‘Besok aku pergi.’
‘Lagi?’
Kau tertawa. ‘Akan selalu begitu.’
*
Hujan menyapa
Datang merayap pelan
Kaca jendela
*
Diselipkannya poniku ke belakang telinga.
Smooth move, Darling.
Very nice.
*
Butiran air
Hanya sekejap mata
Menghilang lenyap
*
Kalau sedang sedih seperti ini, tak ada lagi yang bisa dibicarakan.
Namun genggamannya dalam diam, akan selalu kurindukan.
Berbagi kesunyian, itulah yang kami lakukan.
*
Seperti rindu
Tiba-tiba menyergap
Menyiksa jiwa
*
‘Kok diem aja?’
‘Miss you already.’ kataku pelan.
Kau tersenyum.
*
Tetes menyesap
Ke dalam relung hati
Mencari-cari
*
‘Aku ingin waktu terhenti. Atau..jika tak bisa, melambat saja.
Seperti daun yang perlu seratus juta tahun untuk jatuh ke tanah.’
Kau terdiam.
*
Hati bertanya
Dimana sang pemilik
Sedang berada
*
‘Boleh tidak detik-detik ini kukoleksi? Aku ingin menghentikannya!’
Hal mustahil adalah, untuk tak merindukanmu.
*
Hanya butiran
Penyampai pesan Tuan
Untuk bertahan
*
Kamu adalah Airku. Apiku. Tanahku. Udaraku.
Segalanya. Bagiku.
Ah, Tuan, kunantikan kau, dengan sejuta kerinduan.
***
Haiku (yang dicetak tebal), dikenal juga dengan Hokku, adalah puisi Jepang dengan format terpendek, hanya terdiri dari 17 suku kata yang disajikan dalam 3 baris (kelompok) dengan susunan 5 – 7 – 5. Baris pertama terdiri atas 5 suku kata, kedua 7 suku kata dan ketiga 5 suku kata. Kata yang tersusun dalam haiku tidak berima. Haiku Jepang tradisional senantiasa berhubungan dengan daya magis dan keindahan alam serta musim….Yang penting kita mau
membuka diri pada sang alam dan mencoba menuliskan apa yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, kita cium, kita raba dan menggabungkan semua itu dengan sepenuh hati dan jiwa.
From : Endahraharjo.blogspot.com
Sumber gambar : pinterest.com, modified.
Quotes by Rahne Putri, modified.
[…] tulisan Indri Hapsari : (Haiku)Hujan dan Pemiliknya, terdapat juga dalam buku Matahari Terbit di Barat halaman […]