Egois menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Peduli setan dan teman-temannya, yang penting saya senang, puas dan tujuan saya tercapai. Tanpa kita sadari, kadang kita menjadi orang yang seperti itu dalam kehidupan sehari-hari. Siapa saja mereka?
1. Perokok
Asapmu bukan asapku. Perokok aktif mendapatkan kepuasan dengan mengepulkan asap beracun tersebut. Namun perokok pasif mempunyai dampak keracunan yang lebih besar. Masalahnya, meskipun sudah berada di smoking room, selama masih ada lubang udara, maka asap rokok ini akan terbawa keluar dan menyebar kemana-mana. Pilihan terbaik, merokok di padang pasir, tanah lapang, atau mengunci diri di dalam ruang tertutup tanpa celah. Saran saya tidak ada, selain berhentilah merokok.
2. Pengemudi yang menggunakan handphone saat sedang mengemudi
Sejago-jagonya Anda dalam membagi konsentrasi, multi tasking atau apa lah namanya, tetap saja ada perhatian yang teralihkan waktu berbicara di telepon maupun mengetikkan sesuatu. Daripada membahayakan orang lain, lebih baik pinggirkan kendaraan Anda dulu. Kalau takut klien marah, telepon saja kembali saat sudah di tepi. Keadaan jalan sangat dinamis, sepersekian detik bisa saja ada sepeda motor tiba-tiba nyelonong keluar dari ujung gang, atau ada anak kecil menyebrang. Jadi selalu konsentrasi saat sedang mengendalikan kendaraan.
3. Pasien penyakit menular yang berkeliaran di luar
Jangan menganggap yang disebut pasien haruslah yang berpenyakit parah dan dirawat di rumah sakit. Pasien adalah penderita sakit. Bahkan jika Anda berpenyakit flu pun, bisa dibilang Anda pasien penyakit menular. Jika terpaksa Anda harus tetap melakukan aktivitas di luar rumah, kenakan alat pelindung agar virus/bakteri/kuman tetap berada di Anda dan sedang dilawan dengan obat, bukan menyebar kemana-mana. Apalagi pakai acara buang ludah sembarangan. Misalkan Anda sakit batuk, gunakan masker. Hasil lab menunjukkan Anda sakit tipes? Bawa peralatan makan dan minum sendiri, jangan membagikan virus pada orang lain.
4. Pengguna toilet umum yang serasa milik pribadi
Namanya juga toilet umum, banyak yang menggunakan. Bersihkan toilet sebelum digunakan lagi oleh orang lain. Buang semua kotoran pada tempatnya, jangan jongkok di toilet duduk (biasanya di toilet wanita), dan jangan lama-lama. Bersihkan tangan sebelum meninggalkan toilet, Anda tidak mau meninggalkan jejak kuman di handle pintu kan?
5. Penyuap dan yang disuap
Sebenarnya apa ruginya sih? Kalau Anda disuap, yang rugi paling cuma si penyuap. Nanti dulu. Bukankah uangnya sebenarnya bisa digunakan untuk pihak lain yang lebih memerlukan? Hidup Anda sudah lebih dari cukup, sehingga saat Anda menerima suap, orang lain yang berhak justru tidak dapat. Kalau Anda yang menyuap supaya urusan cepat beres, hal ini seperti melegalkan, membiasakan, memaklumkan aksi suap menyuap. Sehingga saat orang lain juga ingin menyelesaikan urusannya, dia juga dituntut untuk memberikan uang suap kalau mau cepat selesai.
6. Pengguna ATM
ATM kini bukan hanya berarti Ambil Tendiri Moneynya (maksa ya..) tetapi menjadi tempat kunjungan rutin awal bulan untuk membayar semua tagihan. Karena nomor tagihan yang beragam, berpuluh digit, dan setiap selesai transaksi harus memasukkan nomor PIN kembali, tidak terasa kita telah membuat banyak orang menunggu. Solusinya, Anda bisa memilih pusat ATM di mall atau di bank, dimana di tempat tersebut jumlah ATM dari bank yang sama tersedia cukup banyak. Atau bertransaksilah pada jam-jam tidak sopan, jadi cuma setan, maling dan Anda yang gentayangan 🙂
Marah? Jangan. Saya juga masih belum bisa bebas dari beberapa kebiasaan egois tersebut. Tapi setidaknya sudah mulai merasa bersalah jika melakukannya. Semoga di waktu berikutnya sudah bisa menghentikannya