Gladiators of Rome : Melawan Dominasi Hollywood

20130825-182503.jpg

Film animasi Gladiator of Rome yang diputar di bioskop kali ini agak berbeda. Berasal dari Italia dan sudah tayang sejak tahun 2012. Mencari resensinya di internet tidak ada, bahkan Wikipedia tidak membahasnya. Hanya ada keterangan mengenai jalan cerita di imdb.com dan gladiatorsofrome.com, tapi tidaklah cukup untuk memberikan gambaran, film yang akan saya tonton ini baik atau buruk.

Ternyata, menonton film ini malah membuka mata saya, industri perfilman animasi di seluruh dunia sedang berkembang pesat, bukan di Hollywood saja. Italia rupanya sudah menyamai Amerika, bahkan di beberapa point lebih baik.

Film ini menceritakan tentang seorang pecundang, Timo, yang dilatih untuk menjadi gladiator. Semua orang meremehkannya, dan Timo sendiri juga cuek saja. Kelakuannya baru berubah ketika ia jatuh cinta pada Lucia, yang akan menikah dengan Casio. Sudah bisa ditebak kan, siapa yang bakal mendapatkan Lucia?

Meskipun resepnya sama, saya melihat beberapa hal yang menonjol. Setting waktu dan tempatnya luar biasa. Menggambarkan ledakan gunung Vesuvius, pembangunan colloseum dan segala kontruksi perkayuan, mulai dari skyscraper, babywalker sampai mobil mainan digambarkan dengan logis. Beberapa kali scenenya adalah masal, dan film ini telaten memperlihatkan satu demi satu detail-detailnya. Pewarnaannya juga kuat, dan..ada gradasinya! Bahkan sampai ke wajah tokoh-tokohnya, sampai keriput, payudara yang melorot, keseksian cewek-cewek Roma dan gagahnya para gladiator (sebenarnya dua saja yang gagah, Timo dan Casio), tergambar dengan jelas.

Menonton film ini seperti melihat film 3D, padahal bukan! Selain visualisasi yang baik, efek suaranya juga berhasil mewakili semua hiruk pikuk yang terjadi. Belum laju kamera yang seperti film nyata. Misalnya waktu kamera mengikuti burung yang sedang terbang, rasanya seperti kita ikut terbang juga.

Tentu film ini juga punya kekurangan. Sepertinya film ini didubbing dalam bahasa Inggris, dan pemilihan pengisi suaranya ngga seketat film aslinya. Jadi ada beberapa adegan yang kehilangan feelnya. Kemudian banyak adegan kekerasan (meski si tokohnya tetap hidup) dan slapstick.

Yang menjadi pembeda, adalah dimasukkannya unsur rebutan cewek, cemburu, kehilangan ibu, dan kasus doping. Tidak sangka, ternyata pas jaman Romawi ada tes urine segala. Hal unik lainnya, adalah penyebab kenapa Coloseum kok runtuh separuh (yang tentu saja versinya film ini). Kemudian hadirnya gladiator dari seluruh dunia dengan kekhasannya masing-masing, menambah menarik film ini.

Selamat menonton dan menikmati ^_^

***
IndriHapsari
Gambar : hollywoodreporter.com

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s