Sudah banyak mendengar tentang imigrasi di Australia yang heboh, membuat kita berhati-hati mempersiapkan segala sesuatunya sebelum nyampe sana. Ya males aja ditanyain macem-macem, ngebongkar tas yang sudah mantep banget susunannya, dan belum kalau ternyata urusan jadi panjang.
Karena itu kita sesedikit mungkin bawa cairan. Pakai ukuran mini atau sachet, dan semua cairan dijadiin satu di plastik bening. Ada obat, sabun, odol, deodorant, biar kalau kena, kena sekalian ngga nyebar-nyebar di tas lain.
Kita masuk Australia lewat Gold Coast, bandara kecil seperti di Lombok, cukup lengkap dan terawat. Seperti biasa, kalau di negara lain sih yang namanya warga negara sendiri dapat keiistimewaan. Sudah bisa ngurus immigration on arroval pakai komputer layar sentuh, selain 3 petugas yang siaga di counter. Kalau warga negara lain, mengular karena petugas cuma dua. Itupun diselingi sama yanb diantar pakai kursi roda.
Sejak awal saya sudah ngeprint kartu imigrasi untuk Australia, dari web. Memang ada banyak pertanyaan, yang menurut saya sama aja kaya lainnya. Tapi ada cerita, obat tolak anginnya Dee Chaniago (penulis buku traveler) pake ditanyain ini buat apa, trus ada yang kena saus tomat. Maklum orang Indonesia, maunya spicy. Teman saya kena kopi krim dalam sachet. Trus kita juga nyentang pertanyaan bawa drug seperti medicine apa ngga. Berhubung bawa buat persiapan, kita centang yes.
Petugasnya ramah kok, dua pria bule yang selalu senyum ke penumpang. Pertanyaan tentang medicine kita lalu diubah ke No, ketika tahu buat apa kita bawa obat itu. A couple questions, dan kita diloloskan masuk ke tahap berikutnya.
Ada pria bule juga yang tanya kita ngapain ke Oz, dan bawa hadiah Christmas ngga. Bukan pertanyaan basa basi, karena dari ngantri tadi, ditayangkan baranga-barang apa aja yang mesti diperiksa. Ternyata, tas anyaman bambu itu ngga boleh loh! Jadi semua barang yang menggunakan kayu dan tumbuhan itu dilarang. Topeng, ukiran, pokoknya semua souvenir dari Indonesia bisa kena nih. Lalu semua produk dairy goods juga ngga boleh. Ya yang dari sapi seperti krim, susu, roti, juga bisa kena.
Selesai, masuk lagi tahap berikutnya, karena kita bilang bawa drug tadi kayanya. Soalnya yang lain kok ngga. Disuruh berbaris, dan keluarlah…anjing. Anjingnya bukan yang K9 gitu dan galak, tapi tipe imut kepengen megang. Tugas dia mengendus-endus penumpang dan bawaannya, siapa tau bawa narkoba. Ada anak kecil di belakang kita nangis-nangis dideketin anjing.
Metodenya sih sederhana, tapi mungkin efektif. Ada satu wanita yang disuruh buka kopernya. Untung kita ngga, dua kali diendus tu anjing. Kalau ada yang ngga setuju sama cara ini, ya ngga usah ke Australia. That’s simple. Ngga usah komen ini itu tentang otoritas negara lain. Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung kan? 🙂
Overall, dari imigrasi saya jadi tahu, gimana cara orang Australia berlaku, tetap ramah, namun tidak berarti tidak waspada.
***
IndriHapsari
ketat ya mbak. Sama seperti jepang. Walau mgkn di jepang tdk seramah Oz. Koperku pernah dibongkar walau setelah dibongkar ya gak ditemukan apa2, wkwkwk
Weh knp tuh? Tanpa declare? Trus waktu di xray ada indikasi shg dibonglkar gitu?
dilarang bawa brg yg tdk original. Ada teman nitip dompet LV kw, hadeeh…
Ampe mesti tanda tangan juga. Beuh!
Ooh, kok dia bs detect ya. Soal barang palsu sih memang terlarang ya, tp ketahuannya itu looo..gimana caranya ya klo disimpan di tas?
[…] di sini. Yang pasti ada konjennya di Surabaya (jadi ngga harus ke Jakarta kaya kapan hari ke Australia), ambil form dulu yang diisi di rumah, trus kesana bawa paspor, tiket dan bukti book hotel, katanya […]