Berita miris datang lagi. Dikabarkan 2 anak usia 9 dan 6 tahun tertangkap oleh polisi, mengendarai sepeda motor. Pas ditangkap, nangislah mereka keras-keras, ketakutan. Jadi bukan karena merasa salah, tapi karena ditangkap. Kalau ngga? Ya ngga akan nangis, tetap naik sepeda motor dengan lancar jaya, mungkin sambil cekakak cekikik di jalanan.

Maaf ya, saya ngga habis pikir, apa alasan yang begitu kuat sehingga membiarkan anak-anak di bawah umur pengaju SIM, diperbolehkan untuk membawa motor bapak ibunya, bahkan ada yang dibelikan khusus buat dia.
- Membantu orang tua? Supaya orang tua ngga perlu keluar dan meninggalkan pekerjaannya, biarlah anaknya yang berangkat, membelikan barang yang mereka butuhkan, atau mempersiapkan lapak untuk berdagang.
- Supaya pergi ke sekolah, tidak merepotkan ortu untuk antar jemput? Berlanjut pergi kemanapun, tidak perlu didampingi ortu.
- Anak-anak perlu hiburan, bermain sama teman-teman. Atau belajar kelompok, itu juga kalau belajar.
- Anaknya yang minta, kasihan kalau tidak dituruti. Lagian, anak yang lain juga dibelikan oleh orang tuanya tuh.
Dari semua pengendara sepeda motor usia bocah yang saya temui di jalanan, mereka kebanyakan:
- Kalau sendirian ngebut
- Jalannya ngga lurus, suka zig zag
- Jarang ngasih sign mau belok
- Boncengan bertiga bahkan berempat
- Kalau bareng-bareng, bercanda menuhin jalan, karena paralel
- Suka noleh-noleh ke belakang sambil nyengir-nyengir, mungkin bercanda dengan temannya
- Ngga pakai helm
- Ngga bisa dibilangi. Kalau diperingatkan untuk jangan ugal-ugalan, malah memaki

Parahnya, cara jalan yang berbahaya ini, diamini oleh para orang tua saat melepas anaknya pergi. Ngga usah alasan anaknya ngga pamit ya bapak ibu, kebanyakan mereka ijin lo karena kunci kan dipegang bapak ibu, apalagi kalau cicilannya masih jalan. Jadi pasti tahu deh gimana keadaan anaknya pas berangkat. Kok berani, melepas anak ke jalanan, iya kalau baliknya utuh. Kalau ngga? Jangan nyalahin anak lo pak bu, tugas orang tua mengarahkan anaknya, sekaligus berani melarang kalau dia menempuh jalan berbahaya. Ibarat membiarkan anak bermain di tepi jurang, ya itulah yang bapak ibu lakukan terhadap anak yang katanya bapak ibu sayang.

Anak-anak, meskipun kakinya sudah nyampe, sudah tahu cara mengendalikan motor, masih punya kekurangan dalam kestabilan emosi. Itu sebabnya mereka panasan kalau disalip, ngga punya tata krama di jalanan, apalagi mengerti peraturan. Orang dewasa aja ada yang bebal meskipun sudah tahu, la ini anak-anak belum diajarin ortunya, taunya cuma ngebeliin aja, sudah dibiarkan berekspresi di jalanan. Belum lagi ngomongin masalah perawatan, paling ya kalau rusak nunggu bantuan di tepi jalan. Balikin lagi ke ortunya, ditungguin sampe bener.
Kalau anak bapak ibu yang kecelakaan tunggal, atau datang berita dia tinggal nama (sorry to say, i’m so pathetic) ya paling yang menyesal CUMA keluarga. Tapi kalau yang kena orang lain, yang ngga salah apa-apa, wah dosanya dobel loh bapak ibu. Silakan googling berita mengerikan itu, banyak kok. Yang di sekitar saya, ada anak SD ketabrak anak SMP yang naik motor. Anak SDnya jalan kaki, disamber waktu pagi mau ke sekolah. Anak SMPnya luka doang. Trus bapak ibu tinggal ganti rugi biar damai? Gimana kalau ganti ruginya tukar nyawa aja, biar anak yang ngga bersalah itu balik, dan anak yang nabrak itu biar ngga lebih berbahaya ditamatkan saja hidupnya di dunia. Kalau begitu, mau?
Kenapa kok saya ngomong keras begini, karena please jangan rusak masa depan anak bapak ibu dengan membolehkan dia membawa mesin pembunuh sebelum umurnya telah siap. Memang tetap ada kemungkinan di masa mendatang, karena kurang trampilnya atau masih labil jiwanya, anak bapak ibu akan melakukan kesalahan yang sama. Tapi sepenuhnya jadi tanggung jawab mereka sendiri, bukan bapak ibu. Tugas bapak ibu mempersiapkan mereka agar saat tiba saatnya, mereka menjadi pengemudi yang bertanggung jawab.
Mengenai berbagai alasan bapak ibu memperbolehkan mereka bringkit dengan membawa kendaraan sendiri, ayolah jadi orang tua repot sedikit kenapa. Kalau tidak ya dicarikan cara supaya dia bisa berangkat dengan pengawasan orang dewasa, misal naik angkot, becak atau lainnya. Orang-orang yang menguasai kendaraannya dengan baik, dan berpengalaman di jalanan. Jangan memanjakan anak dengan hadiah-hadiah yang malah merusak, jangan gengsi karena tetangga membelikan anaknya sepeda motor. Ngga ada guna, gengsi juga ngga dibawa ke surga. Malah yang bapak ibu lakukan bisa menjerumuskan anak ke neraka. Kebiasaan mereka untuk ngebut di dalam perumahan atau perkampungan juga bahaya. Ntar ada anak kecil nyelonong gimana, sanggup gitu ngerem mendadaknya?

Buat pak polisi yang menangkap kedua anak tadi, saya ucapakan selamat untuk ketegasannya. Sekalian pak, kalau mau nangkap banyak, jam-jam berangkat dan pulang sekolah, atau sore nunggu maghrib, tinggal ditungguin aja tuh di jalurnya, pasti banyak yang berkeliaran. Atau nunggu di perumahan dan perkampungan, pasti banyak anak-anak yang berkendara dengan ugal-ugalan, ngga pakai helm pula. Memang sih pak bakal repot, karena ada kemungkinan mereka kabur jadi bapak mesti mengejar. Trus mereka ngga bawa uang, tapi ngga apa toh pak, tahan aja motornya dan ortunya suruh ambil di kantor. Yang begini-begini jelas salahnya pak, kalau yang di perempatan itu belum tentu.
Saya ngga yakin apa bapak ibu yang membiarkan anaknya pakai motor itu bisa sampai sini untuk baca dan memahami, bahayanya anak-anak dibiarkan berkeliaran dengan motor atau mobil. Tapi harapan saya, Anda yang sudah baca, tolong dong ngasih tahu ke ortu atau anaknya langsung, efeknya apa kalau terus-terusan begitu. Ada kemungkinan mereka akan balik memarahi kita, ngga mempedulikan, atau bahkan memaki. Yang penting, kita sudah melakukan hal yang seharusnya kita lakukan. Resiko silakan ditanggung sendiri pada yang mengijinkan, ogah ah kalau ditanggung bersama.
***
IndriHapsari
sungguh sangat memprihatinkan.. itu tidak patut dicontoh
Benar Pak, please para orang tua semoga bisa menjaga dan memandu anak2nya.