Pilihan penerbangan dari Jakarta lebih beragam daripada Surabaya, dan direct pula. Kalau dari Surabaya pasti ada transitnya, dan semakin murah harganya semakin ngga sopan departure time ataupun landingnya. Perlu dipikirkan nanti pas disono ke hotelnya naik apa. Berhubung ongkos taxi di Jepang bikin sakit hati, mending pakai transportasi publik yang berarti, jadwal kedatanganpun mesti disesuaikan. Otherwise ya tidur di bandara. Tapi mengingat umur dan bawa keluarga, sudah deh pakai jam orang normal aja. Dan penerbangan direct itu bikin ngga capek juga. Oya directnya karena kami menginap semalam di Jakarta. Kalau langsung berangkat sih transit juga itungannya.
Mau lebih murah lagi berangkat di masa low season. Cuma kan berhubung pada kerja dan sekolah, ya momennya emang pas peak season. Alternatifnya cek promo maskapai atau banding-bandingin harga. Kebetulan kami dapat smart combonya JAL, jadi pulang balik harus pakai penerbangan yang sama, dan PP dari Narita. Padahal biasanya kami buat mendarat dan terbang dari kota yang berbeda. Tapi ya sudahlah demi harga paket, ntar bolak balik ke Tokyo aja.
Browsing dari internet, ternyata ada satu tiket pass yang bisa dipakai untuk orang asing di Jepang, namanya Japan Rail Pass atau JRPass. JRPass cuma bisa dibeli di luar Jepang dan mesti ditukar pas di sana. Sebenarnya kalau bepergian gitu kami selalu nyari tiket yang langsungan gitu, misal seperti di Singapura yang ada tiket 3 harian buat turis. Itu udah enak tuh kemana-mana tinggal tap kartunya ngga usah melototin stasiun atau halte tujuan, ngga usah khawatir salah jalan. Kalau sudah selesai ada tipe kartu yang busa dibalikin dan kita dapet depositnya buat dihabiskan di bandara 😀 JRP hanya bisa digunakan untuk kereta yang dioperasikan oleh JR, mungkin sepertiga dari jumlah jalur di Tokyo.
Harga JRPass mahal, sempat kepikir untuk ngga jadi beli. Tapi berhubung kita mau ke dua kota, Tokyo dan Osaka naik Shinkansen, ongkosnya sudah nutupin harga JRPass. Ditambah naik kereta dalam kota, sudah untung itungannya. Belum kita juga dapat gratis naik Narita Express, kereta dari dan ke bandara. Bisa juga dipakai ke bandara Kansai di Osaka. JRPass ada batas waktunya, yang kita beli untuk 7 hari, jadi harus diatur kapan mulai pakenya biar ngga rugi. Kalau sudah tau kapan pakenya, sampai Narita ditukar aja karena kantornya JR tidak di semua stasiun ada dan rada mbulet nyarinya. Kami tukar di Shibuya yang perlu waktu hampir setengah jam padahal kalau tau sih lima menit juga sampe. Ntar ditanya paspor juga, trus dikasih kartu yang nanti kita tunjukkan ke petugas setiap menggunakan kereta api JR.
Naik kereta di Tokyo itu rada pusing, soalnya banyak operatornya dan mereka ngga nyambung. Maksudnya kalau beli tiket ngga bisa langsung ke stasiun tujuan, tapi stasiun tujuan dari operator kereta tersebut. Ntar sampe sana keluar dulu untuk beli lagi untuk operator lain. Belinya di ticket machine, petugas cuma buat nanya aja dia ngga melayani penjualan tiket. Mesin tiketnya pasti ada di tiap gate dan di atasnya ada jalur-jalurnya, tapi ya itu ngga ada jalur dari operator lain. Kali kalau ditambahin lebih mumet kali ya.
