
Modelnya saya kalau ngajarin anak SD ulangan IPS seperti ini:
‘Rumah adat Papua adalah…’
‘Honai!’
‘Yak tul!’
‘Honai itu apa Ma?’
‘Rumah adat Papua.’
#NoIdea
See? Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. Orang tua yang tidak begitu paham sejarah dan geografi, menghasilkan generasi yang tidak paham (dan tidak peduli juga) tentang mata pelajaran ini.
Saya ingat dulu waktu belajar sejarah, isinya hanya menghapalkan tempat, tanggal dan nama peristiwanya, tanpa bisa membayangkan apa sih yang terjadi sebenarnya pada waktu tersebut. Terbantu memang dengan adanya film, terutama film wajib tonton tahunan seperti G30S/PKI, lalu ada film Wolter Monginsidi, dan film Sunan Kalijaga. Buku-buku tidak begitu membantu. Apalagi bicara museum, semua tidak menarik sehingga tidak layak kunjung.
Padahal jika dibandingkan dengan luar negeri, sejarah bangsa kita ngga kalah serunya, pun geografinya yang bakal membuat kita bangga. Sekali lagi semua karena cara mengkomunikasikannya beda, ngga serius, dan sama sekali ngga asyik. Boro-boro sejarah dunia, sejarah negara sendiri saja suka lupa.
Maka kalau ada film yang bisa mengetengahkan sejarah dengan mengasyikan, tentu kita jadi lebih ingat, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Mereka yang lahir saat jaman telah enak, dan sama sekali ngga mengenal siapa pahlawan-pahlawan yang sudah berjasa mengorbankan dirinya demi suatu tujuan.
Film animasi Mr. Peabody dan Sherman adalah jawabannya.
Tentu, karena dia produksi Dream Works yang Amerika punya, yang ia sajikan adalah sejarah dunia. Mulai dari Prancis, India, Yunani, Mesir, Italia dipadukan dengan apartemen modern milik Mr. Peabody, seekor anjing yang pintar. Jangan harapkan sejarah Indonesia muncul disini, meski Mr. Peabody menguasai ilmu hipnotis yang dipelajarinya saat di Bali.
Film ini meramu kasih sayang seorang ayah pada anak yang diadopsinya, yaitu Sherman. Sherman yang berantem dengan teman wanitanya, Penny, jadi seorang pembangkang yang bolak balik dimarahi dan diselamatkan Mr. Peabody. Topik tersebut diramu dalam kisah petualangan berbeda tempat dan waktu, dan bukan cuma ngapalin tahun dan peristiwanya.
Ketiga tokoh terlibat dalam setiap petualangan yang terjadi di jamannya. Seru dan kocak. Buat orang dewasa sekalian belajar sejarah, sedangkan anak-anak pasti ngakak. Adegan-adegannya berjalan cepat dan sulit diduga, pun teknik animasinya juga pantas kalau mengusung teknologi 3D.
Humor kata-kata bertebaran di film ini. Untuk orang dewasa, silakan mencerna vocabulary Mr. Peabody yang ngga biasa, khas orang yang terpelajar (gelarnya Dogtorian, dari Universitas Harvard, dan pemenang Nobel pula). Jokenya pun kelas tinggi, mengingatkan saya pada komik Dilbert yang ditayangkan di Jakarta Post. Yang mungkin bisa dinikmati anak-anak yang sudah bisa baca subtitle adalah plesetan kata.
Yang pasti, belajar sejarah dari film ini sungguh mengasyikkan. Mulai dari revolusi Prancis pas jamannya Marie Antoinette, penobatan Raja Tut, ketemu Leonardo Da Vinci, Perang Troya, kesamber petir bareng Benyamin Franklin, ketemu Einstein dan Newton, serta tiga presiden Amerika.
Ah, ngebayangin suatu saat Indonesia bikin film sejarah asyik seperti ini, boleh kan?
IndriHapsari
aaaak, kemaren kami gak milih nonton ini, malah nonton frankenstein. nyesel bener deh. HUhuhu..
Sy ngga berani nonton Frankenstein 🙂 Di rotten tomatoes dia dpt rate 7,7 dr 10 Pak, ada review jg yg ngasi dia nilai A. Rata2 positif sih, meski ada jg yg C+ (kaya bahasa pemrogaman ya 😀 )