitu kurang tidur, waktu produktif jadi tidak optimal lagi karena kurang istirahat. Kalau buat wanita, akan ada efek ke janin yang dikandungnya, selain masalah paru-paru tadi.

Sedangkan dari orang di sekitar, selain menjadi perokok pasif, mereka juga terganggu tidurnya *karena si perokok berat ini bunyinya ‘ngik..ngik..ngik’ karena sesak*, ikut bolak balik ke dokter, dan tinggal tunggu saja jantung penderita kecapekan bekerja karena kekurangan oksigen, selanjutnya, ya tinggal nama. Kehilangan orang yang dicintai itu cukup berat lho, apalagi pasti sudah banyak cita-cita di masa depan. Iya, setiap orang pada akhirnya mati. Tapi dengan cara bagaimana, mati pelan-pelan atau mendadak, mau ngga mau terpengaruh dengan gaya hidup kita.

Jadi berhenti merokok itu penting.

Dan berhentipun ngga bisa cara progressif, misal hari ini satu bungkus doang, minggu depan setengah bungkus dan makin lama makin terkurangi. Dari pengalaman teman-teman dan keluarga, cara radikal adalah yang paling manjur. Stop merokok, bahkan untuk sebatangpun.

Godaan untuk merokok lagi bisa diatasi dengan mengubah mindset, termasuk dengan hypnotherapy. Fokus pada hal lain agar terlupakan keinginan untuk merokok, termasuk ngebayangin yang serem-serem. Untuk mengatasi mulut yang terasa asam dan nganggur karena tidak merokok, bisa diatasi dengan makan permen yang sugar free dan ngemil buah. Semuanya harus diimbangi dengan olahraga.

20130515-195132.jpg

Godaan terbesar tentu dari lingkungan. Sekitar kita, teman-teman baik merokok, masa kita ngga? Sebelum memikirkannya, pastikan bahwa teman-teman kita itu mau membayari ongkos dokter dan menjamin kehidupan keluarga kita kalau kita meninggal karena kanker paru-paru. Tapi tetap saja ngga bisa memindahkan rasa tersiksa karena sesak nafas.

Contoh suksesnya adalah suami yang sudah bertahun-tahun berhenti merokok, jadi saya bisa bilang bahwa berhenti merokok itu mungkin, asal dengan kemauan yang kuat. Merokok sejak jaman kuliah dengan alasan udara Bandung yang dingin, bisa dilihat hasilnya setelah berhenti merokok dia tambah gemuk, tapi ya tambah ganteng *tidak melayani protes*. Tidak makin melar karena secara rutin berolahraga.

20130515-071154.jpg
(sumpe, not my hubby ^_^)

Jadi, berhenti merokok, mau ya? Ya? 😀

20130515-072043.jpg

***
sumber gambar : pinterest.com

6 comments

  1. perokok berat itu baru mau berhenti kalo udah kena penyakit. Jgn lupa juga saat berhenti merokok akan ada efek balik penghapusan nikotin dlm tubuh. Itu berat sebenernya. Seluruh tubuh terasa sakit saat awal2 berhenti merokok. klo saya kmaren seminggu setelah berhenti, tensi darah naik, batuk2, nyeri otot dll. Yg menyebalkan itu nafsu makan jadi gila-gilaan.. ngantuk lebih cepat. Tp saya bersyukur karena bila nafsu makan msh baik, berarti gak ada pnyakit serius dlm tubuh.

    • Iya, sama tuh ky suami. Permennya mesti milih, ntar jd duabet ..wkwkwk..tp masa2 itu akan berlalu kok. Skrg dia ngga makan permen lg, udah biasa 🙂

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s