Makin meningkatnya produk yang dibutuhkan manusia, membuat energi banyak terpakai dan terbuang untuk hal-hal yang mestinya bisa dihindari. Salah satu perusahaan yang fokus terhadap masalah keberlangsungan (sustainability) adalah PUMA, perusahaan penyedia perlengkapan olahraga seperti sepatu, pakaian dan aksesoris lainnya. Mereka berharap dapat memberikan pada konsumen produk yang tidak hanya bergaya dan berkualitas tinggi, namun juga ramah lingkungan.
Misalnya PUMA menciptakan kotak sepatu yang berbeda dari biasanya. Pada video di link berikut, http://www.puma.com/cleverlittlebag dijelaskan PUMA meminta designer Yves Behar untuk merancang kotak sepatu yang baru. Setelah mencoba selama 21 bulan dan 40 proyotype, akhirnya tercipta clever little bag dengan warna khasnya, yaitu merah. Kotak sepatu ini terdiri dari kotak yang terbuat dari kertas dan tak perlu assembly, maksudnya tak perlu lem untuk merangkainya, dan tanpa tutup kotak sepatu. Untuk melindungi sepatu yang ada di dalamnya, maka tutupnya diganti dengan tas kecil yang bahannya ramah lingkungan, dan dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan.
Tidak hanya itu, rangkaian produk yang ramah lingkungan juga diberlakukan untuk produk lain seperti sepatu, t-shirt, jaket dan tas. Mereka menamakannya ‘close-loop system’. Produknya tersebut dapat hancur sendiri (biodegradable) atau dapat digunakan kembali (recyclable). Tujuannya agar terjadi pengurangan emisi karbon, penggunaan energi, air dan limbah sebanyak 25% pada tahun 2015, dan mengganti material produknya dengan katun organik dan recycled polyester yang lebih ramah lingkungan. Sepatu sebisa mungkin menghindari penggunaan kulit, karena penggunaan bagian binatang sebagai material akan meningkatkan penggunaan energi. Sementara untuk material yang tak dapat dihindari penggunaannya seperti logam, kain dan plastik dapat digunakan kembali untuk produk yang baru.
Contoh pada sol sepatu olahraga, PUMA kini menggunakan biodegradable plastic APINATbio, yang dapat terurai menjadi humus. Kemudian tas ranselnya (backpack) terbuat dari polypropylene yang dapat digunakan lagi untuk membuat tas yang baru. Jaket terbuat dari recycled polyester yang biasa digunakan pada botol plastik PET, yang dapat terurai menjadi polyester granulate, dan digunakan untuk produk lain. Campuran antar material dihindari, agar dapat lebih mudah terurai.
Saat pertama kali mengetahui berita bahwa PUMA sebagai perusahaan dengan merk internasional mulai mengarahkan fokus usahanya ke lingkungan, saya memprediksi akan ada perubahan yang besar dalam industri. Produk yang dikeluarkan menyasar isu negatif yang beredar dan mempengaruhi semua industri, bahwa mereka dituding sebagai pengonsumsi energi terbesar, sekaligus penghasil limbah perusak lingkungan terbesar. Dengan membuktikan keseriusan mereka terhadap isu tersebut, secara emosional konsumen akan membeli produknya sebagai penghargaan atas langkah yang ditempuh PUMA dan merasa ikut berjasa peduli pada lingkungan.
Namun yang menjadi pertanyaan, keseluruhan produk tersebut memiliki masa pakai yang rendah. Misal untuk sepatu merk SPORUT dari Spanyol yang disebut dengan vegan shoes, masa pakainya hanya 6 bulan karena materialnya dari serat sayuran, dan akan terurai menjadi humus. Pertanyaannya, sejak semula berarti konsumen sudah dihadapkan pada kenyataan : membeli produk yang tak tahan lama. Sehingga begitu tak bisa digunakan lagi, harus membeli kembali. Entah kalau di negara barat ya, namun di Indonesia masa pakai sepatu lebih dari 6 bulan. Untuk kekuatan selama masa pakai saya rasa produk-produk tersebut telah melewati serangkaian tes pengujian. Yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah ketahanannya, sehingga bisa dipakai lebih lama.
Sumber referensi dan gambar:
http://www.b4esummit.com/2013/02/puma-launches-first-‘closed-loop’-collection-of-products/
http://www.businessgreen.com/bg/news/2243190/puma-closes-the-loop-with-first-green-clothing-range
http://www.sustainablebrands.com/news_and_views/articles/new-puma-line-closes-loop-shoes-shirts-and-bags
http://www.ecouterre.com
Solusi Pintar 🙂