Akhir-akhir ini saya menghindari belanja di hypermarket. Selain terlalu luas dan terlalu ramai, saya merasa barang-barangnya terlalu lengkap. Begitu masuk area tokonya, rak-rak tinggi dan panjang seakan mengepung saya. Sulit untuk menemukan barang yang ada dalam daftar belanjaan saya, dan keluar dengan cepat. Kalau tujuannya untuk rekreasi keluarga sih masih bisa. Jalan pelan-pelan dengan troli berisi anak di dalamnya. Tapi era seperti itu telah saya lalui, sehingga yang saya butuhkan adalah proses belanja yang efisien.
Dulu mudah saja untuk membeli sabun mandi, misalnya. Pergi ke mom and pop store atau toko tradisional, dimana saya tinggal menyebutkan saya mau beli apa dan pegawai toko akan mengambilkannya buat saya. Di hypermarket, saya akan berhadapan dengan sabun mandi aneka warna, aroma, bentuk, kemasan dan merk. Proses memilih saya jadi lebih lama, apalagi kalau saya tidak punya merk favorit. Pertama saya akan pilih warna yang menarik, kemudian mencoba mencium aroma sabun tersebut dari luar kemasan. Jika tidak cocok, kembalikan ke rak, dan mulai lagi proses pemilihan. Terlalu banyak pilihan memang bikin pusing.
Berkembangnya fungsi ponsel dari semula hanya untuk menelepon dan mengirim teks membawa perubahan signifikan pada menu di ponsel. Menu yang biasanya terdiri dari satu level, sekarang bisa terdiri dari 3 hingga 4 level. Sulit bagi saya untuk menemukan fungsi sederhana seperti stopwatch pada sebuah ponsel pintar. Mungkin gadgetnya yang terlalu canggih dan saya belum layak menggunakannya.
Pada teknologi yang lebih tinggi, karena sering menonton acara Top Gear di BBC, saya jadi tahu mobil jaman sekarang sudah dilengkapi dengan layar touch screen yang canggih, dan banyak pilihan menu di dashboard. Selain petunjuk umum yang ada di sebuah mobil, mobil canggih ini kini dilengkapi dengan kamera belakang untuk parkir, kamera depan untuk memantau keadaan jalan yang BELUM dilalui seperti apa, integrated GPS, mengetahui suhu ban dan konsumsi bahan bakar per kilometer yang ditempuh. Kalau saya mengemudi mobil itu mungkin saya bakal bingung setengah mati, menghapalkan menu apa yang mesti ditekan sementara mobil melaju kencang. Yang ada mungkin saya tidak akan pernah menggunakannya.
Dalam politik, terlalu banyak partai membuat saya bingung. Karena terlalu banyak calon yang akan muncul. Mulai dari kepala negara, kepala pemerintahan provinsi dan kepala pemerintahan kota. Saya tidak tahu calon-calon baru ini kemampuannya seperti apa, karakternya seperti apa, dan apa dia nantinya akan berjuang untuk kepentingan rakyat. Yang saya tahu adalah mereka yang sudah pernah menempati posisi yang sama. Kalau lumayan, daripada susah – susah memilih calon lain, saya pilih saja yang lama. Tutup mata terhadap kekurangan-kekurangan dia sebelumnya.
Coba kalau calonnya cuma dua. Sebagai pemilih saya jadi punya waktu mencari tahu calon pemimpin yang akan saya pilih. Black campaign pasti ada, tapi akan saya perhatikan bagaimana cara dia menghadapinya. Kalap, mengakui dengan jantan, atau menyanggah dengan cerdas. Tidak ada manusia yang sempurna, yang penting saya percaya mereka yang dituduh sudah berubah.
Kalau pilihannya ada banyak, bagaimana saya bisa perhatian dengan semua hal tersebut? Mungkin saya pilih yang senyumnya paling menawan saja.
Aku juga nggak suka blanja di hypermarket. Antrian di kasir berlalu panjang. Lebih suka ke mini market. Ringkes.
Berlalu banyak pilihan emang membingungkan, sama bingungnya dengan saat ga bisa milih
Hehehe iya ya mbak, ngga bs milih dan terlalu bnyk pilihan memang keadaan ga menyenangkan 🙂