‘Aku suka dia mbak’
‘Oh? Lalu..kau kasih tahu ke aku, kenapa?’
‘Mmm..tak ada, hanya memberi tahu saja.’
‘Terus bagaimana, kau sudah mendekatinya?’
‘Mmm..belum.’
‘Ah, apa yang kau tunggu? Katakan! Agar kau tak menunggu seperti ini.’
‘Yah..tak apa. Biarlah tetap menjadi seperti ini.’
‘Heh. Kadang aku tak mengerti. Menyukai, tapi tak mau mengungkapkannya. Mencintai, tapi hanya disimpan saja. Lalu, kau kapan jadiannya?’
‘Suatu saat, mbak. Pasti.’
***
Mbak, mungkin aku sudah tak waras, saat diam-diam aku mengagumimu. Saat kau dapat mengikuti pola pikirku. Saat kau dapat meredakan amarahku. Saat kau menghiburku dengan candamu.
Rasanya hal ini makin bahaya mbak. Aku tak bisa melewatkan waktu tanpa memikirkanmu. Belum lagi kau selalu mencoba menghubungi, padahal aku setengah mati menghindari.
Mungkin dengan mengarang ‘aku suka dia’ kau akan mundur mbak , tak mengajakku bicara lagi. Aku harap kau kecewa, dan membenciku sedemikian rupa.
Tapi kau malah menyarankanku menemuinya. Menasehatiku agar ungkapkan perasaan padanya. Perasaan apa mbak? Pernahkah aku katakan ‘aku suka dia’ itu hanya sebatas teman? Ah, pastilah tak pernah ku katakan, karena aku ingin kau mengira ‘aku suka dia’ itu sebagai pasangan.
Mbak, drama apa lagi yang harus kumainkan di hadapanmu, agar kau asing denganku?
***
‘Perdananya satu.’
‘Seratus ribu Mas. Langsung saya aktifkan?’
‘Ya. Tolong ya.’ Aku membuka bagian belakang handphoneku. Menarik SIM card yang sudah lama terpasang. ‘Sekalian ini tolong buangin ya Mas.’
***
Sumber gambar : pinterest.com