Kepingin kesana lagi setelah kabar keutuhan patungnya merebak. Turun dari Uluwatu ke Pecatu jam 1 siang, komplek parkir Garuda Wisnu Kencana atau GWK sudah penuh terisi mobil dan bus. Kami menunggu shuttle bus yang biarpun besar cepat terisi penumpang. Sampai area loket antrian telah mengular. Tiket masuk 80 ribu, ternyata bisa dibeli online dengan harga lebih murah.
Masuk ke tempat wisatanya harus jalan lagi dan menanjak. Syukurlah hari cerah dan kami melewati toko souvenir dan depot yang tertata rapi. Disambut dengan air mancur menari, pintu masuknya nampak bersahaja. Karena tempat ini dianggap suci, pengunjung yang menggunakan celana selutut harus menggunakan selendang kuning.
Setelah menaiki tangga ada kolam yang dinamakan Kura-kura Plaza. Naik lagi, ada Wisnu Plaza. Gampang menandainya, ada patung Dewa Wisnu setengah badan berdiri di atas bukit. Karena beserta Ibu yang sudah lansia, kami menggunakan lift untuk turun ke lantai 1. Disana ada Garuda Plaza, isinya patung kepala garuda. Oya kedua patung ini gedenya luar biasa ya, jadi ngebayangin berapa lama Nyoman Nuarta sang pematung membuatnya. Patung GWKnya sendiri sudah kelihatan dari kejauhan. Bawahnya seperti bangunan, dan tertinggi keempat di dunia ngalahin Patung Liberty di Amerika Serikat yang ‘hanya’ 85 meter. Patung GWK tingginya 120,9 meter, lebarnya karena ada sayap Garuda yang membentang, 64 meter. Tentu ngga ada material segede itu untuk diukir, jadi bagian patung dipecah menjadi 754 modul. Soal bahan juga dipikirkan bener. Kombinasi tembaga dan kuningan membuat warnanya jadi kehijauan karena proses oksidasi. Nyoman Nuarta nampaknya setengah seniman setengah insinyur, ini kan proyek engineering yang luar biasa rumitnya untuk dibayangkan dan dikerjakan.
Di hadapan Garuda Plaza ada kolam Lotus. Benernya sih kecil saja kolamnya (atau terpengaruh benda lainnya yang serba besar ya) tapi sekelilingnya yang bikin takjub. Ada batu gamping segede gaban bentuk kotak-kotak di kanan kirinya. Seperti bukit gamping yang dipahat supaya jadi dinding batu kaput yang luar biasa. Rumput di sekitar juga bersih dan rapi, sampai anak saya mengira ini rumput palsu.
Untuk fasilitas sudah lengkap dan bersih. Toilet ngga susah carinya, makanan ada food truck dan restoran, toko souvenir, cinema, dan segway buat kelilingan. Pengunjung difabelpun sudah ada fasilitas jalan yang landai ke sekeliling arena hingga toilet, juga ada lift untuk naik turun. Yang juga menarik ada pertunjukan tari, dan entah kenapa waktu kami kesana tidak diadakan di amphitheater, namun di Festival Park. Kami sudah niat sih mau nonton Tari Kecak, jadi nunggu sampai jam 6.30 sore. Posisinya PW nih meski duduk di bawah. Di hadapan ada patung GWK yang menjulang. Trus tarian sekitar 45 menit menceritakan asal mula kenapa Dewa Wisnu akhirnya menaiki Garuda. Kalau narasi yang dibacakan sekalian dengan bahasa Inggris, tentu lebih asyik.
Berikut brosur dari GWK, semoga tambah kepingin kesana 😊
**
IndriHapsari