Disuruh periksa sekitar 6000an caleg yang ada di web dct.kpu.go.id? Males banget. Seperti mencari sebuah jarum di antara tumpukan jerami. Buat yang buta sama sekali masalah politik, hal ini tentu cukup menyulitkan. Buat mereka yang tertarik dan pernah punya hubungan atau pengalaman sebelumnya, entah yang menyakitkan atau menyenangkan, tentu lebih mudah memilihnya. Setidaknya sudah ada bayangan sejumlah nama, lalu tinggal cek di web KPU tadi, untuk memeriksa latar belakang dan sepak terjangnya, pantas tidak jadi pilihan.
Karena itu saya menyambut gembira, saat Tempo mengeluarkan 11 caleg yang menurut majalah ini layak untuk dipilih. OK saya tahu kalau ada praduga Tempo telah dibayar, ditunggangi (et dah bahasanya) pihak-pihak yang berkepentingan dan lain sebagainya. Tapi dengan curiga, tidak akan membawa kemana-mana. Apakah Anda yang curiga bisa mengajukan buktiya, bukan omdo? Apakah Anda bisa mengajukan alternatif lainnya, tentu dengan bukti? Setidaknya tokoh yang Tempo paparkan kali ini, mereka SUDAH melakukan sesuatu, bukannya AKAN melakukan sesuatu. Selain itu, kalaupun mereka melakukaannya untuk ambisi lah, pencitraan lah, setidaknya mereka tidak lakukan itu di belakang meja atau di media. Mereka rela turun ke masyarakat, berpura-pura peduli (kalau benar seperti tuduhannya) dan berkontribusi. Lalu, mau apa lagi?
Tidak suka partainya?
Saya berpendapat, sistem di setiap partai mestinya sudah baik. Pendiri partai toh bukan orang yang main-main. Setidaknya mereka punya modal, punya pemikiran yang mendalam, punya massa, dan punya kawan yang bisa diajak rembukan, bagaimana menyatukan keberagaman. Kalau kemudian dalam pelaksanaannya jadi ke kanan dan ke kiri, saya rasa tergantung personanya. Dan semoga dengan terpilihnya caleg-caleg baik, akan mengubah laju partai yang sudah zig zag.
Jadi, memilih caleg buruk harus dihindari, dengan cara cek dan ricek sepak terjangnya selama ini, bagaimana pemikirannya, kalau perlu latar belakangnya. Meskipun katanya pengalaman akan memberikan pelajaran hidup, tapi saya paling benci dengan mereka yang membeli gelar, hanya untuk petantang petenteng memamerkan. Tidak memilihpun juga jangan dilakukan, karena siapa tahu karena sejumlah suara yang tidak diberikan itu, para caleg baik jadi kalah. Ibarat hidup di kota yang penuh kejahatan, peran serta masyarakat untuk menumpas kejahatan memerlukan kontribusi dari banyak pihak, bukan para superhero semata. Ntar kalau superheronya terbang, jatuh, siapa yang nolongin ? *Superman mode on :D*
OK, mari kita simak daftar caleg berikut ini.
