Sebelumnya kami pernah mengunjungi Museum Puri Lukisan di Ubud, dan berniat semoga suatu saat bisa mengunjungi museum lukisan milik Don Antonio Blanco (DAB) yang meski namanya Spanyol lahir di Manila itu. Awal agak ragu karena konon banyak lukisan telanjangnya. Tapi kemarin blusukan ke museum di Inggris ya banyak patung telanjang, dan ya biasa aja wong tujuannya edukasi. Jadi ya sudah diniati kesana.
Dari dulu Ubud itu selalu menyenangkan untuk dikunjungi. Hawanya dingin, jalannya naik turun, dan toko-toko kecil untuk turis berjajar rapi. Sepintas mirip dengan suasana saat kami ke Oxford, dengan jalan yang lebih lebar dan minus pohon-pohonan.
Museum Blanco sendiri terletak di atas bukit di daerah Campuan. Jalanan menanjak tajam setelah pintu gerbang, dan area parkir luas serta pemandangan di bawah menghiasi kediaman ini. Dijaga satpam sekaligus penjual karcis, tiket masuknya 30 ribu per orang. Karena masih jam 9 pagi hanya kami pengunjung di sana. Jalanannya lagi-lagi menanjak, dan kamj memasuki area lahan yang luasnya 2 hektar. Pohon-pohon rindang menutupi halaman, dan burung kakaktua, beo, dan rangkong yang nampak jinak bertengger di dahan.
Hasil karya DAB sendiri berada di bangunan utama yang nampak megah sekaligus muram. Kenapa ya, kali karena cat dindingnya merah maroon, lampunya ngga dinyalain, atap yang berbentuk kubah juga ngga banyak membantu. Benar saja, sekitar 70 persen lukisannya adalah wanita telanjang full atau setengah badan, dalam berbagai pose. Alirannya DAB jangan tanya ya karena saya bukan kurator lukisan š Tapi goresannya tegas, kebayang satu tube watercolor kayanya dikeluarin semua isinya lalu dengan kuasnya dia coret sana sini seperti asal, tapi kok ya mbentuk gambar yang bisa dinikmati. Sayangnya tidak seperti di Museum Pasifika yang isinya lukisan juga, atau Museum Puri Lukisan, keterangannya irit banget, bahkan judulnya ngga ada. Maksudnya karena ngga ada guide, mbok ya dikasih keterangan yang bisa kita baca.
Kalau mengikuti jalurnya, kita akan sampai ke foto keluarga. Oya, selama di dalam museum lukisan dilarang memotret. Baru di luar boleh memotret keluarga yang luar biasa ini. DAB menikahi Ni Rondji yang merupakan penari bali. Punya 3 anak wanita dan 1 orang pria, namanya Mario Blanco. Anaknya cakep semua. Yang Mario ini meneruskan bakat ayahnya dengan melukis juga. Lukisannya semua tentang benda dan buah, kali sudah lelah melihat lukisan telanjang di masa kecilnya š Konon anaknya Mario, jadi cucunya DAB, juga punya bakat melukis.
Kami juga melihat ruang kerja DAB yang tetap dipertahankan seperti aslinya. Terdapat pemandu di setiap ruangan, yang saya merasa kok mendingan di museum lukisan juga ada ya, supaya tahu makna lukisannya. Katanya sih ada restoran, toko souvenir dan amphitheater juga, tapi ngga nemu. Toiletnya aja lucu letaknya di bawah. Secara keseluruhan jadi membayangkan dengan high maintenance seperti ini (taman yang harus dirawat, gaji pegawai, chef) balik modalnya kapan ya. Tapi emang di Bali banyak āorang gilaā yang cinta seni dan ingin membaginya dengan yang lain š
***
IndriHapsari