Cerita 2023

Akhirnya….bisa masuk lagi 😀

Saking keselnya lama ngga bisa masuk, kalau biasanya saya mengulas temuan teknologi dan sains sepanjang tahun ini, jadi ngga mood lagi tahu ngga 😛 Selain itu, saingan saya ChatGPT 4.0 yang dengan mudah bisa cari apapun dengan waktu singkat dan penyampaian yang ramah pembaca. Belum-belum sudah kalah saingan sama AI ya 😀 Tapi jangan khawatir, AI juga ciptaan manusia, yang terbatas banget nget. Manusianya yang mesti rajin mengembangkan diri biar daya kreativitas dan kreasinya bisa melampaui jamannya.

Duh kangennya nulis tanpa draft gini 😀 Terima kasih lo buat yang sudah mau mampir dan membaca perjalanan 2023 yang…ehem…sepele ini. Bener-bener catatan sederhana yang saya ambil dari galeri foto saya, untungnya rajin selfie jadi punya kenangan deh 🙂

Hidup kita itu ibarat nonton bioskop. Banyak kisahnya, seru tiap judulnya, ada fase-fasenya, tapi akhirnya ya selesai juga. Lanjut ke judul lainnya.

Beneran deh, nulis gini sambil dengerin lagu Hallelujah…jadi nyess…gitu..Keinget episode-episode kehidupan yang terlintas, baik atau buruk, membuat kita makin bersyukur dan berserah dengan semua rencanaNya.

Yuk lanjut yuk…

Januari: Kena Covid untuk yang kedua kali 😦 Serumah karantina, ada yang karantina di luar kota, kacau pokoknya. Tahun baru kepisah-pisah. Tapi berikutnya diijinkan untuk bertemu keluarga besar. Seru sih, makan-makannya terutama 😀 Ada yang masak sendiri, beli, atau bakar-bakar bersama. Saking keselnya ngga bisa ikutan, ada yang ngedit dirinya sendiri supaya bisa masuk ke foto bersama 🙂

Februari: Seneng banget bisa kumpul sama keluarganya rekan-rekan kerja. Kapan lagi coba kita mengenal keluarga masing-masing, rekan kantor yang sudah puluhan tahun bersama. Eh anaknya uda gede, oh istrinya yang itu, gimana kabar si A sekarang?

Maret: Beberapa kali terima tamu dari jauh. Agak menyesal sih harusnya bisa diapproach lagi untuk kerjasama lebih lanjut. Tapi kena rutinitas ini lo, memang menyurutkan ide-ide ya. Di bulan ini, ternyata perayaan ulang tahun Bapak yang terakhir :,)

April: Perayaan ulang tahun di panti asuhan dan panti jompo memang harus dijadikan kebiasaan. Pemberiannya sederhana saja, habis dalam sekali santap, tapi jadi healing bagi kedua belah pihak. Yang ngasih bisa ingat ada saudara-saudaranya yang perlu ditinggikan dalam kesederhanaan mereka, yang dikasih biar semangat ada yang mengingat mereka. Jika dibilang riya, tidak apa, yang penting pesannya sampai dan semoga bisa di-ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) oleh yang lain 🙂

Mei: Untuk pertama kali rekaman untuk mengajar online. Syuting dong syuting 😀 Wah ngga kebayang kalau main di Lapor Pak gimana groginya, wong ini ngomong sendiri ngga ada yang nonton di awal sempat beberapa kali take. Tapi lama-lama biasa juga, bahkan akhirnya mengoperasikan peralatan sendiri 😀 Cuma memang ini bakat-bakatan ya, saya kok merasa yang lain lebih menarik membawakannya. Gpp, harus terus belajar 🙂

Juni: Melepas anak ke luar negeri, melepas harapan pemasangan ring untuk Mama, melepas jabatan…semuanya terjadi berurutan di bulan ini. Senang dan sedih datang bergantian. Satu hal yang saya syukuri, Tuhan selalu beserta sehingga akhirnya lewat-lewat juga yang di awal bikin cemas. Kedamaian sih yang kita dapatkan kalau berserah gitu, karena yang terjadi di luar kuasa kita sebagai manusia.

