Kadang, kalau kita sudah niat melakukan hal yang benar, yang berbeda dengan lingkungan atau kebanyakan orang, maka kata-kata yang terlontar adalah, ‘Sok suci lo!’. Seakan mencoba berbuat baik itu dosa. Seakan memberikan kata-kata yang baik itu salah. Seakan mencoba kembali ke norma itu kedaluarsa.
Yah, dimana-mana, yang namanya dosa itu enak. Dan setan ngga senang melihat kita lempeng saja.
Saat dunia begitu rusaknya, maka usaha kita berbuat kebaikan selayak meneteskan air pada batu. Ngga ada gunanya, batunya woles aja, dan kita seperti orang bodoh yang ingin membuat lubang pada sebongkah material.
Tapi Anda tahu akhirnya. Pelan-pelan akan terbentuk cekungan kecil, makin lama makin dalam, dan akhirnya terbentuklah lubang. Oh tentu, untuk itu akan ada yang menghina tetesan air.
‘Usahamu akan sia-sia!’
‘Munafik! Biasanya lo ngga gini!’
‘Ngga ada kerjaan ya?’
Berhadapan dengan orang-orang skeptis seperti itu, bisa menyurutkan langkah. Mengalihkan perhatian. Menunda mencapai tujuan.
Lalu, apa yang membuat kita bertahan, di tengah kepungan para pencemooh?
Tujuan.
Tujuan itu serupa cahaya terang di kejauhan. Kita tahu arahnya, kita tahu mesti kemana. Meski melalui jalan yang gelap gulita, banyak penggoda yang meremehkan langkah kita, berjalan lurus ke cahaya adalah jawabnya.
Sok suci di jaman yang serba semrawut ini?
Menjaga keperawanan saat seks bebas adalah mode?
Tidak korupsi meski dijamin aman?
Ah, Anda yang punya tujuan, Anda juga yang punya jawaban ^_^
***
IndriHapsari
Gambar : pinterest.com/pin/260505159668993218/