Menyemarakkan Perekonomian Nasional dengan Jastip

Pandemi membuat sektor pariwisata terpuruk. Itu ngga cuma destinasi wisata dan hotel-hotel lo, tapi juga restoran, toko oleh-oleh, laundry, dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan kenyamanan turis.

Dari sisi turis juga mau gimana yah, dipaksa pergi juga masih pada tutup, resiko tertular lebih besar daripada di rumah saja. Tapi yang namanya jalan-jalan itu penting, selain pengalaman juga untuk mengatasi kejenuhan selama bertahan di rumah saja. Apalagi yang sukanya icip-icip makanan lokal tuh. Pasti ada aja yang dikangenin dari satu daerah.

Solusinya adalah mendatangkan oleh-oleh berupa makanan khas suatu daerah ke rumah kita. Bukan hal gampang juga karena kebanyakan pengolahan makanan kita masih untuk dine-in, jarang yang kemasannya kuat dan pengolahannya bisa awet. Belum lagi aturan PSBB di beberapa daerah, penerbangan yang makin jarang juga sulit mendapatkan oleh-oleh tersebut tanpa resiko rusak.

Tapi untunglah para pengusaha kita itu cerdik dan bisa mengikuti tuntutan jaman. Pengemasan mulai diperbaiki, pengolahan mulai bertujuan untuk dibawa, dan didukung pengusaha transportasi travel yang semula mengangkut orang, sekarang jadi mengangkut barang. Lalu ujung tombaknya adalah mama-mama lincah yang aktif mempromosikan di grup-grup percakapan yang diikutinya, dan mereka juga rajin mencari celah apa aja yang bisa ditawarkan. Bahkan kalau mereka pergi ke satu daerahpun ujung-ujungnya jastip juga, alias jasa titipan.

Kalau di Surabaya maka daerah yang bisa dijangkau kurang dari 12 jam adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kenapa patokannya 12 jam karena itu batas waktu makanan masih dalam keadaan layak makan. Kelihatannya kota-kota tersebut bisa dijangkau dengan mudah, tapi titik transitnya ada banyak. Di daerah tujuan travel akan keliling untuk mengambil titipan yang sudah dibuka penawarannya sejak beberapa hari dan berakhir sejak beberapa jam. Kalau sebelumnya dia sudah janjian dengan toko, berarti tinggal ambil dan bayar. Yang lama kan kalau belum janjian, masih milih-milih, dikemas, antri untuk bayar. Itu kalau satu toko, kalau banyak toko dan macet? Jadilah makanan tersebut jalan-jalan di dalam kota. Perjalanan antar kota mestinya lancar karena kendaraan makin berkurang yang lalu lalang. Sampai tujuan, oleh-oleh tersebut dibongkar dan diambil mama-mama tadi. Itu membongkar dan memilahnya juga perlu waktu. Dibawa ke tempat mama-mama tadi, lalu dikirim sendiri atau melalui ojol ke end customernya. Jadi jangan dihitung jarak antar daerah saja, tapi perlu waktu untuk menjangkau point to point dengan segala aktivitasnya.

Usaha jastip ini tentu menghidupi banyak pihak. Pemilik toko oleh-oleh jadi bisa menjual dagangannya, pengusaha travel bisa terus beroperasi, mama-mama dapat penghasilan tambahan, ojol dapat order. Dibalik mereka masih ada penjual bahan baku, pedagang kemasan, keluarga dari semua pelaku usaha, dan panjang deh efek dominonya. Memang tidak sebesar kondisi sebelum pandemi karena penjualan lebih masif dan langsung pada pelanggan, bukan ngerepoti seperti ini. Tapi usaha untuk terus bertahannya yang hebat, dan dampaknya bisa dinikmati dengan lebih luas.