1. Taufik Basari (Nasdem, 38 thn, Dapil DKI 1, no urut 1)
• Fakultas Hukum UI, beasiswa S2 Fulbright di Chicago
• Suami Fessy Alwi, presenter Metro TV
• Aktivis melawan korupsi dan menegakkan HAM
• Memiliki Lembaga Bantuan Masyarakat
• Pernah menangani mantan tapol PKI, pelanggaran HAM di Wasior, perkara kriminalisasi Bibit S. R dan Chandra M. Hamzah
2. I. G. Agung Putri Astrid Kartika (PDI, 47 tahun, Dapil Bali, no urut 6)
• Fisip Unair,
• Menegakkan HAM
• Pernah membela warga Kedung Ombo, kasus2 di Bali, semisal pedagang yg tersingkir di Ngurah Rai
• Pernah menjadi Direktur Elsam, bergabung dengan komisi anti kekerasan pd perempuan
3. Maman Imanulhaq (PKB, 41 tahun, Dapil Subang, no urut 1)
• Kiai muda NU, pendiri pengelola pondok pesantren Al-Mizan, merangkul anak jalanan, pengguna narkoba dan miras, membela Ahmadiyah
• Mempelopori festival Al-Mizan di pesantrennya yang lintas negara dan agama, menekankan pada pluralismo dan perdamaian
4. Binny Bintarti Buchori (Golkar, 56 tahun, Jatim 7, no urut 1)
• Sastra Inggris UGM, ayah Rektor IKIP Muhammadiyah Jakarta, beasiswa Master ke Inggris
• Aktivis LSM Tapak Ambon, direktur eksekutif NGO Forum, pengembangan Kali Code, pernah mengajar di UI
5. Nur Amalia (Nasdem, Banten 1)
• Pernah menjadi advokat untuk Taman Nasional Gunung Halimun, mantan pengacara LBH
6. Sofyan Tan (PDI, 54 tahun, Sumatra Utara 1)
• Kedokteran Universitas Methodist Medan,
• Mendirikan Yayasan Sultan Iskandar Muda di Medan yang berkonsep pluralisme
• Terlibat dalam konservasi orang utan dan pembangunan Aceh pasca tsunami
7. Intim Solachma (PDI, 43 tahun, Sumatra Selatan I)
• Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang,
• Pegiat HAM di Sumsel, direktur eksekutif LBH, fokus di masalah anak dan perempuan, aktif mendampingi kaum tertindas
8. Idham Arsyad (PKB, 40 tahun, Jabar 5, no urut 4)
• Sarjana Agama IAIN Malang, mahasiswa master sosiologi pedesaan IPB
• Pendiri Aliansi Masyarakat Nanggung Cisarua, aktivis di Konsorsium Pembaruan Agraria
9. Josrizal Zail (Demokrat, Dapil Sumbar)
• Ekonomi Universitas Sriwijaya
• Mantan walikota Payakumbuh 2002-2012, dikenal sebagai walikota sampah karena menangani problem sanitasi dan sampah kota, meluncurkan program jaminan kesehatan kota, program ekonomi kerakyatan, pemenang berbagai penghargaan di berbagai bidang
10. La Ode Ota (PDI, 50 tahun, Dapil Sulteng, no urut 3)
• Teknik Elektro Universitas Muslim Makasar
• Advokasi petani, nelayan dan orang pesisir dalam konflik lahan, konflik antar suku, direktur Walhi
11. Ali Husin Nasution (PKS, 49 tahun, Dapil Riau I, no urut 5)
• Aktivis penggugat perusahaan perambah dan pembakar hutan di Riau, menggugat pemerintah Jepan di Waduk PLTA Koto Panjang, mendampingi warga Rokan Hilir yang lahannya diserobot perusahaan kelapa sawit, mendesak Gubernur Riau melindungi konservasi ikan kurau di Bengkalis
Kalau kita perhatikan, tidak semua Dapil dibahas di majalah ini, dan tidak semua partai yang terwakili. Namun melihat dari bagaimana Tempo memilah 11 orang dari 6000an caleg yang ada, maka satu point yang bisa kita gunakan dalam memilah caleg adalah mereka punya catatan TINDAKAN selama ini. Bukan hanya menjadi anggota suatu organisasi, namun juga berani maju dan memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Tidak semua saya tuliskan disini, meliputi sepak terjang mereka secara detail, bagaimana cara kampanye, dukungan dari teman dan organisasi apa saja, apa yang akan mereka perjuangkan di parlemen, dan berapa dana yang mereka sudah punya. Jika ingin tahu lebih detail, dapat pula menuju situs yang direkomendasikan Tempo untuk Dapil dan partai lainnya, yaitu di bersih2014.net dan www.jariungu.com. Semoga dengan rangkuman singkat ini dapat membuka mata hati calon pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dengan bertanggungjawab.
Selamat memilah dan memilih! ^_^
***
IndriHapsari
“memuela Ahmadiyah” poin nomor 3, maksudnya? Hihihi kosakata baru ya?
Hahaha, iya, cepet2an nulisnya. Trims mbak Dwi 🙂
ijin cetak simpen Mba Indri. Huehehehe.. 😀
Hihihi, silakan Pak Dany, semoga ada di dapilnya 🙂