
Ah, semoga Anda masih ingat artikel saya yang ini,
Di artikel saya uraikan penjelasan mengenai saya sebagai orang yang belajar menulis fiksi, ingin meniru cara kerja Tuhan yang luar biasa. Artikel tersebut tentu memancing polemik, apakah saya ingin menyaingi Tuhan?
Sebelum saya jawab, sore ini saya mendapat ‘kejutan’, dengan hilangnya beberapa artikel terbaru saya, sejak tanggal 16 Februari 2013, tanpa pemberitahuan apapun dari Admin semisal artikel tersebut telah melanggar ToC Kompasiana. Sejak dari laman Profil dan Manage, artikel-artikel tersebut tidak saya temukan lagi. Tapi herannya artikel Meniru Cara Kerja Tuhan yang tayang hari ini, masih ada di Featured Article dan dapat diakses, karena memang saya sticky di situ agar mudah ditemukan.
Apakah saya murtad, sehingga Tuhan menghukum saya seperti ini?
Yang pasti, saya percaya yang mencobai saya adalah setan, dengan ijin Tuhan. Mengenai alasan, saya masih belum menemukannya. Tak terbersit untuk menyaingiNya, apalah saya, hanya setitik debu yang gampang dihilangkan. Justru saya ingin meniru Sang Maha Luar Biasa, agar pasti arah kemana yang harus dituju. Atau, ingin menguji ketegaran saya, supaya ngga gampang galau begitu bertekad dan dihalangi godaan?
Satu komentar dari Mbak Della Ana saat mampir di artikel terdahulu, beliau mengatakan ‘menjadi tuhan mini banyak godaannya.’ Ya, saya merasakannya sekarang. Merasakan dihambat, merasakan ingin mutung saja, merasakan mau marah dan banting laptop *lebay, dan ngga mungkin dilakukan karena belinya aja susah^_^*
Bagaimana menghadapinya? Pertama, curcol di rubrik filsafat *grin*. Supaya tidak ada yang mengira saya sengaja menghilangkan beberapa artikel tersebut. Kedua, menenangkan diri sambil memikirkan langkah apa yang harus saya ambil. Saya punya copynya di blog, di Word, tinggal tayang ulang. Cuma sayang saja dengan semua komentar yang hilang *hiks, miss you all my friends*. Ketiga, tidak terburu-buru. Sambil menanti siapa tahu keadaan berubah, dan terutama menunggu inet tidak galau lagi. Karena saya sudah menghabiskan kuota unlimited (unlimited kok pakai kuota? :roll:) sehingga kecepatan diturunkan menjadi seLELET-LELETnya.
Eh, kok saya ngambek lagi ya…inner peaceeee ^_^
Sudah menjadi tugas dan kewajiban setan untuk menggoda, mbak. Semuanya kembali ke mbak Indri, apakah mau tergoda atau nggak 🙂
Hahaha..kemarin di K juga ada yang menulis begitu. Ehm…semoga saya kuat ya Pak ^_^
hehehe…cr setan yang baik hati yu..hehehe
Hayuk! 😀
Hahahahahahaha………..Godaan yang baik 🙂
Wah kalau godaan itu baik, pasti banyak yang pingin digoda 🙂