Keramahan Orang Australia

Sekalian saja deh, biar heboh.

Begini, setelah mengalami perlakuan tak ramah dari oknum bangsa Melayu di LCCT, diaebut oknum karena ngga mau disebut generalisasi, akhirnya saya memiliki contoh teladannya di bangsa Australia.

Bangsa yang mestinya boleh bangga dan seenak udelnya, karena dari dulu sinetron kita mengajarkan mereka yang bertubuh tinggi besar, hidung mancung dan mata biru ini sebagai pihak yang pasti kaya, cerdas dan modern. Lalu belum mata uangnya yang bikin saya mesti mikir kalau mau makan, atau tata kotanya yang rapi, atau kemajuan teknologi yang bahkan bisa dinikmati gratis bagi masyarakat umum.

Tapi yang saya dapat justru keramahan yang tidak dibuat-buat. Keramahan, respon dan senyum yang baik karena dia peduli, bukan diharuskan perusahaannya, dan jadi berubah kala dia panik (ngomongin pramugrari salah satu maskapai :P.
‘Miss, one hot tea and…’
‘One minute, ok?’
‘Ugh…OK…’
Trus brug brug brug ngurusin lainnya, dan lupalah dia akan pesanan saya…)
Kebetulan semua pegawai yang saya temui orang bule semua, sebenarnya ngga boleh generalisasi juga mereka warga negara Oz apa ngga, tapi ya sud deh, ini cerita ngga kelar-kelar nanti *ngeles*

Dengan ramah mereka mencoba menjawab pertanyaan kami, yang pasti lah terdengar aneh dari segi kefasihan bahasa. Maklum, bukan bahasa Ibu, jarang pula digunakan. Tapi mereka mencoba untuk mengerti, menjawab, meluangkan waktu untuk mengajari. Waktu tanya tempat di sebuah toko, langsung pegawainya keluar dan nunjukuin jalan. Ngga cuma om g tok belok kiri belok kanan. Waktu mau beli sim card, dia tanya dulu berapa hari stay, mau buat apa dan menerangkan kelebihan kartu satu-satu. Bingung, saya keluarin HP jadul saya, Nokia E52 (eh lupa bilang, saya sekarang back to basic. Mengembalikan fungsi ponsel hanya untuk telepon dan SMS saja, ogah ribet). Tanpa meremehkan (itu HP sudah tujuh tahun ngga diproduksi lagi, sim cardnya masih yang model gede) ponsel yang dikeluarkan oleh turis dari random country (istilahnya Justin Bieber) dia menyarankan untuk pakai kartu tertentu.

20131226-064421.jpg

Semuanya gitu loh. Petugas bandara, petugas shuttle, sopir bis, pelayan restoran, petigas hotel, semua bule dan ramah. Paduan dari sikap ramah tersebut adalah efisien. Jangan harap nemuin pegawai lagi HPan, sesuatu yang jamak saya temui di negara sendiri. Mereka juga memproses sesuatu dengan cepat. Ok bolehlah kita ngeles ‘ya pantes aja teknologinya sudah maju’. Kata saya sih tanpa human yang peduli ya bakal ngga jalan. Banyak kejadian toh fasilitas yang ada dianggurin karena ‘ngga tau cara makenya.’ Sudah ngga tau, ngga belajar pula. Gawat deh. Belum lagi masalah ngga mau merawat…hm…kuncinya selalu di human kok.

Jadi, ramah dan efisien itu bisa. Sama seperti performance di Surfer Paradise, ada yang nyanyi lagu Natal dan mabuk-mabukan di satu tempat yang sama, juga bisa 😛

***
IndriHapsari

2 comments

  1. selalu ada dualisme di dalam kehidupan ya mbak. Kita bs milih hitam atau putih. Bahkan tak jarang ada di kotak abu2, hehee

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s