Di balik kegegap gempitaan menyambut tim sepak bola asing di tanah air, sebenarnya saya merasa miris.
Ya, miris.
Ngga usah mimpi kejadiannya bakal seperti David melawan Goliath, karena David sendiri telah terbiasa menggunakan keahliannya melempar batu bertali, untuk menghalau serigala yang ingin menyantap dombanya.
Timnas Indonesia? Kesannya mau cari gampang, ambil pemain dari klub daerah yang sudah matang, jadi polesannya nanti sedikit saja. Mereka lupa, kalau di luar tuh sejak kecil para pemain sepakbola, atau atlet apapun, sudah diarahkan kegiatannya untuk menggapai keinginan mereka sesungguhnya. Jadi ngga model instan macam kopi 3 in 1 seperti sekarang. Cepat, enak, sedap, sekaligus gampang habis staminanya.
Dan ketika ketiga Goliath diundang kemari (Arsenal, Liverpool dan Chelsea) asli deh harga diri ini terusik. Pertama karena meski bukan penggemar sepakbola, siapa sih yang ngga pernah dengar ketiga klub ini? Kedua, ya karena tahu kondisi sepak bola dalam negeri lebih banyak rapat dan berantemnya daripada prestasinya, bukankah ini..ehm..mempermalukan diri sendiri?
Tapi apalah saya, cuma segelintir orang yang merasa ngga setuju dengan semua euforia persepakbolaan yang ada. Sponsor senang, karena mereka bisa meneguk banyak keuntungan. Masyarakat senang, bisa ketemu dengan klub tingkat dunia, yang selama ini diteriakkan lewat layar kaca. Pemainpun mungkin juga senang, meski beban mental, bakal berapa gol disarangkan lawan.
Dan..yah..memang ngga bisa mengharapkan muncul David di sini. Kebobolan 17 kali, trus dikasih bonus 1 gol (gol bunuh diri) sama saja seperti mendorong David melawan Goliath, tanpa memberinya senjata apapun. Atau berangkat ujian tanpa persiapan. Atau satpol PP yang tiba-tiba datang untuk mengatur pasar, tanpa ada pengarahan sebelumnya.
Dibantai. Dipermalukan. Pulang dengan lunglai.
Apa ini yang kita sebut nasionalisme? Bergembira di atas penderitaan tim nasional. Mengelu-elukan tim lawan. Menyanyikan lagu kebangsaan klub-klub Inggris tersebut. Bersorak saat gawang timnas kebobolan.
Mana kebanggaan terhadap negara sendiri? Tim kita sudah cukup berat berlaga dengan kemungkinan menang hanya 1 persen, masih ditambah beban mental pula karena justru di kandang sendiri, mereka dijadikan bulan-bulanan.
Ah ya..tapi apalah saya..cuma manusia lebay yang terusik nuraninya…
***
indrihapsari
Referensi : Tempo Ed 29 Juli – 4 Agustus 2013
Gambar : Kansascity.com
Judul gambar : chelsea-beats-indonesia-all-stars 8-1