Dilarang Mengucapkan Selamat Natal!

artdays.wordpress.com
artdays.wordpress.com

Aslinya males mau bahas ini. Tapi setelah baca beragam diskusi, dan kayanya perlu ada yang dilurusin, jadilah saya bersuara. Malasnya karena kalau sudah besar begini, semua punya prinsip masing-masing dan sulit dibelokkan. Tapi semoga dengan bertukar cara pandang seperti ini, bisa memahami sudut pandang masing-masing. Kalau saya diam bukan berarti setuju, meski saya membiarkan saja jika ada yang enggan bilang selamat Natal, karena itu urusan masing-masing.

Kesan yang saya dapat dengan pelarangan ucapan Natal itu, kalau ngga salah tangkap, mengucapkan selamat Natal artinya mengakui ada tuhan yang lahir ke dunia, yaitu Yesus. Kekhawatiran lain adalah makin banyaknya orang yang percaya pada Yesus, lets say masuk Kristen atau Katholik.

Euh…sebenarnya sih artinya cuma ‘selamat atas kelahirannya’. For your information, untuk masuk Kristen atau Katholik itu ribet. Paling ngga ada proses baptis di gereja setempat, yang berarti mesti lapor dong ke pendetanya. Itupun buat anak kecil. Kalau sudah gede atau akan mengalami baptis dewasa, perlu pendampingan selama 3 bulan (bervariasi) sebelum ditanya lagi mantap ngga masuk Kristen atau Katholik. Jadi kalau mengucapkan selamat Natal itu ngga cukup untuk masuk Kristen. Malah ada yang bertahun-tahun sekolah di Katholik, menghapal berbagai doa, masuk gereja bolak balik, merayakan Natal juga, tapi sampai sekarang tetap setia dengan agamanya.

Tapi tentu saja hal ini dari sisi yang merayakan Natal ya, artinya bagi kami hanya begitu saja. Kalau dianggap kufur karena dianggap mengakui, ya terserah saja. Atau dianggap sebagai wujud keloyalan yang salah, atau ikut-ikutan orang kafir. Yang pasti sih meski bukan pemeluk agamanya, saya sih asyik-asyik saja ucapkan selamat hari raya pada teman-teman yang merayakan. Baik untuk pergaulan, tanpa mengkhianati kepercayaan. Lagian saling tolong menolong serta ikut berbahagia dengan teman-teman yang merayakan hari raya, apa salahnya? Ikutan sale hari rayanya, menikmati penganan khasnya, atau ikut menikmati acara-acara bagus yang muncul di televisi pas hari raya, ambil asyiknya aja.

Perkembangan terakhir malah pelarangan penggunaan aksesoris Natal, padahal itu dilakukan untuk kepentingan bisnis saja. Euh, kembali ke paragraph semula, pake topi Santa tidak menunjukkan kekristenan seseorang. Mendengarkan lagu Natal tidak mengubah keyakinan seseorang. Membantu memasangkan spanduk Natal tidak berarti menyuruh orang untuk masuk agama tersebut. Lagian buat apa banyak-banyakan, jika kualitas keagamaannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Saya hanya kasihan pada semua yang memicu perdebatan ini. Seakan-akan ketakutan atau tidak percaya pada tingkat keimanan orang lain. Bahwa iman seseorang bisa digoyahkan hanya dengan ucapan, topi dan lagu semata.

*

IndriHapsari

16 comments

  1. benar mbak. makin kesini koq orang kita makin susah menghargai dan menerima perbedaan. padahal berbeda itu indah. masing-masing kita sudah punya pendirian dan kepercayaan masing-masing kenapa harus takut sich?

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s