Teknologi di Jepang itu bisa dibagi dua, untuk masa depan dan masa sekarang. Terpaksa nyebutnya teknologi juga meski bagi masyarakat Jepang itu biasa banget, karena di Indonesia hal kaya gitu belum ada.
Contohnya yang simple aja deh, sedotan. Sedotannya pendek tapi bisa dipanjangin. Meski rada repot bikinnya, kayanya dia bisa berhemat di material karena bahan sedotan yang luar lebih tebal daripada yang dalam. Kalau soal makanan kemasan jangan tanya, semua bisa dia kemas dan tahan lama, entah pakai metode vacuum atau lainnya.
Vending machine juga hal lumrah yang kita temui, dengan beragam pilihan jualan tiket, minuman, es krim, rokok, roti juga ada. Harganya variatif mulai 100 yen hingga 160 yen. Uang terkecil yang bisa dimasukkan 10 yen dan terbesar 1000 yen. Vending machine buat tiket berbeda tergantung operator keretanya. Tersedia dalam bahasa Inggris dan Jepang, dia bisa mengeluarkan tiket dewasa dan anak-anak yang separuh harga (hayo tebak apa bedanya pada gambar :D). Begitu dimasukkan ke mesin gerbang stasiun, kalau yang dimasukkan tiket anak langsung keluar sirene. Tanpa harus ada petugas yang nungguin gerbang ketauan dah penumpang curang apa ngga :D. Vending machine juga berguna untuk tukar duit kecil karena coin lockernya untuk koper perlu 500 yen dalam bentuk seratusan yen. Coin locker ini ada di setiap stasiun, ada yang model pake kunci biasa ada yang otomatis. Yang pasti inget-inget lokernya dekat sama gate yang apa, karena kalau ngga jadi ngelilingin stasiun nyariin letak lokernya. Iya kalau stasiunnya kecil cuma ada dua gate, ini gate bisa duabelasan dan tersebar kemana-mana 😀
Hal lain yang biasa banget disini adalah toiletnya. Dari awal udah tau kalau orang Jepang hardcore fans banget sama toiletnya 😀 jadi urusan ke belakang aja jadi banyak fiturnya. Di hotel tempat kita nginep dari bintang dua sampai empat, toilet di public facility, semua yang duduk pake semprotan depan dan belakang, bisa diatur water pressurenya, kehangatan airnya dan kehangatan dudukannya. Tisu toilet model yang satu layer dan langsung hancur begitu kena air. Flushnya yang rada macem-macem modelnya, ada yang otomatis mengalir pas kita berdiri, ada yang pakai sensor tangan, ada yang disentuh. Yang lebih gila lagi, ada toilet yang langsung mengeluarkan bunyi air mengalir dan cuitan burung, kali biar lancar pipisnya 😀 Tapi meski toiletnya canggih, selotan pintunya justru sangat simple dan potensi rusaknya kecil. Dibuat supaya orang ngga bingung gimana makenya dan pasti berhasil ngunci dan membukanya.
Kalau soal masa depan, meski masih berupa prototype, terlihat keseriusan mereka mengembangkan teknologi tersebut. Contoh soal energi terbarukan, beberapa halte sudah memanfaatkan solar panel untuk penerangan mereka. Di museum Miraikan ditunjukkan bagaimana pengubahan tanaman atau air menjadi energi yang ramah lingkungan. Cara mereka memilah sampah juga patut diapresiasi, ngga cuma membuangnya yang dipisah, tapi pengolahannya memang beda. Kalau di Indonesia masih lucu, sampah sudah dipisah, tapi pas diangkut dicampur lagi. Hanya beberapa kampung dengan pengelolaan swadaya yang mampu melakukan pembuangan yang terorganisir ini. Sekarang mungkin buang waktu banget, tapi jangka panjang bisa menghemat waktu dan yang pasti lebih ramah lingkungan. Contoh simple lainnya adalah pohon yang tumbuh di pinggir jalan diusahakan tumbuh lurus. Alasannya saya tebak mungkin untuk mempermudah perawatan, mengingat di Indo pohon-pohon terserah-lu-deh mau tumbuh menyamping juga boleh, yang menyulitkan pengendara karena tiba-tiba mesti menghindari julyran dahan yang masuk ke bahu jalan.
Soal space emang jadi masalah di Tokyo sebagai kota berpenduduk terbanyak di dunia (meski kalau dari tingkat keramaian ngga bisa ngalahin Jakarta :D) karena itu kalau ada space kosong disewain buat parkir mobil. Punya mobil di Jepang emang bikin repot. Taruh di rumah ngga ada garasi. Taruh pinggir jalan ngga boleh. Titip ke persewaan bisa 2000 yen semalam. Parkir di hotel basement sistemnya sudah tingkat gitu. Pom bensin selang pengisiannya menggantung semua, jadi ngga ada box pilihan premium, pertamax dan solarnya. Dengan cara gitu spacenya bisa dipakai untuk lebih banyak mobil.
Di Miraikan juga kita jadi tahu perkembangan dunia perobotan seperti apa. Semakin lama gerakannya makin halus dan semakin mirip manusia. Jadi ngga cuma menggantikan mesin, suatu saat ia akan bisa mengganti manusia terkait operasi maupun perasaan. Penjelajahan luar angkasa menjadi perhatian juga, apalagi tahun 2016 kepergian astronot dari Jepang jadi kebanggaan Jepang. Acaranya sendiri ditayangkan di natgeo apa bbc ya kalau di Indo, dan itu prestasi bener. Universitas Tokyo punya jurusan khusus untuk belajar space ini dan berusaha memperkenalkannya ke masyarakat umum lewat museum Miraikan dan Space Museum Ten-Q. Hal lain seperti pengobatan berdasarkan DNA juga mereka teliti, karena ternyata efek obat bisa macam-macam ke pasien, itu yang bikin ada yang cepet dan lambat sembuh, bahkan ada yang ngga mengalami perbaikan atau justru tambah parah.
Kalau di Toyota Megaweb concernnya ke kendaraan. Jadi ada mobil F1 yang sudah berlaga, mainnya di material body dan mesinnya. Kendaraan masa depan itu cuma bisa ngangkut sedikit orang, pake listrik dan tanpa setir. Karena ukurannya kecil dia jadi bisa nyelip-nyelip. Kalau kereta sudah tau deh gimana canggihnya Jepang mengatur jalur begitu banyak oeprator dan kereta yang berbeda, cuma berhenti 5 jam sehari. Listrik mesti stabil karena semua operasional memerlukan energi satu itu. Mereka pakai nuklir untuk menjamin pasokan, di kala kita masih ribut soal keamanan. La di Jepang apa ngga kurang-kurang gempanya, tapi mereka berani. Ngga usah jauh-jauh, sampe colokan listrik juga dibuat supaya bisa belok 90 derajat. Bah kalau fitur ini diterapkan di seluruh dunia, ngga ada lagi ceritanya mesti beli adaptor karena kabelnya hampir putus akibat sering ditekuk 😀
***
IndriHapsari