Bahkan Kau Ada di Afrika

20130329-222358.jpg

‘Jadi, apa tujuanmu ikut rally ini?’ James si serius menanyaiku.

Kali ini memang giliranku menjadi navigatornya dalam rally keliling Afrika. Saat ini kami berada di Uganda, sedang menuju perbatasan dengan Rwanda. Medan yang berat telah kami lalui, kini kami melintasi jalanan aspal buatan China. Syukurlah, mobil Volvo James bisa agak tenang sedikit. Rally yang aneh, melintasi Afrika dengan mobil estate, mobil untuk kota. Wajar saja kenyamanan yang biasa kami nikmati pada sebuah Volvo jadi lenyap. Kini, James bisa menanyaiku dengan tenang, setelah kami berkonsentrasi melewati medan yang berat.

‘Mm..tak ada..hanya ingin cari pengalaman saja.’ Jawaban ini sudah kusiapkan, karena pasti ada yang menanyaiku. Perihal kenapa seorang wanita mau-maunya ikut rally yang sama sekali tidak nyaman ini.

‘Maaf, bukannya mau ikut campur. Tapi sudah 2 minggu kita bersama, wajar rasanya aku ingin bertanya. Apakah kau…sedang lari?’ James melirikku.

Aku tertawa. ‘Ya ngga lah James! Kau pikir aku buronan?’

‘Tidak, bukan itu maksudku. Kau..sedang lari dari masalah yang melibatkanmu. Entah keluarga, entah..cinta?’ tanyanya masih ingin tahu.

Aku diam saja. Pemandangan kini mulai menghijau, kami mulai memasuki kawasan hutan.

‘Tak ada guna lari. Hadapi. Itu cara agar kau tak dikejar lagi.’ katanya menasehati.

James, ngomong sih gampang…Kau tahu 2 minggu ini susah payah berusaha kulupakan dia, dengan membantu James sepenuhnya atas masalah yang dihadapi selama perjalanan. Selain membaca GPS, aku juga menolong James mengganti ban karena berulang kali kempes. Bahkan termasuk mengganti velg karena medan yang terlalu berat, menyebabkan velg banpun tidak kuat. Tapi bahkan dalam kesibukan dan keramaian peserta rally, aku masih merasa kesepian..

‘Argh! Jalanan berlumpur!’ James berseru kesal.

Kami kini sedang memasuki area hutan. Jalannya dari tanah, dan semalam hujan. Mobil lain ada yang berhasil melewatinya, namun tidak dengan mobil James. Volvo itu kini tak berdaya di tengah kubangan lumpur, ban mobil berputar dengan putus asa tanpa bergerak sedikitpun.

Aku memandangnya cemas. ‘Kupanggil peserta lain ya. Diderek.’

James mengangguk. ‘Talinya ada di bagasi.’

Aku segera keluar, mencegat salah satu peserta yang lewat 10 menit kemudian. Dengan segera navigatornya turun, membantuku mengikat tali dari bemper depan Volvo ke bemper belakang mobilnya, Subaru. Dengan kami memberi aba-aba di luar, akhirnya mobil James bisa keluar dari jebakan lumpur.

‘Terima kasih.’ kataku sambil menyalami navigator Subaru. Ia hanya nyengir saja. Mungkin masih kagum bisa bertemu wanita di tengah kumpulan pria.

Akhirnya medan lumpur telah berlalu. Kini kami melalui lembah yang kehijauan. Ah siapa bilang Afrika hanya padang tandus belaka..kalau melihat hal ini, aku jadi teringat Indonesia yang sudah sebulan ini kutinggalkan. Pemandangannya hampir sama, dengan pepohonan pisang, persawahan bertingkat dan matahari yang bersinar terik karena dekat khatulistiwa. Namun hari mulai senja, matahari mulai melembutkan sinarnya.

‘Kita bermalam di sini?’ James menawari ketika hari mulai gelap. Aku mengangguk. Kami sudah terbiasa menginap jika kemalaman di jalan. Di mana saja. Kami punya dua tenda untuk didirikan. Nampak peserta lain ada yang sudah menyiapkan tendanya masing-masing. Tempat kami menginap ini memang luar biasa. Di tepi danau, yang nampaknya aman dari serangan lalat pembunuh, kami mulai mempersiapkan tenda dan api unggun untuk memasak makan malam.

‘Ngga tidur?’ James menyapaku sesaat sebelum ia akan masuk ke tendanya. Aku menggeleng sambil mengangkat gelas kopiku. ‘Ok. Malam.’ Ia menguap sebelum menghilang masuk ke tendanya.

Aku memandang permukaan danau yang kehitaman. Pikiranku melayang padamu.

*
Bahkan saat melintasi pedalaman Afrika
Kau tetap beserta
Sungguh aneh tapi nyata
Kau ada di mana – mana
.
Melewati lembah dan ngarai
Perbukitan, pedesaan dan sungai
Serasa kau ada di sana
Entah di koordinat berapa
.
Menyusuri jalan tanah dan berlumpur
Berjuang dengan tanjakan dan liukan
Rasanya kau berada di ujung
Bersiap menanti kedatangan
.
Melintasi savana dengan sedikit pohon yang bertebaran
Berbagai hewan berlarian di sekitar
Kadang ku berharap kau yang ada di sana
Mengamatiku dari kejauhan
.
Menginap di tepi danau
Mengandalkan cahaya api unggun
Membayangkan kau ada di sampingku
Membiarkanku tertidur di bahumu
.
Perjalanan ini sungguh panjang
Melelahkan, dan entah sampai kapan
Kulakukan, demi sebuah lupa
Lupa akan kamu, dan rasa yang ada
.
Kemana lagi ku harus melanglang
Agar bayanganmu segera hilang
Ku tak bisa beranjak pulang
Selama untukmu masih ada sayang

*

Aku mendesah. Putus asa.

20130330-053043.jpg
***

Cerita sebelumnya : Dari Jendela Pesawat

Terinspirasi dari Top Gear Source of The Nile Trip

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s