Anyway, sebagai pengguna jastip, saya merasa terbantu dengan tawaran-tawaran yang muncul di HP saya lewat grup atau status penjual. Pada pinter-pinter nawarin dagangannya, ngga maksa, dan ngga sering juga. Kalau keseringan malah berpotensi mengganggu dan berujung block, karena HP adalah ranah pribadi pelanggan. Males amat kalau dagangan terus yang muncul. Tapi sekali-kali bolehlah, kan kitanya juga perlu jajan. Yah ini tips juga untuk menjaga ketahanan tubuh dengan rajin makan #alesan 😜

Apa saja yang bisa dipesan kalau posisi kita di Surabaya? Berikut yang pernah saya pesan dan coba, review murni ngga pake endorsean, jadinya ngga perlu berlebihan sampe mo meninggal ya šŸ˜‚

1. Pia Eiji – Bali

Kalau pas ke Bali bisa mampir ke outletnya yang kecil di Denpasar, googling aja ya. Pernah beli di bandara dengan harga hampir 2 kali lipatnya. Rasa coklatnya manis banget, lumer pas digigit. Kejunya ada manisnya samar, kacang ijo ngga berasa kacang ijo banget, trus ada rasa telur asin yang dimix dengan kacang ijo. Jatuhnya jadi agak guruh sih. Yang pasti pianya tuh empuk dan renyah, dikemas satu-satu jadi aman buat dimakan dikit-dikit. Suka juga dengan warna kuning ngejrengnya. Kalau ke outletnya yang dia buat ya pia ini aja, yang lainnya titipan. Pemiliknya orang Jepang yang nikah dengan orang Bali. Dalam bahasa Jepang ‘eiji’ itu artinya anak kedua (kata mbaknya sih, tapi artinya juga bisa kesejahteraan). Umur pia kacang hijau paling lama, sampai 2-3 minggu ya. Yang paling cepat telur asin, kayanya seminggu deh. Ada lagi rasa durian tapi ngga pernah dapat.

2. Lumpia Mbak Lien dan Wingko Babat Dyandra – Semarang

Kalau ke Semarang pasti yang dicari lumpia. Habis sudah nyobain lumpia di daerah lain di Indonesia, ngga ada yang bisa nyamain dengan lumpia Semarang. Pada pinter-pinter bikinnya, seperti orang Palembang bikin pempek. Mungkin karena ada campuran rebung dan kerangnya ya, jadinya gurih gitu. Lumpia uda coba beberapa merk mulai dari gang yang terkenal itu sampai lumpia generasi baru. Tapi mesti baliknya ke Lumpia Mbak Lien. Kalau ke Semarang saya belinya di Jl. Pemuda, ada gang kecil, parkir mobil depan gang, trus masuk aja. Ada gerobak lumpia di depan, dengan pegawai berseragam sibuk ngegoreng dan mengemas lumpia. Itu pegawainya Mbak Lien, jadi kalau mau take away bisa di sana aja. Kalau mau nongkrong di rumah lama bisa masuk lagi ada outletnya. Lumpianya digorengin trus kita duduk deh di beberapa kursi dan meja yang disediakan di sana, sambil liatin oleh-oleh Semarang yang dipajang berjejer. Makan lumpia paling sip adalah dengan dicocol tauco dan ngremus daun bawang 

Kalau mau bawa pulang bisa pilih yang basah (digoreng di rumah) atau yang udah digoreng. Sepertinya belum ada yang vakum ya, karena pas jastip gitu dikirimnya dalam bentuk uda digoreng, mesti cepat dihabiskan 

 Kalau jastip atau take away gini dikemasnya dalam besek.

Untuk wingko babat sebenarnya ngga ada merk favorit sih, asal empuk, manis, dan gurih udah cukup. Oya wingko ini juga mesti cepat dihabiskan. Bukan karena cepat basi, tapi main lama dia jadi makin keras sampe ngga tega makannya 

3. Cakwe Udang Peneleh – Surabaya

Tinggal di Surabaya, ngapain jastip Cakwe Peneleh yang ada di Pasar Atom? Saya paling selama puluhan tahun tinggal di Surabaya, ngga sampe lima kali nyampe ke Pasar Atom. Itupun buat beli cakwe doang. Banyak hal yang membuat enggan kesana, jadi ngga pandemipun sebenarnya sudah ada insur malesnya. Apalagi ini pandemi yang mencegah kita untuk keluyuran di tempat-tempat ramai.

