Quote yang saya pinjam dari Syamsu Asinar Radjam ini sungguh tepat mengambarkan keinginan hati saya, atas makian, tuduhan dan fitnah bertubi-tubu yang muncul atas kedua calon. Heran aja kok ada yang berasa paling tahu, plus paling benar sendiri dalam mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan favoritnya.
Apa kabar pemilu yang LUBER?
Masih ingat rasanya dulu jargon pemilu yang selalu didengung-dengungkan, pemilu itu rahasia. Meski akhirnya yang menang ya itu-itu aja, tapi kita saling ngga mengetahui apa yang terjadi di bilik suara. Sama pasangan sendiri aja ngga tahu kok, apalagi teman yang baru saja saya accept permintaan bertemannya.
Lah ini ngga. Semua merasa jadi wajib untuk mengumumkan keberpihakannya, plus jadi buzzer gratisan si calon. Kemudian si buzzer dadakan ini yang berantem belain calonnya. Padahal loh, calonnya hidup tentram ngga gontok-gontokan di atas, karena pastilah dia dikelilingi sama orang-orang yang mendukung dia, dan menepis semua sentimen negatif yang akan didengar atau dibaca si calon.
Malah bikin berantem
Karena beda jagoan, jadi ada rasa ngga enak satu sama lain. Mau guyonan, eh lagi pada sensi. Apalagi yang serius, sudah tahap unfollow, unfriend dan blokir. Gila yah, untuk sesuatu yang baru muncul 9 Juli, pada berantem sendiri. Banyak sakit hati, dendam, menghakimi, hanya urusan capres. Padahal bisa aja dia itu teman yang baik, menyenangkan, tapi ya soal capres menyapres ini jadi buas.
Dan yang menakutkan, hingga 9 Juli lewat sepertinya bakal terus begini.
Karena kan masih membahas kekalahan. Dan ngga yakin juga pihak-pihak yang berseteru bakal baikan lagi, sudah terlanjur sakit hati. Seperti pasta gigi yang kita keluarkan dari tubenya, ngga bisa kita masukkan lagi isinya. Sama seperti omongan yang menyakitkan hati, itu yang kita selalu kita ingat tentang teman kita.
Berbeda dengan Anies Baswedan yang memutuskan untuk membantu salah satu capres, saya memutuskan untuk netral. Netral bukan berarti golput, karena toh saya tetap ikuti pemberitaan positif masing-masing calon dan nyoblos. Kalau mau promo, ceritakan kehebatan calon kita, bukan kejelekan lawan, Berita negatif cuekin aja, bukannya saya sulit menerima kenyataan pahit, tapi itu masa lalu, belum tentu benar, dan yang terpenting adalah masa depan.
Yang pasti sih, menjaga pertemanan bagi saya lebih penting dari capres-capresan ini. Kita boleh beda, tapi ngga perlu sampai membuat jurang di antaranya.
***
IndriHapsari