Ibu itu memotong antrian ke kasir. Digenggamnya tiga buah es krim impor. Sambil menunggu antrian berjalan, dia mengamat-amati kemasan es krim tersebut. Saat akan tiba gilirannya, dia mengembalikan satu es krim ke kasir yang sedang sibuk memindai belanjaan pelanggan lainnya. ‘Ngga jadi yang ini mbak, saya minta tukar’. Kasir itu mengamat-amati kemasan es krim yang dikembalikan. Nampak bekas sobekan. Dengan sopan kasir menjelaskan bahwa tidak bisa, karena kemasan telah cacat. Marah-marah, ibu ini mengatakan bukan dia yang menyobek kemasannya, dan ngotot minta diganti. Kasir akhirnya mengiyakan.
Persoalan belum berhenti. Dengan Blackberrynya diteleponlah suaminya yang sedang menunggu di mobil. Tak lama muncullah laki-laki berwajah merah, berperut buncit yang langsung mengancam kasir. Dengan sopan kasir menyatakan es krim boleh diganti. Tapi si bapak tetap marah-marah, tidak peduli kini mereka telah jadi perhatian pelanggan yang masih mengantri. Setelah selesai pembayaran, bapak tadi masih menyempatkan pergi ke kasir LAIN, untuk marah-marah hal yang sama.
*berapa sih? 15 ribu? Sini deh saya belikan. Ndak sumbut sama ngantrinya!*
Rapat RW kali ini berlangsung seru. Yang dibahas adalah perubahan ketentuan iuran warga. Ditetapkan untuk warga dengan luas tanah di atas 500 m2, iuran perbulannya akan berbeda dengan yang ukurannya ebih kecil. Seorang pensiunan pemimpin daerah memprotes keras hasil rapat RW tersebut. Tidak banyak bicara di rapat, namun mengirim surat ke seluruh pengurus RW tentang ketidakadilan yang dirasakannya. Sekarang, pengurus RW masuk blacklistnya dan tidak disapa.
*berapa sih? 15 ribu? Apa artinya dibanding pengeluaran bulanannya yang berjuta-juta. Ndak sumbut sama kayanya!’
Mbak (asisten rumah tangga) akan pulang kampung pada Lebaran ini. Karena mbak bekerja kurang dari setahun, maka THR yang dia dapatkan berasal dari rasio lama bekerja, dibagi satu tahun, dikalikan dengan gaji sebulan. Ditemukanlah angka 785 ribu. Majikan menyerahkan uang 800 ribu, sambil berkata ‘punya kembalian, ngga?’
*ealah…15 ribu ditanyain? Ndak liat si mbak tiap hari jungkir balik kerja ngurusin rumah? Ndak sumbut sama repotnya!*
Bilangin sama yang ribut tadi, Lima belas ribunya tak bayarin.
Ikut sewot bacanya….
Waduh waduh, maaf mbak klo jd sewot 🙂