Akan halnya menunggu, saya jagonya.
– Menunggu kamu SMS saya. Dan setiap dering SMS yang masuk, cukup membuat saya segera menghentikan pekerjaan, untuk menatap layar ponsel. Berharap itu dari kamu. SMS kamu selalu penuh dengan simbol smiley dengan berbagai ekspresi. Dan setelah tersenyum membacanya, saya akan mengetikkan balasannya, menghapus, terdiam, mengetik lagi, karena saya ingin kamu tersenyum juga, seperti saya tersenyum dengan SMSmu.
– Menunggu kamu telepon saya. Sudah saya bedakan deringnya. Sehingga setiap dering itu datang, saya akan bergegas keluar ruangan, dengan ponsel menempel di telinga. Kemudian saya akan mendengar suaramu, menanyakan kabar saya, dan selalu, apapun keadaannya, akan saya bilang bahwa saya baik-baik saja.
– Menunggu kamu siap untuk chat dengan saya. Saya ingin tombol bulat itu berwarna hijau, dan statusmu menjadi ‘Available’. Lalu sapaan ‘Hi’ akan muncul di layar, dan itulah saat kita berbincang. Terkadang omongan kita ngga nyambung, karena koneksi internet yang sering terhambat. Saya tanya apa, kamu jawab apa. Tidak apa, yang penting kita bicara.
– Menunggu kamu datang. Saya akan bolak balik teras, kamar, teras lagi, hanya untuk mengusir kecemasan saya. Cemas kalau kamu tidak jadi datang. Tapi untunglah kamu tak pernah mengecewakan. Hujan, macet, banyak kerjaan, kamu akan selalu hadir, meski kadang terlambat.
– Menunggu kamu bilang sayang. Seperti kebanyakan wanita, saya mengambil posisi menunggu. Tapi saya harap semua tanggapan saya selama ini tidak mengacaukan tekadmu. Saya tahu kamu suka, tapi kenapa tak kamu ungkapkan jua? Saya menunggumu mengatakannya.
Saya sudah menunggu selama 3 bulan 21 hari 3 jam 40 menit 25 detik…
Saya tak tahu, akan sampai kapan saya kuat bertahan. Sampai bulan hari jam menit detik keberapa saya akan memutuskan, mungkin menanti bukan lagi pilihan. Saat itulah, saya akan tahu diri, menjauh dari kehidupanmu, menghindar dari kehadiranmu, dan melenyapkan kamu dari hati.
Untuk saat ini, saya masih menghitung…
***
sumber gambar : pinterest