
Awalnya kami tahu ada wahana asyik ini karena dibelokin polisi ke jalan Raya Oro-oro Ombo, Batu, saat menuju Klub Bunga. Baru tau ada Predator Fun Park yang letaknya dekat BNS yang lebih dulu berdiri. Ternyata di hotel ada brosurnya, oh masih satu grup toh dengan Jatim Park.

Besoknya nyempetin kesana, area parkirnya lumayan,ngga segede Jatim Park sih. Harga tiket weekend 50 ribu, cukup mahal untuk wahana yang kecil dan masih panas. Demikian juga e-bike 100 ribu per tiga jam, kayanya ngga perlu pake deh wong kecil gini. Tapi dasar kita biasanya demen kelilingnya males mainnya, jadi pesanlah sambil nitip KTP.

Masuk pertama kali, adalah media display semua tentang buaya. Visualisasinya bagus banget, ada yang 3D, ada sekedar poster yang menarik. Walah baru tahu Joko Tingkir itu bisa mengalahkan 40 buaya dan mereka malah nurut waktu disuruh mendorong perahunya. Atau ada Dewa Sobek, itu dewa buaya orang Mesir. Atau buaya yang sekali bertelur bisa 35-50 telur, buset dah, pantas kalau di penangkaran bisa berjejalan gitu.


Di sudut ruangan ada dua petugas lagi memegang anak buaya umur 1,5 tahun. Pas kecil gitu imut ya, habis gitu mah serem abis 🙂 Ada akuarium berisi baby buaya umur 3 bulan, ada juga inkubator telur buaya.

Arena outdoornya panas banget, padahal itu baru jam 10. Isinya kanan kiri kolam buaya berbagai jenis, tapi yang kecil. Setelah itu ada arena pancing, tapi mancing piranha 😀 Bayar 5 rb dan kita dikasih kail dan lele. Arena setelah stasiun kereta juga ada kolam buaya, hih ini mah serem. Soalnya kita dikasih umpan, trus buaya umur 60 tahun itu akan membuka mulutnya lebar-lebar dan mengatupkannya dengan cepat. Masalahnya tu buaya gede banget, dan saat dia mengatupkan mulutnya aja suaranya keras. Apalagi kalau dia menggerakkan ekornya ke air, langsung pada lari dah orang-orang dari jembatan. Sungguhan loh, buaya ini PHP tenan. Kirain berat dan lambat, ternyata dia ini sangat gesit.

Penumpang kereta sudah diatur supaya tertib. Pemandangannya ngga gitu menarik, malah jadi tahu kalau wahana ini bersebelahan dengan perkampungan penduduk. Ada waterpark kecil yang cukup menarik di tengah, soalnya ada playground dari balonnya. Juga ada tawaran belajar berenang gratis.

Turun dari kereta kami lanjutkan lagi melihat arena bermain yang ngga bertema buaya lagi. Ada arena playground yang statis, ada yang dinamis dengan mesin yang sibuk bergerak. Lalu ada taman tersesat, rumah trampolin dan outbond untuk anak-anak. Mungkin yang agak buaya adalah ular tangga raksasa yang ada di depan foodcourt ini. Oya untuk foodcourt konon menjual kuliner ekstrim, daging dan telur buaya. Tapi kemarin yang terlihat sih nasi goreng kambing.


Dalam perjalanan pulang, saya mampir ke toko souvenirnya, dan langsung naksir tempat pensil cantik ini. Wuah siapa nyangka buaya bisa se-cute ini 🙂

***
IndriHapsari