Satu surat pembaca menyatakan keprihatinannya atas makin bebasnya pergaulan anak muda, terkait dengan kegiatan seksual mereka. Kemudian ia mengusulkan pada pemerintah, untuk melegalkan pernikahan dini.
Kalau sesuai peraturan pemerintah, pernikahan dini itu dilakukan saat wanitanya belum berumur 16 tahun, dan prianya belum berumur 19 tahun. Usia segitu, yang wanitanya baru masuk SMU, yang prianya baru lulus SMU.
Lalu, karena tak bisa mencegah nafsu, lebih baik dinikahkan saja begitu?
Pernahkah terpikirkan, kalau usia segitu masih sedang senang-senangnya bergaul, menuai pengalaman, dan mencari jati diri? Masih sibuk dengan dirinya sendiri, dan mencari segala sesuatu yang cocok, yang akan membuat ia percaya diri untuk menghadapi masa depan. Ini malah harus mikirin keluarga, entah pasangan yang harus dinikahinya, anak hasil hubungan tersebut, dan keluarga besar yang belum tentu juga akur. Modalnya belum ada.
Belum kalau mau bicara penghidupan. OK mungkin ada yang bokapnya konglomerat jadi mudah bagi mereka melengkapi hidupnya. Namun most of them, ya orang-orang biasa yang cita-cita aja masih bingung. Lagian kalau punya cita-cita, ya pasti lah pernikahan dini bakal menjadi sandungan dalam usahanya. Sedangkan para anak konglomerat itu biasanya menghindari pernikahan dini, karena ngapain mengikatkan diri dengan satu wanita/pria, wong yang lain siapa tahu ada yang lebih baik. Ya, uang bicara. Semakin banyak uang, semakin banyak pilihan š
Kasihan wanitanya jika belum lulus sekolah sudah sibuk mengatur keluarga kecilnya. Mau kerja juga kerja apa? Di pabrik sekarang para buruhnya sudah lulusan SMA, jadi persaingan kerja sangat ketat. Jangan bicara soal wirausaha, karena untuk itu perlu modal, ketekunan dan mental. Siapa yang mau mengajari mereka tentang itu semua? Jangan juga bicara soal rejeki ngga akan kemana. Ya, tapi Tuhan juga senang sama oang yang berusaha, bukan nangis-nangis dalam doa, tapi tidak berusaha atau memutuskan yang salah. Apalagi karena berdasarkan nafsu!
Akibatnya, menurut BKKBN sudah jelas, tingginya angka kelahiran pada usia muda dan perceraian. Hamil saat si ibunya belum siap, bapaknya pusing cari kerjaan, anaknya juga yang kasihan. Lahir ke dunia dengan keadaan orang tua yang kekurangan. Bukan dosa sih, tapi mbok ya kalau dititipin Tuhan itu berusahalah yang terbaik untuk anak-anak kita, agar ngga sengsara hidupnya.
Perceraian juga marak terjadi. Lah wong belum sreg kok, hanya karena nafsu jadi nikah sama orang itu. Coba kalau masa perkenalan lebih lama, lebih intensif, mestinya jadi tahu baik buruknya. Bukan seperti membeli kucing dalam karung. Mending kalau kucing, kalau kadal? š
Maka usulan menikah dini itu menurut saya seperti menjawab masalah dengan masalah. Jika pernikahan dilakukan hanya demi legalitas aktivitas seksual, bakal berapa banyak orang yang menikah sia-sia seperti ini. Menikah itu untuk sehidup semati sejiwa, karena itu jangan main-main karena urusan nafsu.
Jawabannya untuk mncegah seks bebas ya kendalikan nafsumu! Fokus ke kegiatan-kegiatan yang penting, melibatkan banyak orang, kalau bisa sosial. Saat itulah kita akan tersadarkan, masih banyak orang lain yang perlu mendapat perhatian, daripada ngurusin nafsu doang. Alasan dan cara pencegahannya bisa dilihat di artikel Hati-hati Jaga Bodi.
Jadi, hindari nikah dini. Menikahlah saat kau yakin itu saatnya, dan …itu orangnya š
***
IndriHapsari
penjelasan spt ini yg perlu disampaikan oleh orangtua ke anak-anaknya yg masih abg, mbak. juga lewat guru-guru di sekolah tentang akibat-akibat pergaulan bebas dan resiko pernikahan dini…mungkin bisa disisipkan pada saat pelajaran biologi saat membahas bab reproduksi
Iya pak, prihatin bgt ada yg mengusulkan menikah dini ke anak2 itu. Oya sy belum tautkan soal penanaman kesadaran mengenai aktivitas seksual bg remaja. Di sini inetnya lg lelet, pdhl sdh ganti kartu dan gadget. Makasih yah Pak Yudhi ^_^