Cakwe Peneleh terutama yang cakwe udangnya masih yang terbaik yang pernah saya rasakan. Kemasannya sudah vacuum, jadi bisa nih kirim luar kota. Campuran udang hang dimasukkan ke dalam cakwe udah paling bener deh. Makannya dicocol ke saus asam manis yang disertakan juga.

4. Ayam Betutu Bu Lina – Gilimanuk

Kalau habis berlabuh di Gilimanuk, bolehlah mampir ke warungnya Bu Lina. Terletak di dekat terminal Gilimanuk, meski judulnya warung tapi pelanggannya ngga berhenti-berhenti datang. Kalau jastip bentukannya begini nih, ditaruh di aluminumium foil, trus pelengkapnya banyak banget termasuk ca kangkung. Ca kangkungnya yang ngga bisa bertahan kalau sampai Surabaya. Yang lainnya ok. Ada sambal, kuah betutu, kacang tanah, dan tentu saja ayam betutunya.

Daging ayamnya gampang terlepas dari tulangnya, padahal inj ayam kampung lo. Jadi gurihnya berasa, pedasnya ngga main-main tapi jadi pengen nambah nasi terus. Kalau sudah kena ayam betutu memang susah

5. Ayam Betutu Bu Mien – Surabaya

Pernahnih pada suatu masa, ngga ada yang bisa dititipin, akhirnya nyari di marketplace ada ngga ya yang jual ayam betutu di Surabaya. Dapatlah Depot Bu Mimin yang sebenarnya dekat rumah saya sih. Terakhir saya juga baru tahu kalau dia masuk ke aplikasi ojol.

Dapat saya katakan secara bumbu dan pengolahan ayamnya berbeda dengan Bu Lina, tapi bukan berarti ngga enak. Enak kok, tetep kalau beginian makannya wajib pakai nasi putih

6. Roti Bluder – Surabaya

Kalau yang ini edisi beli di tetangga. Senengnya punya tetangga pinter bikin roti, kalau dia lagi terima pesanan saya suka ditawarin. Kalau pesan bisa juga sih tapi mesti banyak karena kapasitas loyangnya besar. Jadi nungguin aja ditawarin apa dan tanggal berapa.

Roti yang dibuat macam-macam. Ada roti bluder yang bentuknya unik, rasanya manis dan difilling dengan rasa macam-macam. Keju, coklat, smoke beef, nuttela, apa lagi ya. Trus korean garlic breadnya anak-anak suka. Tipe rotinya yang lembut gitu. Ada juga pastel tutup yang kaya isi dan dibonusin kuahnya pastel tutup.

7. Ayam Betutu Men Tempeh – Gilimanuk

Ini katanya di Gilimanuk juga, tapi saya belum pernah nemu ya, malah nemunya di Denpasar. Itu loh, yang mukanya dicoret-coret. Dikirimnya juga pakai besek dan isinya lengkap.

Menurut saya ayam betutu Men Tenpeh jni tingkat kepedasan kuahnya kurang dari Bu Lina, jadi saya sebagai bukan pencinta pedas masih bisa menikmati.

8. Pork Rib Wahaha – Bali

Kalau ke Bali pasti langganan disini. Terakhir parkirannya diperluas di sebelahnya, trus ngantri belasan menit sebelum diperbolehkan masuk. Selalu rame, selalu habis, dan selalu balik lagi.

