Mumpung sedang Hari Pendidikan Nasional, mari saya bagikan informasi tentang mereka yang senang belajar.
Saya menganggap aktivitas belajar adalah kesenangan, hobi, gairah, atau apapun istilahnya. Belajar tidak terbatas pada hal-hal yang wajib kita ketahui (misalnya peran kita sebagai guru, atau orang tua yang harus mengajari anaknya) namun belajar juga menjawab rasa ingin tahu. Belajar membuka mata kita tentang hal-hal yang tersembunyi, sekaligus memancing rasa ingin tahu atas hal lainnya. Belajar yang bukan sekedar mencapai gelar, atau mendukung pencapaian. Entah menghias portofolio kita saat mengajukan diri menjadi caleg, atau mempesona pihak lain.
Lupakan dulu soal motivasi di baliknya. Yang saya ingin tekankan adalah belajar yang menjadi suatu keinginan dan kebutuhan.
Masalahnya kita sering sekali terlibat dengan kendala, misalnya saja kendala keuangan, waktu dan pemilihan tempat belajar. Namun sebenarnya semua itu bisa terjawab dengan hanya satu kata : internet.
Internet yang penggunaannya di Indonesia lebih banyak untuk acara suka-suka, sebenarnya menyimpan potensi yang luar biasa. Menghubungkan kita dengan banyak universitas terkenal di seluruh dunia yang mungkin selama ini hanya kita dengar namanya, dan membayangkan mutunya seperti apa saja juga hanya jadi mimpi semata.
Namun syukurlah, berkat Profesor Andrew Ng dan Daphne Koller dari Universitas Stanford, mereka membangun satu sistem Massive Open Online Courses (MOOCs) yang dapat menampung berbagai kursus yang akan dibagikan, pada mereka yang haus akan ilmu pengetahuan. Sistem yang beralamat di https://www.coursera.org/ ini memanfaatkan teknologi internet untuk memutar video, membuat quiz online, menyalurkan artikel dan e-book, berkomunikasi dengan peserta kursus, dan peserta kursus dapat mengunggah tugas maupun sekadar menyapa para instruktur dari berbagai belahan dunia. Terhitung 7.1 juta pengguna telah memanfaatkan 641 kursus yang ditawarkan oleh 108 institusi.
Apa saja yang bisa dipelajari? Ilmu yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari Fisika, Teknik, Farmasi, Biologi, Ilmu Sosial, Matematika, Ilmu Komputer, Bisnis, Seni, Sejarah dan lain sebagainya. Sebagai informasi, selain mengikuti kursus yang terkait dengan bidang yang saya tekuni, saya juga mengambil kursus tentang forensik. Bukan berniat menjadi pembunuh loh ya :D, tapi sebagai orang yang senang bereksperimen dengan fiksi, ingin rasanya membuat fiksi misteri yang terasa nyata, dengan mempelajari lebih detail struktur tubuh manusia.
Kursus biasanya berlangsung 5 hingga 9 minggu, sejauh dari yang pernah saya ikuti. Setiap minggunya akan ada keterangan berapa jam waktu yang dibutuhkan untuk melakukan semua to-do-list yang biasanya muncul di menu dashboard kita. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 jam per minggu untuk melakukan semua, namun dalam pengalaman dengan pencapaian persyaratan minimal, saya bisa melakukannya dalam 3 jam per minggu.
Sebenarnya ada yang saya korbankan dengan menyelesaikan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Saya tidak bergaul di Forum, yang mestinya menjadi ajang perkenalan dan komunikasi yang baik dengan seluruh peserta, dari seluruh dunia, yang berasal dari berbagai bidang. Selain itu, ibarat dicemplungin ke toko sepatu yang saya boleh ambil gratis semaunya, Coursera juga membuat efek panic buying. Enak saja klik sana klik sini ikut kursus yang menarik, kemudian bingung sendiri bagaimana bagi waktunya 😀 . Biasanya saya sempatkan membuat to-do-list setiap Senin untuk setiap kursus yang saya ikuti, kemudian memberi tanda pada apa yang sudah dan apa yang belum. Coursera bisa diakses melalui komputer atau gadget, karena aplikasinya sudah terdaftar di Google Play untuk Android dan Appstore untuk iOS.
Meskipun sebelumnya saya menekankan atas proses belajar, namun Coursera juga menawarkan sertifikat bagi yang telah menyelesaikan semua rangkaian kursus mereka dengan baik. Setiap kursus akan memberikan persentase pencapaian berasal dari mana, ada yang hanya berasal dari keikutsertaan, dan ada juga yang jawabannya dinilai tingkat kebenarannya. Jika kita menginginkan sertifikat itu lebih resmi, sehingga bisa menghiasi CV dan universitas yang bersangkutan juga mengakui kita sebagai salah satu peserta kursusnya, maka kita bisa menempuh jalur berbayar, yang dinamakan Signature Track. Kisaran biayanya sekitar lima ratus ribu rupiah per kursus. Jauh lebih murah daripada mengikuti kursus secara offline di universitas yang bersangkutan.
Dengan demikian, semoga tidak ada halangan lagi bagi kita yang ingin memperluas dan memperdalam pengetahuan ^_^
***
IndriHapsari
sumber printscreen dari browser pribadi
menarik informasinya Mbak..cuma mengalahkan rasa malas ini yg susah ya 🙂
Hahaha, sy malah kelimpungan bagi waktu krn kebanyakan ngeklik 🙂
apakah harus sign in dulu bu.
Ya, dan gampang saja kok, email sm password. Lalu bisa pilih2 utk ikut course. Tp kalau mau lihat2 saja bs langsung.