Foto itu terbuka di hadapan saya. Sebuah foto berisi dua calon presiden yang akan bertarung di tanggal 9 Juli 2014 ini, dengan penampilan yang tidak biasanya. Semua capres yang berjenis kelamin laki-laki ini menjadi perempuan, dengan gaya centil dan kata-kata dibawahnya. Sepertinya mereka diasosiasikan dengan girls band yang lagi happening di Indonesia. Meski dianggap adil karena ‘menyentuh’ dua kubu pendukung, menurut saya ngga adil buat kedua capresnya.
Bayangkan kedua orang hebat yang lebih pantas menjadi orang tua kita itu, dijadikan guyonan dengan cara mengubah foto mereka berdua, demi sebuah tujuan : buat hiburan. C’mon, masih banyak orang yang rela dibegitukan, dan banyak juga yang cari uang dengan dijadikan bahan guyonan, bahkan cercaan, asal terkenal. Tapi tidak untuk pemimpin negara.
Kedua capres tersebut, berhasil muncul dari dua ratus lima puluh juta orang Indonesia, yang serba ngga jelas ini. Ngga jelas mau diapakan negaranya, ngga jelas nilai tawarnya, sampai Justin Bieber nyeplos Indonesia adalah some random country. Ok lah Justin memang ngga bisa dijadikan standar qualified western people, tapi kebayang deh anak muda di belahan dunia somewhere itu, sama sekali ngga mempertimbangkan Indonesia sebagai negara yang harus dihormati.
Lalu dari dalam negeri sendiri, sejumlah anak muda, atau orang tua yang lupa umurnya, menjadikan calon pemimpin negara sebagai olok-olok. Ngga pantes. Kualitas calon pemimpin tersebut, tentu di atas rata-rata. Bayangkan dibandingkan 249.999.998 orang lainnya, termasuk saya dan para pengolok itu, mereka berhasil menunjukkan diri, dan membuat orang lain rela untuk memilihnya.
Dan kerjaannya tentu ngga perlu diganggu hal-hal ngga penting seperti foto editan tadi. Di luar juga ada olok-olok bagi pemimpin negara, misal video Obama lagi joget. Lalu ngapain yang begitu ditiru, sementara prestasinya ngga ditiru? Atau ada juga yang mengolok pemimpin lewat ilustrasi. Perasaan yang diolok kebijakannya deh, bukan fisiknya. Apalagi demi hiburan semata. Ilustrasi yang ada di harian nasional, sarat dengan pesan. Makanya bisa lolos dari tuntutan pencemaran nama baik.
Karena itu stop deh membuat atau menyebar olok-olok para pemimpin atau calon pemimpin. Kalau kita merasa kualitas kita lebih baik dari mereka, ya buktikan dengan menjadi calon pemimpin juga. Kalau ngga ya lebih baik simak program-programnya, ingat janji-janjinya, biar kalau beliau-beliau lupa, kita bisa mengingatkannya, lewat gambar juga tidak apa.
Jaga hati dari caci kawan. Membela capres idola boleh saja, namun tak perlu sampai mengolok saingannya. Jika kita bersuara, lakukan dengan elegan, jangan kamp…ehm…hehehe 😀
***
IndriHapsari
Gambar (cropping) dari tololopedia.com