Valetine lalu, kami berkesempatan menonton Konser Kahitna yang sedang berkunjung ke kota kami. Daripada berdesak-desakan dengan para penonton muda yang antri masuk ke ruangan konser, kami lebih memilih nongkrong dulu di kafe sambil nunggu sepi. Benar saja, saat kami menuju loket penukaran karcis, keadaan sudah lebih sepi sehingga kami bisa melenggang masuk ke ruang konser. Duduknya tidak apa-apa dapat paling belakang, yang penting nonton. Lupakan kelas festival, itu buat mereka yang masih kuat berdiri dan jongkok. Kami lebih suka duduk manis di kursi.
Nonton cuma berdua, serasa nostalgia. Duduk berdekatan, sesekali suami memberi pelukan, dan kalau pas lagu galau, kepala saya senderkan ke bahunya. Ada lagu yang kami sukai berdua, ya sudah nyanyi sama-sama.
Ternyata, kami ‘kalah’ jauh dengan pasangan muda sebelah kami yang nampaknya lebih ‘menikmati’ pasangan masing-masing daripada melihat konser. Pegangan tangan, berbisik mesra di telinga, pelukan, yang cowok menatap dengan sayang (atau penuh minat?) ke ceweknya. Yah, mungkin pikirannya mumpung hari Valentine, kapan lagi bisa sah berdua di keramaian seperti ini kalau tidak lagi menonton konser. Tentu saja kami sebagai generasi tua ini menyayangkan kenapa buang uang mahal-mahal kalau tidak menikmati konser (aslinya sih sirik..hehehe)
Bedanya lagi, pasangan tersebut menggunakan pakaian yang sangat kasual. Yang cowok menggunakan kemeja dan jins, sementara yang cewek menggunakan celana pendek dan kaos ketat. Sementara suami saya, pakaiannya sama saja dengan cowok tersebut, bedanya, dia melengkapi diri dengan jaket tebal. Saya, jauh beda dong. Selain menggunakan pakaian resmi karena menganggap konser ini ’sesuatu’, saya juga melengkapi diri dengan pashmina, balsam, permen pedas, dan koyo. Maklum, tidak tahan dingin dan ngeri masuk angin. Sepanjang konser saya sibuk membetulkan letak pashmina, mengoleskan balsam, makan permen, dan dengan hati-hati (supaya ngga kelihatan orang) menempelkan koyo hangat di punggung.
Soal goyang, kami tidak kalah lah. Begitu ada lagu yang iramanya ceria, semua penonton berdiri, termasuk kami dan pasangan muda tadi. Semua bergoyang mengikuti irama lagu yang rancak. Mendekati usai, suami sudah sibuk mengajak pulang. Bukan karena konsernya makin jelek, tapi karena takut parkiran macet. Ya sudah, tanpa menunggu konser selesai, kami sudah ngibrit ke tempat parkir. Lupakan masalah foto bersama dengan Hedi Yunus, melempar bunga ke Carlo, atau memotret Mario – eh, yang ini bisa ding. Nih…buktinya….
Yang pasti, sementara kami sudah ngorok kelelahan, pasangan muda itu masih bertahan di sana.
The night still young….
Konsèrnya dah pasti OK. Secara Kahitna gitu lho. Yang bikin ga tahan cuma balsem ama koyonya. Tapi masih keren lah daripada minyak angin yang bajunya aduhai itu. Dan untungnya ga ada saya karena pasti dah tak ledekin. Xixixi…
Hahaha..la saya sampe malu sama sebelah mbak…faktor U emang pengaruh 😀
emang yang muda ada yang nonton mbak? hihihi 😀
Hahaha ada aja, kan Ada Yovie and Nuno yg relatif baru, ada RAN juga 🙂
ooooo, mudah-mudahan udah ga masuk angin lagi mbak
Udah dong, seiring dgn berakhirnya konser. Eh lebih tepatnya belum selesai jg udah kabur, takut berdesakan dgn yg muda2 itu 🙂
😆