Ke Museum Tekstil ini sebenarnya dadakan aja kaya tahu bulat 😀 karena acara pagi ke ke Monas sudah selesai sampai puncak, masih ada waktu oklah kita kesana. Deket ini dari Monas kalau versi Google. Ternyata masuk ke daerah Tanah Abang yang kayanya berantakan lagi. Tapi sampai juga kami kesana, di tepi jalan kecil yang ramai, tersimpan satu komplek rumah yang cakep banget. Soalnya nuansa rumah-rumah lama gitu, kali ini pemiliknya orang Prancis pas abad 19. Berganti-ganti kepemilikan dan fungsi, sampai akhirnya diresmikan menjadi Museum Tekstil pada tahun 1976. Halamannya besaaar tapi pepohonannya ngga banyak. Rumah utama ada di paling depan, jadi ruang pamer utama. Di sampingnya ada Galeri Batik yang memanjang, trus selasar, di belakang ada Pendopo Batik yang bentukanya joglo dan semuanya kayu.
Seperti biasa kami menjadi satu-satunya pengunjung *sigh* di museum yang menetapkan HTM 5 ribu untuk dewasa dan 2 ribu untuk anak. Dengan ongkos segitu kita bisa terlongong-longong dengan koleksi batik yang…hadeeeuh…bagus dan njlimet. Semuanya batik tulis dari seluruh daerah di Indonesia.

Waktu kami datang sedang ada pamerannya anak arkeologi UI. Mereka memajang kain batik yang penting bagi kehiduoan wanita. Jadi mulai kelahiran, akil balik, pernikahan, sampai kematian. Sekalian dengan adat yang menyertainya. Paling tertarik motoin yang kain untuk menutup jenasah. Jangan sampeee…beli yang begini dan dibikin dress 😀 Saya dari dulu juga tahu motif batik ada maksudnya, tapi kayanya perlu ada katalog ya biar bisa diingat-ingat kenapa kok begini dan begitu. Oya ada lagi kain yang digunakan untuk melamar, namanya Satria Manah. Motifnya…ehem… 😀
Beranjak ke Galeri Batik, disini koleksinya lebih banyak lagi dan padat. Semua bisa dengan jelas dilihat karena pinter nih yang merancang raknya. Lebih ok lagi kalau jaraknya agak jauh-jauh ya. Kainnya lengkap dari berbagai suku dan pencampuran budayanya, dari jaman dulu kala hingga terbaru mungkin 2005 ya. Hawanya dingin dan lantainya cantik, kan jadi pingin foto 🙂

Supaya lebih kebayang njlimetnya, hayuk belajar ngebatik di pendopo batik. Satu orang biayanya Rp 40 ribu, sudah termasuk kain batik yang boleh dibawa pulang. Awalnya disuruh pilih mau motif apa, trus disuruh ngeblat (mengikuti motif contoh) di atas meja berlampu. Setelah wajan kecil berisi lilin dipanaskan, kita bisa mulai mencanting. Ada tekniknya tuh dan jangan berceceran. Yang dilukiskan itu lilin berwarna coklat. Setelah selesai kemudian kain dicelup air, lalu diberi warna. Kain yang semula putih langsung berubah warna, kecuali bagian yang kita beri lilin tadi. Ini baru kain ukuran 25 x 25 cm, gimana selembar jarik ya 😀
Ayo ke museum yuk, kita lestarikan budaya bangsa dan dukung supaya tetap jaya.
***
IndriHapsari