Harga tiket variatif dan info ini yang kita pencet di mesin. Jadi misal kita salah turun di satu stasiun sebelum atau sesudah, ada yang masih boleh karena harga tiket sama. Untuk anak-anak harga separuhnya dan tiap masukin tiket di pintu masuk atau keluar, ada bunyi suitan sebagai tanda ini tiket dengan harga murah. Kalau yang lewat ternyata orang dewasa bisa dicegat tuh 😀
Stasiun di Tokyo itu beragam modelnya. Ada yang modern kaya Tokyo station atau model lama dan lagi direnov macam Ueno station, yang deket Imperial Palace. Kalau jalanan di Tokyo sepinya ngalah-ngalahin Jakarta pas Lebaran, orang ternyata tumplek blek di basementnya stasiun. Semua jalan cepat apalagi kalau pagi hari sebelum jam 9, beugh jangan coba-coba deh. Semua stasiun dilengkapi dengan eskalator dan elevator, tapi tangga manual lebih banyak. Coin locker tersedia hampir di semua stasiun, jadi kalau mau jalan-jalan taruh aja kopernya di stasiun, nanti ambil pas mau pulang.
Stasiun juga terhubung dengan mall, jadi gampang banget kalau mau jalan-jalan. Kita mikirnya Tokyo Station itu terbesar, ternyata yang Kyoto Station lebih besar lagi. Padahal itu nomor dua, nomor satunya ada di Nagoya. Di Kyoto Station selain terhubung dengan mall besar Isetan, ada terminal bus gede juga. Soal ini kami tau banget dah, secara lupa dimana lokernya sehingga terpaksa ngelilingin stasiun sampe gempor 😀
Kalau bis kita ngga terlalu tau ya karena aplikasi andalan kita Google Map, dan jarang banget dia nyaranin bis. Selain itu kan punya JRPass yang kebanyakan ada di kereta, meski katanya bisa dipake di bis juga. Selain itu haltenya dalam huruf Jepang yang kita ngga paham, kalau kereta nama stasiunnya masih ada latinnya. Tapi benernya itu kekhawatiran kita aja sih, di Kyoto bisnya malah pake TV yang menyajikan info teks dan suara dalam dua bahasa. Di kereta malah ada yang ngga pake running text dan informasi dari suara aja. Alternatif lain adalah pelototin pergerakan di Google Map biar tau kita di line yang bener ngga. Soalnya keretanya juga suka ngebingungin, ada yang melingkar searah jarum jam dan berlawanan arah, dan ada yang ngga berhenti di stasiun tertentu padahal tujuannya sama. Kalau dapat kereta yang bagus suka ada tv yang menyajikan info kita menuju stasiun mana, stasiun akhir apa, tinggal berapa stasiun lagi, rute, ngasih tahu di stasiun tertentu ada pindah jalur apa aja, dan kaya di Trafi kalau ada hambatan pada stasiun lain dia juga akan woro-work ke penumpang.
Mengenai bus JR, tadinya kita kira bisa pake sembarang bus dengan gratis. Ternyata pas mau ke Fuji Highland, mesti bayar seperti biasa tuh. Bis jarak jauh gini pake reserved seat dulu. Tapi untungnya cukup sering jadi ngga membludak. Sayangnya pas pulang tempat duduk kita didudukin orang, dan selidik punya selidik ternyata orang Indonesia juga yang nempatin dan belagak pilon 😀 Ntar di stasiun tujuan ada kedai kecil tapi lengkap banget dari cemilan, oleh-oleh, coin locker dan jual tiket bis juga.
Kalau shinkansen ngga gitu kaget sama kecepatannya karena sebelumnya sudah nyobain Taiwan High Speed Rail waktu dari Kaohsiung ke Taipei. Jarak Jakarta Semarang cuma ditempuh dalam 3 jaman kan keren tuh. Seperti para orang Jepang lainnya, sebelum naik jangan lupa beli bento yang selalu ada di stasiun Shinkansen, sampe di peron juga ada. Tatanannya cantik dan rasanya lezat, jadi ngga rugi deh makan di kereta (dan emang dibolehin makan minum di dalam, karena ada meja yang tempat minuman di kursi). Sampai di stasiun lalu bisa ganti kereta ke tujuan.
***
IndriHapsari
[…] prama dan praminya rajin nawarin makanan dan minuman hangat yang praktis dan rapi. Ngga kalah sama Shinkansen kok 😄 Mau bawa bekal sendiri juga monggo, suka-suka aja asal sampahnya dikumpulin […]