Sewaktu SD, saya dan teman-teman pernah diminta menyumbangkan uang, kemudian diwujudkan beras, dan bersama-sama kami pergi ke panti yatim piatu. Tempatnya nyelempit, melewati gang kecil, dan luas rumahnya seperti rumah biasa. Suasana di dalampun kusam, seperti lingkungannya. Yang membedakan, banyak anak-anak kecil di sana.
Kami menyerahkan bantuan itu pada pimpinannya, seorang Bapak yang disertai dengan anak-anak di sekelilingnya. Dengan terbata ia mengucapkan pidato terima kasihnya.
‘Sebenarnya kemarin saya sudah khawatir, karena hari ini beras kami habis. Namun akhirnya ada yang datang untuk memberikan bantuan ini.’ Saat itu saya berpikir, kasihan sekali mereka, kalau ngga ada yang nyumbang, ya ngga makan. Dan mengambil kesimpulan dari ucapan Bapak tadi, sepertinya sumbangan merupakan hal yang insidentil. Buktinya ada ketakutan ‘ngga bisa makan.’
Panti sosial di Indonesia memang manajemennya memprihatinkan. Kecuali milik pemerintah, hampir semua mengandalkan sumbangan. Ada yang agak modern dengan mendata penyumbangnya, sehingga sewaktu-waktu bisa dihubungi kembali. Ada yang menyertakan nomor rekening, sehingga penyumbang tidak perlu datang ke panti, macam saya dulu, untuk menyerahkan sumbangan. Ada pula yang sudah tahu apayang dibutuhkan, dengan memperbarui daftar barang yang dibutuhkan, pada setiap bulan.
Kampoeng Kidz yang terletak di kawasan Batu, Malang ini berbeda. Berawal dari SMA gratis yang didirikan oleh Julian Eko Saputra, seorang pengusaha dari Surabaya, Kampoeng Kidz merupakan wujud kepedulian Julian terhadap nasib anak yatim piatu yang dibinanya.
Sekolah Selamat Pagi Indonesia atau SPI ini menerima siswa dari seluruh Indonesia, terdiri dari beragam suku dan agama. Mereka tinggal di asrama, dan belajar dari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu, hari besar atau liburan sekolah seperti ini, mereka bekerjadi Kampoeng Kidz.
Di sini mereka dilatih untuk mengelola suatu usaha. Ada yang bertugas sebagai guide, memasak dan menjual makanan, menjadi operator di berbagai permainan, membersihkan toilet, menjadi badut, memberikan atraksi drama, termasuk menjadi tukang parkir. Maka yang kita lihat adalah anak-anak muda yang bekerja, sama sekali tak terlihat orang dewasa, kecuali para pengunjung.
Dengan melakukan learning by doing ini, anak didik langsung terjun berhadapan dengan masyarakat, sekaligus mengetahui apa sih keinginan pelanggan, dan bagaimana melayani mereka.
Untuk pengunjung sendiri, kawasan ini menjadi satu alternatif hiburan sekaligus pendidikan, yang kuat sekali positioningnya. Anak-anak akan dibimbing oleh satu kakak, sebutan untuk pemandu di sana, yang akan mengajak mereka berkeliling dan menawarkan wahan-wahana yang ada, mulai dari seni, perikanan, pertambangan, peternakan, olahraga, memasak ada semua. Anak-anak akan diajak melakukan simulasi, untuk menghasilkan suatu produk atau melakukan suatu kegiatan, yang bisa dijual.
Ya, mereka juga diajarkan mengenai penggunaan uang. Dengan mendaftar menjadi anggota, anak-anak akan mendapat voucher makan dan uang-uangan. Uang-uangan ini yang akan mereka gunakan setiap masuk ke suatu wahana. Lalu hasil yang mereka dapatkan, dihargai dengan sejumlah uang dan akan masuk tabungan. Tabungan itu dapat digunakan lagi untuk membeli sesuatu, atau menanam saham.
Maka yang kita lihat adalah anak-anak yang bersliweran memasuki berbagai wahana yang ada. Sibuk mengerjakan ini itu, ditemani kakak atau operator di tiap wahana. Orang tua dapat mengikuti, atau duduk saja di berbagai joglo yang ada. Mereka juga memproduksi kripik Choco Banana, yang dijual di kawasan tersebut. Merchandise store dan kantin juga ada, toilet yang bersih, serta ada pula hotel jika ingin menginap. Satu kamar ada yang berisi 8 dan 4 orang. Kawasan ini juga dilengkapi dengan hall jika ada pertemuan. Di waktu-waktu tertentu, ada pertunjukan drama yang seru. Yang unik, peserta diajak ikut juga main drama, misalnya adegan perang-perangan.
Dengan simbiosis mutualisme ini, pengunjung mendapatkan manfaat dengan keberadaan Kampoeng Kidz. Para siswa SPI juga mendapatkan bekal yang cukup untuk masa depan mereka, dan tentu tak perlu khawatir menanti sumbangan ‘agar bisa makan’.
***
IndriHapsari
Suasana di kawasan Kampoeng Kidz
Kantor Kampoeng Kidz, tempat pendaftaran, display hasil karya anggota, dan pergerakan harga saham 😀
Sebelum jalan-jalan, foto dulu yaaa…(ada fotografer khusus, dan hasilnya didapatkan sebelum pulang)
Badutnya namanya Koko. Selain menyapa pengunjung, berfoto, dia jga menari di tengah lapangan 😀
Tempat merakit barang-barang yang mereka beli.
Menghias donat. Setelah itu donatnya boleh dimakan.
Menangkap ikan pakai jaring dan ember. Ternyata pembatas tanamannya kalau dilihat dr atas adala kepulauan di Indonesia. Dekat wahana ini ada flying fox dan wahana mancing.
Ada area playground, dengan latar belakang kantin. Anak-anak dapat menukar voucher makanan dan minumannya di sini.
Tempat pertunjukan dan kursi tamu.
Produk Choco Banana dan kantin atas.
Referensi : smaspi.blogspot.com
Kampoengkidz.com
Semua foto koleksi pribadi.
saya pernah saksikan di tayangan TV – dan terasa lebih puas dengan membaca reportase ini – trims telah berbagi salam blogger
Ayo pak ke sana, menarik kok baik secara destinasi wisata, pendidikan, maupun belajar manajemennya ^_^
Saya coba kesana……………manstaf 🙂
Silakan Pak Edy, menarik kok melihat sistem yang diberlakukan disana ^_^