Untuk edisi jastip ini, terlihat pemilik Resto Wahaha sudah mempersiapkan dengan baik sajiannya. Daging ribnya dikemas vacuum, sausnya juga dikemas dengan baik. Ribnya uda matang sih, tinggal dihangatkan, goreng kentang, tuangkan saus, tinggal makan deh. Porsinya emang bikin kenyang banget dan dagingnya gampang lepas dari tulangnya. Selain daing, sausnya juga beda, ngga bakal dapat di supermarket impor sekalipun. Pertanda emang diracik sendiri yang sesuai dengan lidah orang Indonesia.

9. Pork Rib Nuri’s – Bali

Ke Nuri’s dua kali, yang bisa masuknya satu kali. Terletak di jalan yang kuecil dan rame di Denpasar, untung ngga kapok kali kedua nyoba. Sengaja brubut datang pagi saat restonya belum buka.

Untuk acara jastip ini, Nuri’s juga sudah siap dengan kemasan siap kirimnya. Bahkan dia sudah mengemas sausnya dalam botol-botol kaca, pedas dan tidak pedas, buat mereka yang mau barbequean di rumah. Dagingnya cukupan tapi sausnya enak banget. Saya kurang suka dengan saus BBQ yang ada asem-asemnya, yang Nuri’s ini ngga dan beneran diracik sendiri.

Kalo yang ini gabungan, ribsnya nuri’s sausnya wahaha 

 Jadi kita ambil yang bagus-bagus dari keduanya.

10. Bakpia Balong, Bika Ambon, dan Abon Gulung – Solo

Solo itu gudangnya makanan enak ya, tapi entah kok enakan kalau dimakan di tempat asal ya

 Saya biasa beli Bakpia Balong sejak kemasannya masih lurik-lurik orange coklat, sekarang dia muncul dengan kemasan baru. Outletnya kecil saja di Solo, tapi cepat layanannya karena sudah siap semua. Kemasannyapun modern dan dikemas satu-satu, jadi ngga mengorbankan satu plastik kalau masih belum melanjutkan 

Kalau abon gulungnya baru pertama nyoba dan jatuhnya enak. Adonannya perbatasan antara kue bolu dan roti, jadi empuk tapi padat gitu. Trus ada olesan manisnya, semacam krim dan mentega. Kuncinya memang di abon ya, abonnya enak dan manisnya pas.

Yang bika ambon itu juga baru pertama. Belinya bisa per 3 potong atau per loyang. Ini juga enak sih, empuk, manis dan gurihnya pas.

11. Bika Ambon, roti Semir Prestasi, Sosis Solo, Selat Solo, Dimsum, Bistik Solo- Solo

Karena enak, diulang lagi dong pas ada jastip ke Solo. Pesanannya mirip, cuma ada salah waktu pesan sosis solo pikiran saya ke sausage gitu. Ternyata kan mirip risoles isi daging ya 

 Yang beda sekarang ada roti semir prestasi. Ini enak deh, rotinya empuk, ‘semir’nya juga lembut dan manisnya pas. Berpadu gitu jadi lengkap aja semua.

Untuk bistik dan selat solo Mbak Lies saya juga pesan. Pernah makan di Solo tapi bukan yang Mbak Lies, asli itu depot selat di Solo dimana-mana ramenya ampun ya. Tapi sepertinya memang enak makan di tempat. Meski sudah pakai pengiriman tercepat dan dipisah-pisah pengemasannya, rasanya sudah agak asam, jadi memang mesti dimakan segera.

12. Babi Guling Karya Rebo, Pia Agung, Krupuk Rambak Babi Rejeki, Pie Susu Asli Enaaak – Bali

Bukan cuma penduduk Bali aja yang merasa sedih dengan dampak Covid-19 ini, tapi juga orang yang biasa berkunjung ke Bali 

 Akhirnya ya gini, setiap ada PO Bali jadi ikut antri. Yang awalnya ngga tau Pia Agung apa, sekarang jadi pingin abis ngeliatin selebgram makan pianya dengan nafsu 

 Meski ngga ikut coba karena langsung kirim ke mama dan mertua, katanya sih enak dan isinya melimpqh.

