Berhubung hampir seluruh tempat wisata di Batu Malang sudah dikunjungi, bingung lagi kan mau kemana. Akhirnya setelah puluhan tahun, balik jugalah saya ke Tempat Wisata Selecta. Dulu pas masih kecil sebulan sekali pasti ke Batu, nyampe alun-alun dengan apel raksasanya sudah sore. Mandi air panas di villa, terus cepet tidur sambil kemulan. Paginya minum susu sapi segar dan naik ke Selecta. Ngga banyak yang saya ingat selain taman bunga, pasar sayur dan kelinci.

Biaya masuk ke Selecta hanya 25 ribu per orang. Saya bilang ‘hanya’, karena dibanding tempat wisata kekinian yang mencegat para wisatawan di bawah, harganya jauh lebih murah yang wisata jadul ini. Dapat tempat parkir yang langsung di depan pintu masuk, kami disambut dengan akuarium melingkar yang penuh berisi ikan. Selanjutnya adalah kolam yang cantik, bersih, diselimuti rumput hijau bak karpet.

Melewati jembatan itu, terdapat restoran memanjang hingga terbelah dua, sisi kiri dan kanan. Di depan terhampar kolam renang dewasa yang biru jernih, lengkap dengan papan loncatnya.

Berhubung udara dingin, maunya pipis terus. Toiletnya berjajar banyak dan bersih, serta besar-besar. Toilet ini tembus dengan wahana perahu air. Belum ada yang menggunakan sehingga perahu yang mesti dikayuh ini berjejer di pinggir kolam. Kolamnya cantik dengan jembatan-jembatan kecil bertuliskan Selecta.

Kami menyusuri taman-taman yang di pinggir, naik lebih ke atas. Pemandangan ke bawah sungguh indah, yang di ataspun teduh dengan banyak pohon besar, arena bermain anak, dan bersih. Pemandangan di luar kompleks Selecta juga menakjubkan, sampai rasanya enggan menempatkan foto-foto yang saya dapat dalam kotak yang lebih kecil 🙂

Memandang kompleks Selecta dari atas sungguh menjadi breath taking moment. Bunga-bunga warnanya keluar semua, tertata, antara wahana satu dengan lainnya menjadi kesatuan dan bisa dinikmati semua orang. Para muda blusukan ke taman dengan tongsisnya. Yang pacaran ngomongin masa depan di gasebo agak pinggiran. Yang keluarga menempati gasebo yang besar dan membuka bekal. Anak-anak berlarian dan menikmati dua wahana kolam renang yang child friendly. Pengelola melengkapi tamannya dengan banyak petugas kebersihan, pool guard, dan banyak kios makanan yang lagi-lagi, rapi penataannya.

Maaf kalau saya banyak memuji. Saya juga bukan orang yang baru piknik dan ngga pernah ke luar negeri. Tapi melihat Selecta di masa sekarang, sungguh ia layak disejajarkan dengan wahana-wahana baru yang muncul, pun yang di luar negeri. Saya rasa keseriusan pengelolaan menjadi kunci sebuah theme park yang mampu bertahan.



Maka kami menikmati jalan-jalan kami menyusuri kebun bunga yang berwarna-warni. Menyempatkan mengayuh sepeda udara dan melewati banyak bunga yang indah di bawah. Lalu berenang dengan air asli pegunungan, bergabung dengan sekelompok anak yang bolak balik kena semprit pengawas karena guyonan di seluncuran. Lalu memilih membayar tiket 5 ribu rupiah supaya bisa mandi air panas pas membilas. Membeli jagung bakar rasa manis juga 5 ribu. Terakhir ngga tahan iman beli singkong keju 10 ribu di pintu keluar. Mestinya beli tape bakar juga #menyesal.


Sengkaling, tempat wisata yang lebih turun lagi menuju Malang, juga menjadi tempat bermain saya kala kecil. Sengkaling malah dulu terkenalnya karena kolam renangnya, tempat saya meminjam ban untuk main cebur-ceburan. Kalau dulu Sengkalung terlihat luas, sekarang dia dihimpit dengan banyak toko di depan.

