Batik Madura, Love It, Wear It!

Batik merupakan pilihan utama saya saat berbusana kerja. Berhubung udara Surabaya panas membara, pakai blazer beserta dalamannya tentu bukan pilihan yang tepat, meski suhu di kantor bisa seperti di kutub. Sehingga kain batik yang biasanya terbuat dari katun dan berbeda-beda tingkat ketebalan dan kelemasannya bisa menjadi alternatif yang patut dipertimbangkan.

Hal lain adalah batik ini termasuk dalam budaya bangsa, sehingga menggunakannya sama dengan bangga berbudaya Indonesia, ikut melestarikan dan memperkenalkannya ke lingkungan, dan kesannya resmi. Jadi menemui tamu atau berbicara di hadapan mahasiswa sudah cukup dengan satu dress code : batik.

Hanya saja keengganan muncul, karena motifnya ada yang ruwet (maksudnya hidup ini saja sudah ruwet, masa mau ditambah dengan menampilkannua di depan khalayak?), warnanya kebanyakan gelap, dan untuk saya pribadi, terdapat kebingungan saat berhadapan dengan batik tiruan dari China. Batik tiruan inilah yang menghantam perajin dari Indonesia, karena mereka bisa menyaingi dalam hal harga dan warna yang lebih variatif. Soal motif sih kasar banget, dan biasanya mereka masuk pasar Indonesia dalam kondisi sudah berupa baju jadi.

Saat itulah saya diperkenalkan dengan batik Madura. Batik ini biasanya dijual dalam bentuk kain, dengan panjang 2 meter dan lebar 1.15 meter. Kain batik tersebut dibuat oleh para perajin di Madura, terutama di Pamekasan. Berhubung tubuh saya semampai, semeter tak sampai, kain sepanjang itu cukup untuk membuat satu dress dengan berbagai variasinya.

Untuk batik tulis, yang harganya mencapai ratusan ribu, kainnya memang lebih halus, lebih lemas, dan motifnya lebih halus. Satu motif dan warna hanya diproduksi beberapa helai saja, jadi jangan khawatir bakal kembar. Sedangkan yang batik printing, harganya di bawah seratus ribu, motifnya lebih besar-besar, kainnya lebih kasar dan tebal, diproduksi massal, tapi ini nih yang bikin saya kesengsem, ada ratusan warna!

20130426-213324.jpg

Jadi saya bisa cuek saja pakai warna hijau dangdut, jingga nendang, atau ungu janda. Mau pink yang bikin semriwing, haru biru dan merah menyala juga bisa. Padukan dengan tas atau sepatu senada, wah ngga kalah dengan Ibu Marie Elka Pangestu deh! Dari semua kain yang saya beli, hanya beberapa yang luntur saat pertama dicuci. Yang lain sih lancar jaya. Contoh di bawah ini adalah dress yang saya gunakan saat acara Kompasianival 2012.

20130426-213736.jpg

Jika Anda tidak sempat berkunjung ke sentranya di Pamekasan, cukup datang ke mall di pusat perbelanjaan, banyak gerai yang sudah menjualnya. Atau beli online saja, sudah banyak di internet. Kalau saya sih sudah punya langganan di Surabaya, tempat saya biasa mengobrak-abrik koleksinya. Saran saya belilah kain yang pinggirannya beda, supaya penjahit Anda bisa mengkreasikannya untuk ujung lengan, ujung baju, atau lipatan di dada. Lainnya, ada harga ada rupa. Jadi sesuaikan dengan budget dan selera masing-masing.

20130426-213912.jpg

Selamat berbelanja ^_^

20130426-214056.jpg

***
sumber gambar : pribadi, semua tanpa kepala, sedang males diliatin #eaaa…GR akut šŸ˜€

2 comments

  1. wah, curang nih, photonya sengaja di-crop pas bagian wajah! šŸ˜€ batik dari berbagai daerah memang unik dan menarik, sudah coba batik pekalongan dan banyumasan? coraknya berbeda dari batik madura dan cirebonan, saya penikmat batik, sayang tak mampu beli 😦 artikel yg menarik!

    • Nanti saya coba lihat ya mbak, setahu saya motifnya lebih rumit dan warnanya lebih gelap. Sedang batik Madura lebih cerah dan motifnya lebih simple.

      Mbak, batik madura ini murah lo dibanding yang lain. Tentu jangan tanyakan soal kualitas kain dan printing ya..tapi buat saya yang cukup ^_^

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s