Too Good To Be True

Kegiatan saya yang anti mainstream adalah mencari kebaikan pada orang yang jadi musuh bersama, dan mencari keburukan pada orang yang menjadi idola. Jadi kalau segerombolan orang mengidolakan tanpa pamrih, sibuk membenarkan segala tindakan idola tersebut, saya justru cari kelemahannya. Gimanapun juga idola itu adalah manusia, ngga mungkinlah selalu sempurna. Pasti ia pernah melakukan kesalahan, hanya seberapa besar, apakah ia menyadari dan memperbaiki, menjadi pengamatan saya berikutnya.

Kalau terlihat sempurna, malah saya curiga. Too good to be true.

Ada sesuatu yang disembunyikan, entah dari pelakunya, atau dari orang-orang yang mengidolakannya. Kalau dari pelakunya ya itu yang kita bilang pencitraan, biasanya ngga berlaku begitu, atau berkata begitu, jadi berbeda dari biasanya. Kemudian ada juga yang berbohong untuk menyembunyikan lakunya. Semua demi satu tujuan, yang kadang ngga disadari orang yang mengidolakannya.

Fansnya sendiri punya keahlian canggih. Pikiran dan semua indranya bisa memilah mana yang bagus untuk dipercaya, dan mana yang tidak. Tidak ada berita bagus? Ciptakan. Penting juga jalau idola kita biasa-biasa saja (ternyata, dan kita tidak mau mengakuinya) ciptakan berita jelek soal idola lain, supaya idola kita terlihat lebih baik, saksetrip, dari saingannya.

Padahal apa susahnya sih menerima kelemahan idola? Malah bagus, ingatkan tuh idolanya biar segera sadar dan memperbaikinya. Jangan terlalu sibuk membentuk idola seperti bayangan kita, kalau kita boleh melakukan kesalahan dan mohon dimaafkan, kenapa mereka tidak? Kenapa mereka harus sempurna?

Sebaliknya, bagi orang yang menjadi musuh bersama, diremehkan, dijadikan hinaan, saya cenderung mencari sisi baiknya. Orang ini, mau benar atau salah tindakannya, pasti sudah melalui proses hingga dibenci sedemikian rupa. Dia yang sebenarnya, adalah dia sebelum melalui proses itu, jadi saya percaya selalu ada sisi baik dari seorang manusia. Entah sekarang sedang menghilang, sembunyi, atau mengalami perubahan. Sisi baik inilah yang harus dibangkitkan kembali supaya kualitas dirinya meningkat.

Orang yang begitu buruk biasanya ngga mempunyai fans ya, kecuali mereka yang dibayar atau salah jalan. Karena kalau kita berusaha mencari kebaikan dari orang yang kualitasnya buruk, pikiran waras kita akan mencegah dari yang namanya pengidolaan. Please deh, kaya ngga ada orang lain aja.

Hidup itu harus imbang. Karena itulah saat melihat orang yang begitu sempurna, tidak perlu percaya 100 persen, karena bisa – bisa seperti lagunya Yovie and Nuno, ‘Kau terbangkan aku ke awan lalu kau jatuhkan ke dasar jurang’. Wew, sakitnya tuh disiniii…kecuali kalau ada pengingkaran, dan kita hidup di alam halusinasi.

20140624-061239-22359564.jpg

***
IndriHapsari

4 comments

  1. mungkin karena ada dua sisi dalam diri manusia itu: baik dan buruk, jadi kalo saya jadi fansnya, penggemarnya, atau pendukungnya, ya biasa-biasa saja. sedang-sedang saja. nggak usah terlalu fanatik…. 🙂

  2. Jadi ingat Olga. Banyak orang ga suka sama dia karena becandanya sering kelewatan. But look! Dia banyak sahabatnya, dermawan, jadi waktu dia sakit banyak yang kangen dan mendoakan dia. Kalau Masakan ngomong asal njeplak bisa jadi kita jugs pernah. Saya jadi mikir, apa saya sudah lebih baik dari dia?

    Oot ga sih ini?

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s