‘Bu, Ibu salah beli kecap lagi ya?’
Saya, yang merasa sudah beli kecap manis sesuai pesanannya Mbak, tentu saja menjawab kemarin saya sudah beli sesuai requestnya.
‘Tapi itu kecap manis pedas Bu.’
Ah? Saya cek, ternyata benar juga. Produsen kecap itu sudah berusaha kreatif dengan menambah variasi rasa manis pedas, tapi belum kreatif di masalah kemasannya. Ngga diganti. Sehingga pembeli model saya, yang hanya mengandalkan warna untuk mengingat suatu benda, terkecoh. Dan ternyata itu berlangsung sampai dua kali (kali ketiga, saya akan dapat mug.)
Kenapa sih malas untuk mengubah kemasan? Padahal kemasan itu penting lho. Sepatu Puma saja sampai berkali-kali menciptakan desain kemasan yang eco friendly sekaligus berdaya jual tinggi. Jadi sungguh bukan urusan main-main. Produk kita menjadi berbeda, menarik, dan ada rasa bangga saat membelinya.
Apa itu saja? Ada banyak sih, misalnya untuk menjaga produk dari kerusakan. Lalu membuat produk yang tercerai berai terkumpul menjadi satu. Contoh, pernah beli korek ketengan? Susaaah, jadi harus ada kemasan. Lalu memudahkan saat disimpan dan dipindahkan, dan menyimpan informasi bagi penjual, pembuat, saluran distribusi dan pelanggannya.
Berita yang saya baca dari Kompas cetak, malah bertolak belakang dengan fungsi kemasan yang saya jelaskan di atas. Ternyata ada juga fungsi lainnya, yaitu untuk mencegah orang membelinya. Hah, kok bisa? Apalagi kalau bukan masalah rokok, dengan Permenkes no 28/2013 yang mengatur soal kemasan rokok. Selain mencantumkan bahaya merokok di kemasan, akan ditambahkan keterangan lain, dan ada gambarnya kanker tenggorokan, kanker paru atau kanker mulut. Kankernya lo ya, bukan penderitanya. Diharapkan dengan begitu muncul shock therapy bagi calon pembelinya.
Kalau menurut saya sih, sekalian dibikin kaya’ gini aja bungkusnya…
Gimana, pengaruh ngga? 😀
***