Tiket masuknya juga sama, 25 ribu rupiah per orang, ada tiket terusan 45 ribu rupiah. Pertama masuk kami disambut dengan… sekelompok tukang yang sedang melintas. Entah, sampai akhir kunjungan, banyak juga tukang yang sedang bekerja. Karena sudah berenang, saya cuma memotret dari atas kolam renang yang jadi kecil kalau dibandingkan dengan Selecta. Kapal raksasa tempat makan dulu kini menjadi kapal misteri.

Gerbang bunga yang dulu indah, kini nampak sudah tua. Ada bangunan baru tempat bioskop 4D, tapi kami ngga kunjungi. Ada tempat bermain anak dan food court yang nampak cukup baru, serta lagi-lagi tukang yang mempersiapkan company gathering. Lalu suara hiruk pikuk itu ternyata berasal dari arena bermain bak Time Zone, yang rame sendiri karena ngga ada pengunjung yang memainkannya.


Kami membeli tiket naik perahu motor 10 ribu per orang, rutenya mengelilingi kolam dengan kapal misteri di tengahnya. Kolam cukup sepi, mengingat dulu ramainya luar biasa. Maka mengelilingi kolam dua kali jadi ngga berasa. Kapal misterinya benar-benar nyeremin saking sepinya.

Kami juga melewati jembatan gantung, dengan sungai berbatu besar di bawah. Taman yang ada di ujung jembatan, adalah taman yang cukup menyedihkan. Kering, daun berserakan, dan tidak terawat. Kalau dari papan petunjuknya sih mestinya spot-spot itu adalah bekas wahana. Arena playground lumayan, ada 4 anak yang sedang bermain. Tapi ketika sedang menemani anak main, satu persatu mereka meninggalkan kami, yang ternyata adalah para remaja. Di area tengah saat kami menikmati es krim, ada seekor kuda tunggangan yang menanti pengunjung yang menyewa. Semuanya di taman ini nampak lesu tak bersemangat.

Rupanya ada satu lagi wahana saat kami hendak keluar, yaitu water park untuk anak-anak. Untuk masuk pengunjung mesti bayar lagi dan terpisah dari kolam yang di bawah. Wah ini kalau satu keluarga, masa mesti misah-misah mainnya? Bagian pinggir water park adalah tempat duduk stadion. Saya jadi membayangkan kolam itu mestinya dulu sebuah arena. Kemudian ada food court besar lagi di pintu keluar. Kami dilewatkan stan pedagang cobek dan oleh-oleh. Lalu stan batu akik.
Sengkaling adalah contoh wahana jadul yang termehek-mehek mengikuti perkembangan jaman. Wahananya saling terpisah, yang baru terlepas dari yang lama, semua saling bersaing merebut perhatian. Lebih sayang lagi karena perawatan kurang bagus, perencanaan perbaikan kurang baik, dan pengelola kurang tahu pengunjung kekinian maunya apa. Terlalu banyak investasi yang beresiko. Semoga Sengkaling mampu bertahan dengan melihat apa yang dilakukan saudara jadulnya, Selecta.
***
IndriHapsari
Sayang pas kemarin ke malang malah gag mampir ke tempat ini. Makasih reportasenya ya bu 🙂
Sama2 Put 🙂
Tempat kosku dulu dekat sengkaling. Sering banget main di persawahan belakang taman buat mancing…….belut! Sambil dengerin serunya anak-anak main di Raman ria sengkaling. Hebat, kapal itu masih dilestarikan keberadaannya
Masih mbak, tapi ngeliatnya sedih juga mbak, ngga terawat dan malah jadi museum serem2an.
Sudah lama nggak masuk Selecta dan sekitarnya… sejak hengkang dari bangku sekolah :))) tapi kalau naik perahu masih membayar lagi… ya tandanya mahal nian kyknya. Kalo di WBL dan beberapa wahana lain, sekali masuk sudah termasuk semua wahananya ^_^
Hehehe..ada beberapa wahana yang ternyata mesti bayar lagi…kalau ngga gitu menarik, orang tentu menolak untuk bayar lagi 🙂