Meskipun bikin capek, kami berusaha sebisa mungkin membelikan LEGO sebagai salah satu permainan anak. Capeknya mengenai segala sisi. Sisi kantong karena mainan ini cukup mahal bagi kami, sisi geregetan karena ukurannya yang kecil susah untuk dicari kalau jatuh, dan sisi nelangsa kalau anak kami dengan seenaknya tidak menyimpan mainannya dengan baik, sehingga adaaaa saja bagian yang hilang.
Tapi kami tetap berusaha, sebisa mungkin, membelikan mainan tersebut. Karena manfaatnya lebih banyak daripada mudharatnya.
Mainan bongkar pasang ini melatih motorik halusnya, yang akan membantu dia saat menulis dan menggambar. Pada awalnya anak dilatih untuk mengikuti langkah-langkah di buku panduan, untuk kemudian menciptakan sendiri kreasinya. Mereka diperkenalkan dengan bentuk, ukuran, warna dan fungsi yang berbeda. Desain permainan LEGO juga memperhatikan masalah kekuatan, estetika, kemudahan perangkaian dan efisiensi pada jumlah keping yang digunakan.
Mengingat begitu populernya mainan ini, sudah pasti banyak penirunya. Mulai dari yang serius dengan mendirikan perusahaan sejenis dengan mengembangkan modelnya sendiri, ada juga yang asal meniru apapun yang LEGO hasilkan, tanpa perlu bayar royalti penciptaan dan susah payah yang harus dilewati bagian Research and Development (R and D). Pabrik LEGO, The LEGO Group yang berada di Denmark memiliki 120 desainer yang bertugas di bagian R&D.
Gemas yah?
Tapi kita lihat, sampai saat ini LEGO terus melaju dan tetap menajadi favorit anak – anak, bahkan orang dewasa di seluruh dunia. Berdasarkan pengalaman kami sebagai pengguna mainan LEGO dan LEGO-wanna-be, maka kami bisa menyusun apa saja yang menyebabkan LEGO bisa terus melekat di hati penggemarnya..
1. Kualitas
Sama seperti ahli wine yang dapat membedakan mana wine yang baik dan mana yang tidak, penggemar LEGO juga dapat membedakan kepingan yang dia pegang itu asli atau bukan. Kepingan LEGO yang asli terasa lebih halus, dengan sudut siku-siku tapi tak tajam, warna yang mengkilat, dan jika dipasang, kepingan itu gampang pula dilepas. Perbedaan ukurannyang diperbolehkan hanya 10 mikrometer.nBerbeda dengan yang palsu, sudah sulit memasangnya, melepasnya apalagi. Memunculkan keinginan untuk bunuh diri *lebay*.
2. Tanda
Setiap kepingnya mempunyai tulisan LEGO, bahkan di tonjolan-tonjolan kecil berdiameter 5 milimeter. Kalaupun tidak ada di atas, bisa dicek bagian bawah, ada yang berupa nomor. Plagiator, cukup malas dan pelit untuk bersusah payah memberi tanda pada produknya, demi menekan biaya produksi mereka.
3. Inovasi
Sementara para follower sibuk memproduksi set mainan LEGO yang sudah keluar, para staff di bagian R&D LEGO sedang sibuk menciptakan produk baru. Dari tayangan Megafactories LEGO yang diputar oleh National Geographics, para ahli desain tersebut menghabiskan waktu menciptakan keping baru yang dapat digunakan untuk beragam set permainan. Set permainanpun juga dipikirkan benar kemudahan perangkaian, pembongkaran, dan kekuatan hasil akhirnya. Karena itu rancangan bukan hanya digambar saja, namun diwujudkan dalam bentuk nyata agar bisa dicoba. Bisa dibayangkan berapa biaya percobaan ini untuk mengoperasikan mesin Stereolithography.
LEGO berusaha untuk melampaui harapan penggemarnya. Karena itu set permainannya selalu ditunggu dan diburu. LEGO juga tanggap terhadap apa yang sedang trend, misalnya dengan menciptakan set Harry Potter, Star Wars dan Indiana Jones. Saat ini karena anak-anak lebih akrab dengan dunia digital, mereka juga menciptakan video games, film kartun untuk televisi, dan aplikasi untuk gadget. Untuk dunia nyata, terdapat baju LEGO, toko LEGO dan LEGOLAND, yang paing dekat berada di Malaysia.
4. Tidak pelit ilmu
Dalam tiap set permainannya, terdapat manual book yang cukup jelas, berwarna-warni dan mudah diikuti keterangan langkah-langkah perangkaian. Selain itu, manual book tersebut bisa didownload dari website http://www.lego.com dalam versi PDF.
Memang selalu terbuka kemungkinan pesaing akan meniru keping per keping yang ditampilkan dengan jelas di sana. Tapi LEGO tetap percaya diri dan lebih memperhatikan kenyamanan penggemar. Akibatnya, banyak yang semula tidak tahu menjadi tertarik, kemudian mencari set permainan tersebut di pasaran. Satu langkah yang kelihatannya bakal merugikan, tapi berhasil memenangkan good will dari calon pelanggan.
Berdasarkan analisis tersebut, saya rasa LEGO sudah paham posisinya sebagai pemain besar. Think big, act big. Jadi alih-alih sibuk mengurusi para plagiator yang hanya menghabiskan energi, LEGO lebih memilih untuk terus berkarya demi memuaskan penggemarnya.
keren deh
Makasih ya Jayavo 🙂