Saya baca lagi komen-komen yang masuk di artikel terdahulu, tentang bila Kompasiana tak ada kolom komentar, mampukah kita bertahan (cieee…)? Ternyata, hampir ribuan orang (gubrak!) bilang hal itu adalah malapetaka. Ya iya lah, selama ini niat ngendon di Kompasiana apa lagi kalau bukan masalah connectingnya.
Mengenai sharing, kita bisa lakukan di blog. Tapi connecting yang sulit dilakukan, karena para blogger tumplek blek disana, dan mereka ini jenis yang suka blogwalking, alias jalan-jalan ke artikel temannya. That’s why di blog keroyokan itu kita seperti melempar ikan segar pada sekumpulan anjing laut. Langsung hap, habis disantap š
Saya jadi berpikir, lawan Kompasiana bukanlah blog-blog konvensional, dimana satu akun memiliki satu alamat khusus, dikunjungi oleh teman-teman setianya, atau sedikit yang pindah dari penggemar blog lain. Kalau di Kompasiana, model switching seperti ini amat mudah, sehingga artikel kita bisa dikunjungi banyak orang dengan minat yang berbeda-beda.
Mengenai sharing, saya kira masalah utama di fasilitas write post. Sejak jaman ourbakala, kalau upload dari tablet sulit sekali untuk menayangkan gambar. Kemudian karena sering error, postingan bisa berulang berkali-kali, postingan gagal, gagal dibaca, atau blas ngga bisa masuk dashboard.
Karena unsur connectingnya lebih kuat, maka saya jadi terbayang Facebook. Media sosial paling populer di Indonesia ini menghadirkan banyak fasilitas untuk berhubungan, yang saya bayangkan kalau ada di Kompasiana tentu asyik juga. Misalnya :
1. Dashboard berubah secara realtime, ngga usah nungguin direfresh. Capek tauuu…refresh bolak balik untuk melihat komentar atau artikel terbaru.
2. Komentar bisa dihapus, diedit dan disisipi gambar, oleh kedua belah pihak
3. Kehandalannya tiru FB dong. Jarang error, itupun jelas errornya kenapa.
4. Katanya yang jomblo (atau yang merasa jomblo) messagenya dibikin kaya chattingnya FB, jadi lebih sip komunikasinya š
Tapi, Kompasiana juga punya kelebihan, misal :
1. Profile yang sederhana, cukup begitu aja. Biar minat keponya ngga terpuaskan. Jengah juga baru jadi teman sudah blusukan ke album foto kita.
2. Tidak ada grup, karena memang artikel ini untuk dunia (cieee…yang ngerti Bahasa Indonesia tentu saja)
3. Ngga bisa blocking teman, usul mungkin blocking komentar aja. Paling juga berbuah artikel tandingan š
4. Mau cari artikel gampang, sesuai kanal dan waktu.
5. Videonya langsung jalan. Bayangkan jika ini terjadi di FB, bisa pusing pas liat Home lagunya muter barengan.
Nah, semoga Kompasiana bisa mendukung sharing connecting para anggotanya.
***
IndriHapsari