Tadi malam aku mimpi
Kau menjemputku di sini
‘Kapalnya mau tenggelam.
Kamu harus pergi’
Katamu serius sekali
Alih-alih memperhatikan peringatanmu
Aku malah menelisikmu
‘Kemana kamu selama ini
Kenapa tak jua menghampiri’
‘Kita beda dunia’
katamu menjelaskan
‘Tak mungkin bisa bersama
Tapi percayalah
Aku ada di sana
Dan selalu memperhatikanmu dari kejauhan’
‘Kamu tega!’
Aku masih bersikukuh dan marah
‘Seenaknya datang dan pergi
Padahal ku rindu setengah mati’
‘Please’
katamu setengah memohon
‘Aku tak bisa sering ke sini
Tapi percayalah, aku selalu ada
Dan pada saat genting
Ku akan datang
Untuk memperingatkanmu.’
Aku terdiam
Masih dari jarak tertentu
Dimana aku bisa melihatmu
Tapi tak pernah bisa menyentuhmu
Kau ulangi lagi permintaanmu
‘Pergilah
Aku tak mau kau jadi salah satu korbannya’
Aku ragu
Banyak yang kupunya di sini
‘Tinggalkan keduniawian
Kau harus belajar melepas
Tak ada yang abadi di dunia ini
Kecuali ketidakabadian itu sendiri.’
Aku tergugu
Melepaskan semua punyaku
Berusaha mengikuti maumu
Dan kapalnya tenggelam
Penumpang berteriak-teriak
Air yang dingin perlahan menyentuh haluan, buritan dan geladak
Aku, diselamatkan olehmu
Tapi, tetap saja tak bisa bersamamu.
Air mata mengalir saat ku terbangun
‘Sudah, begitu saja?’
tanyaku dalam hati
Membayar hutang rinduku
Namun tak akan pernah bisa
Menghapusnya.