Jules Verne, dengan bukunya yang berjudul 80 Hari Keliling Dunia, berhasil membuat saya mupeng untuk melakukan hal yang sama. Yah, kalau tidak bisa 80 harinya, keliling dunianya saja, saya terima deh! 😀 Kisah klasik yang diterbitkan tahun 1872 ini, menceritakan seorang pria lajang kaya raya, bernama Phileas Fogg, yang taruhan dengan teman-temannya untuk keliling dunia, dalam waktu 80 hari saja. Suatu tantangan yang mustahil, mengingat yang tersedia saat itu adalah kapal uap, kereta api, dan gajah! Namun akhir cerita, Fogg mampu melakukannya. Dan kepikiran dong saya, yang hidup ratusan tahun kemudian, masa sih, ngga bisa menyamai cita-cita Jules Verne, untuk keliling dunia?
Saya dan tokoh rekaan Verne, tentu punya perbedaan. Seperti yang telah disebutkan di awal, ‘pria lajang kaya raya’, yang nyata-nyata berbeda dengan kondisi saya. Saya wanita, dan tidak ada yang meragukannya. Punya satu suami dan dua anak usia sekolah dasar. Kaya sih ngga, tapi kalau cukup iya. Setidaknya kami bisa menyisihkan pendapatan kami, untuk melaksanakan hobi, jalan-jalan menjelajahi berbagai negeri.
Untung saja saya punya keluarga yang rela mengurus semua sendiri, plus berpetualang tanpa dipandu mereka yang berpengalaman. Tanpa pernah menyerahkannya ke travel agent, saya hanya membayangkan apa yang Fogg lakukan. Fogg sangat mengandalkan jam sakunya, menandakan ia sangat menghargai waktu yang akan ditempuhnya. Fogg meskipun kaya, tidak membawa uang berlebihan karena akan mempersulitnya. Ia membawa uang yang cukup, untuk menyokong perjalanannya.
Saya pun mendewakan ketepatan waktu. Dengan menyusun itinerary dari awal, maka saya punya cukup waktu untuk mempersiapkan semua, mulai dari alat transportasi, akomodasi, hingga peralatan dan pakaian yang harus dibawa. Keterlambatan akan membawa pada kacaunya jadwal, dan rencana bisa ada yang gagal. Sedangkan uang tentu harus dihemat, maklum dah uangnya mepet. Tentu saya tak bisa foya-foya di sini, namun juga ngga mau kalau pergi jauh-jauh mesti naik kapal uap. Jadi, mencari maskapai yang tepat waktu, nyaman dan murah, adalah persoalan utama.
Syukurlah setelah mengenal Air Asia, akhirnya saya tahu, bahwa perjalanan keliling dunia ala Jules Verne itu mungkin adanya. Murahnya ngga murahan. Tarifnya sesuai kantong, rutenya yang banyak, pesawatnya yang terawat dengan baik, staff yang professional, ketepatan waktu, dan kelengkapan fasilitasnya, membuat saya selalu memilih maskapai ini untuk mewujudkan rencana perjalanan saya.
Dari baseline kami di Surabaya, kami sudah menempuh ratusan kilometer ke Bali, Jakarta, Semarang, dan Bandung. Sedangkan perjalanan menjelajahi negeri lain, dimulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Macau, Hong Kong, dan Australia. Dengan modal yang tidak terlalu besar, menyebabkan saya harus selalu membandingkan harga berbagai maskapai dan jam berangkat maupun tibanya, karena membawa pasuka krucil ini. Dan dalam hal ini, selalu ujung-ujungnya memilih Air Asia.
Asyiknya lagi, Air Asia membuat perjalanan kami menjadi tak membosankan. Selain ketepatan waktunya, kami juga bersemangat untuk memesan makanan saat pembelian tiket. Karena Air Asia serius mengembangkan menu-menunya, dan menurut saya yang tukang makan ini, semua rasanya enak! Maka mencoba menu baru Air Asia adalah wajib. Lalu saat ada momen khusus, Air Asia juga berbaik hati memberikan kenang-kenangan pada penumpangnya. Kami sempat menempuh perjalanan di malam Natal. Mendekati detik-detik pergantian tanggal, dibagikan sepotong kue untuk setiap penumpang. Wah, damai di bumi, damai di udara 😀 *mirip slogan RRI yaaa*

Air Asia juga berusaha memanjakan penumpangnya. Merchandise yang ekslusif tersedia, demikian juga peralatan yang diperlukan dalam perjalanan seperti bantal leher dan selimut juga tersedia. Kita juga bisa menyewa tablet yang memutarkan tayangan favorit, dari pramugari yang sigap membawakannya. Toilet terjaga tetap bersih, meskipun mengangkut ratusan dalam waktu yang lama. Meminta area duduk yang tenang, area kaki lebih nyaman, atau bisa masuk ke pesawat duluan, juga tersedia. Paling asyik sih kalau sudah bisa mencoba business seatnya yang nyaman banget, yah semoga suatu saat terwujud 😀

Akhirnya memang saya bisa menjelajah negeri-negeri yang selama ini termuat dalam buku-buku travel yang membuat saya mupeng plus bersemangat untuk merasakannya. Malah akhirnya saya kini tak lagi menjadi pembaca, namun juga penulis di blog indrihapsariw.com, karena semua saya tuangkan dalam catatan perjalanan, yang semoga saja seperti Jules Verne, bisa menginspirasi yang lain.
***
IndriHapsari
Di sana ada AirAsia di Eropa ada Ryan Air. Kalau ukuran kantong Eropa, murmer harganya. 🙂
Smg bs nyobain mbak, mgkn antar negara eropa. Waktu di antar kota aussie makenya merk lain 🙂
Wohooo.. mbak Indri ikut lomba blog AA ya? Semoga juara dan bisa ke Nepal gretooong ya mba… Aku mendukungmu!! *keluarin pompom*
Hahaha, yg sy incar yg lain mbak. Ayo mbak Nurul ikutan juga! 🙂
Lho. Emang selain ke Nepal, ada hadiah ke negara lain juga tho mbak?
Hiks. Aku blum pernah ber-AA mbak. Dulu, sama kantor sering dibeliin tiket GA.
Ada, tp sy lupa, ada 2 lainnya yg bukan juara pertama. Iya AA memang jarang dilanggan kantor krn ngga lewat travel agent 🙂
Oh, penang sama bali mbak 🙂
Wah, Air Asia mania nih, mbak Indri.
Menarik memang postingan2nya waktu melancong ke negeri jiran :-). Air Asia mania nih, mbak?
Hahaha iya pak..soalnya pas di kantong, pas di hati *eaaa…. 😀
Untuk sementara baca novelnya Verne dulu, nonton kartunnya, trus yang version Jackie chan dan baca tulisan Mbak Indri. Ntar, mbuh kapan musti kesampaian setidaknya keliling Indonesia dulu deh. Trus Kali masih ada umur mau ke Korea, ikut audisi girl and *tepok jidat…..in get umur maaaak!
Hahaha..mau dipasangin sama siapa mbak? 😀
Jung yong hwa atau siwon…..*yang ada mereka langsung pingsan karena musti duet sama nenek2 hihi..
Hahaha..peran nenekw kan ada jg di drakor *eh 🙂