Juli: Tujuannya apa melepas semua? Supaya bisa fokus ke keluarga. Saya memang bukan orang yang bisa multitasking. Semua harus dibuat skala prioritasnya. Ingat ngga ada 4 kuadran? Saya biasa atur kaya gitu, mana yang penting tapi bisa didelegasikan ke orang lain, mending kita relakan. Keluarga, bukan di kuadran itu. Keluarga itu harus prioritas dan kita perlu turun tangan langsung. Setelah menomortigakan keluarga di bawah studi dan pekerjaan, saatnya keluarga naik lagi ke nomor 1. Tapi kerja tetap profesional dong, karena bagi saya eksistensi dan integritas ya asalnya dari who we are.

Agustus: Sesuai tema bulan ini, keberanian melawan penjajahan, saya mengambil langkah berani dengan mendatangi dokter gigi dan menyetujui pencabutan gigi bungsu. Buat orang yang alergi dengan semua yang berbau dokter gigi, ini hal yang buesar. Darimana muncul keberanian itu? Tentu buka dari kesadaran diri, tapi kesakitan lebih dari 2 minggu di rahang hingga leher :,) Itu saja sudah muter ke dokter THT yang lebih ‘friendly’ berharap bisa disembuhkan, ternyata ya masalahnya memang gigi. Entah apa jadinya kalau profesi dokter gigi ini belum ada. Setelah selesai operasi, saya menjadi lebih berani menghadapi ketakutan-ketakutan lainnya. Seolah-olah. menantang…apa sih yang lebih menakutkan dari cabut gigi? 😀

September: Dengan heboh mendampingi anak lomba. Trus memanggil anggota keluarga lainnya untuk datang ke kota yang sama. Acara lomba berasa jadi reuni keluarga 😀 Ya gitulah kalau LDRan, setiap momen berharga dan harus dimanfaatkan. Bulan ini saya juga disadarkan, bersyukurlah dimanapun kamu ditempatkan. Datang ke daerah lain dimana udara bersih adalah hal yang sangat berharga, saya menghirup dalam-dalam udara di balkon rumah sambil mengamati matahari yang mulai surut. Di daerah lain itu, matahari bahkan tidak bisa menampakkan dirinya :,)

Oktober: Bapak meninggal T_T Rasanya ngga ada yang bisa mengalahkan momen itu dari bulan-bulan maupun tahun-tahun yang sudah dan akan saya tuliskan. Orang yang menyebabkan saya menjadi seperti sekarang ini, yang sedikit berkata-kata tapi selalu tulus dalam berucap dan bertindak, pulang untuk selama-lamanya. Saya juga bukan orang yang heboh dan drama dalam menghadapi kehilangan, banyak yang harus dilakukan setelah Bapak berpulang. Namun tanpa sadar saya masih saja berencana ini itu dan seketika terhenti, ketika menyadari Beliau sudah tidak bisa dilibatkan lagi :,)

November: Banyak rekan ulang tahun, banyak undangan perkawinan, sehingga banyak kesempatan untuk berdua. Bucin sejak jaman pacaran, mendatangi pasangan yang berbeda daerah memang harus secara ikhlas dan tekun dilakukan. Setiap menit berharga, jadi males berantem karena halah waktunya lo cuma bentar, masa diisi dengan otot-ototan :,)

Desember: Belajar memahami orang lain. Belajar sabar. Setiap orang ngga sama. Jangan sakpenake. PRnya mestinya nambah, mesti lebih empati ke orang lain. Sikap proaktif itu perlu, kadang orang ngga ask for help even they need it. Resolusi tahun depan, berharap semua rencana lancar. Bukan hal yang progresif, hanya menjaga supaya semua roda bisa menggelinding. Jika Tuhan percayakan hal baik, ya disyukuri dan diterima. Jika Tuhan percayakan hal buruk, ya curhat ke Tuhan, supaya bisa ditanggung bebannya dan dilewatkan ujiannya.

Takutkah saya menghadapi hari esok di tahun yang baru? Mestinya ada ya, khawatir itu manusiawi. Semoga kita sama-sama bisa melalui ya, saya berdoa untuk Anda semua, tolong doakan saya juga ya 😀 Tuhan memberkati dimanapun ‘studio’ kita sekarang berada 🙂

Komen? Silakan^^