Rivalitas di Antara Wanita Lebih SARA

Image

Teman saya, cowok, bercerita, ceweknya sirik banget setiap dikenalkan pada teman perempuannya di kampus.

‘Pandangannya itu loh…dari atas ke bawah. Kaya mau nelen aja!’ keluhnya.

Dan kemudian dibandingkanlah dengan cara dia menghadapi teman cowok ceweknya yang diperkenalkan padanya .

‘Gw sih kalo dikenalin ke temen cowoknya, biasa aja. Biarpun dia lebih ganteng, paling gw cuma ngebatin keren juga ni cowok, ngga pake khawatir dia bakal ngerebut cewek gw.’

Jadi, persaingan dapat muncul di dunia wanita dan pria. Persaingan muncul karena satu pihak merasa terancam dengan kehadiran pihak lain, yang disinyalir akan merebut kepunyaannya. Kepunyaan bisa berarti pasangan, pacar, teman, bos, karir, akademis, perhatian dan dukungan. Baik pria dan wanita dapat mengalaminya, namun dari berbagai kisah yang ada, saya simpulkan pada wanita lebih SARA (Sadis, Arogan, Ribet, Aneh) daripada pada pria. Penyebabnya karena pada pria persaingannya langsung kelihatan, karena mereka lebih agresif. Tidak ada yang disimpan, semua diperlihatkan, mau terima mau ngga, tidak urusan.

Pada wanita, persaingan ini muncul diam-diam, tapi agresif juga. Judulnya mungkin pasif-agresif. Masalahnya, keagresifan ini sering disampaikan dengan tidak fair, dan cenderung sadis. Kesannya anteng, tapi di dalam hati membara, dan otak memikirkan gimana caranya menjatuhkan rival. Bisa dengan gosip, sabotase atau pengucilan. Misalnya di depan rival senyum-senyum ramah, namun begitu si rival berbalik langsung deh matanya memberi isyarat ‘gw mau ngomongin dia nanti!’.

Sikap arogan mulai terasa, saat kita mulai melarang-larang teman berhubungan dengan rival. Caranya ya itu, menjelek-jelekannya. Lalu melarang teman satu grup BBM dengan rival. Melarang membagi isi rumpian dengan rival. Banyak deh, temannya serasa dikuasai sendiri, tidak boleh berbagi tawa dengan yang lain.

Sikap aneh lainnya adalah suka marah-marah sendiri seperti mau PMS saja, demikian juga dengan keputusan aneh yang dibuatnya. Misal si rival menenteng tas mahal, berikutnya kita sudah menenteng tas yang lebih mahal. Rival menempuh Jakarta-Bogor dengan kereta, kita maksa pakai pesawat.

Penyebab rivalitas ini karena adanya rasa kurang puas dari diri sendiri. Coba seandainya dia sudah puas dengan keadaannya, ngapain merasa terancam. Kelihatannya seperti berusaha menenangkan diri sendiri bahwa dia baik-baik saja, dengan cara bersaing yang tidak sehat.

Cara menanganinya adalah, coba deh dlihat masa sih saya kalah telak dari dia. Siapa tahu justru saya lebih baik. Misal lihat cewek seksi, cantik, putih yang bikin mata cowok ngga kedip. Tapi begitu ketemu pacarnya, yaaaah lebih bagusan pacar gw kemana-mana.

Seandainyapun tidak ada kelemahannya, bagus semua, jangan ubah itu menjadi emosi negatif. Santai saja, bangga juga kan punya teman cantik. Siapa tahu malah bisa dapat resepnya. Ini yang agak susah, karena kalau sudah iri, bawaannya sensi. Kesalahan sedikiiiit saja, bisa menyebabkan tuduhan semena-mena. Misal dari jauh kita udah senyum, tapi si cantik tidak membalas. Langsung dalam hati kita bilang ‘Sombong!’. Padahal ternyata si cantik memang tidak melihat kita atau pikirannya sedang berada di tempat lain.

Kalaupun dia cantik dan sombong, ya sudah ngga usah dideketin . Balik lagi ke solusi sebelumnya, menganggap kita lebh baik darinya karena kita ngga sombong. Dan ini jangan cuma perkataan, tapi harus kenyataan.
***
Continued : Envy with Me? Think Twice!

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s