Kalau pie susu bali ‘Enaaak’ sesuai namanya kok. Cuma terus terang ngga lernah ngerasain pie susu yang ngga enak meski belinya ngga pake antri, cukup ambil aja apa yang dipajang di Krisna 

 Apalagi gara-gara WFH jadi praktik masak pie susu juga, bisa-bisa aja 

 Untuk krupuk kulit babi merk ‘Rejeki’ emang nyata bedanya dan enaknya dibanding merk lain. Uda langganan bertahun-tahun deh. Kalau di Surabaya ada dijual di salah satu foodcourt mall. Kalau ke Bali sih langsung ke pabriknya, renyah, gurih, dan nagih.

Di antara sekian banyak babi guling, entah kenapa suami saya demen ke Karya Rebo yang depotnya dekat bandara. Terakhir kesana sudah lebih modern dengan mindahkan meja saji ke depan, pegawainya sigap bungkusin pesanan take away, trus ruang makannya jadi lebih besar.

Di masa pandemi ini Karya Rebo juga gercep buat kemasan frozennya. Rapi dikemas satu-satu, trus bagian daging garingnya dikemas sendiri pakai aluminium foil untuk jaga kerenyahannya.

13. Pisang Baby Fruit, Tomat Cherry, Strawberry Lokal, Oat Milk, Yoghurt Crunchy – Surabaya

Ini sih bukan jastip, cuma dari langganan buah yang biasa saya pesan. Emang lagi nyari yang jual buah bisa dikirim. La kok buah-buahnya bikin semangat 

 Kan ada yah yang bentuknya jelek, rasanya ngga seragam, kotor, apalagi kalau udah kena asem apa ngga mateng, kesel ta. Apalagi ini beresiko karena kita ngga milih bahannya.

Untuk buah lokal ngga banyak yang saya suka, gara-gara berasa kena prank meskipun sudah dipromokan macam-macam. Yang lumayan sering dipesan semua buah yang merknya sunpride (pisang dan jambu kristal), jeruk baby pacitan karena manis semua. Yang kapok ngga mau pesan lagi strawberry lokal mulai yang dikasih nama premium atau grade A, dapetnya pasti ada asemnya, bentuknya mletat mletot, trus ada aja bagian yang busuk. Kenapa itu penting, karena saya makannya langsung bukan diblender jadi ketauan aja begitu ada benyeknya. Buah lokal lain yang enak mangga dengan semua variannya, khas semua rasanya. Trus barusan ini kelapa bakar, airnya manis dan ada rasa asapnya. Tomat cherry juga ok, sepertinya sudah ditanam di Indo jg. Lengkeng bangkok meskipun namanya kaya negara lain, saya yakin sudah disini juga nanemnya.

Beli strawberry impor uda paling bener, sorry to say. Besar, rasa manis standar, bentuk seragam, warnanya cerah. Nanti bisa bareng temannya blueberry, ini impor juga. Kecil-kecil warna ungu, manis semua dan ngga usah buangin daunnya. Anggur dari Mesir juga jaminan mutu, renyah dan manis, sebagian besar tanpa biji. Jeruk paling OK dari Amerika, bisa-bisanya numbuhin jeruk ngga pake biji 

 Apel rata-rata dari China, gara-gara ini standar apel juga niru standar China. Pir paling mantel dari Korea, bentuknya kaya apel tapi lebih jumbo.

Trus gara-gara kang buah jadi seneng yoghurt crunchy khas Yuforia. Nyarinya susah, sempat mau beli online dari pabriknya la kok ngga ada kurirnya, karena emang harus satu hari dengan kondisi suhu tertentu. Kriuk-kriuknya ini ditebar di yoghurt, diaduk, makan deh. Enak banget, meski mestinya bikin sendiri juga bisa.

Oat milk juga nyobain dari kang buah. Loh kok enak ya, dan ngga sebah juga perut saya seperti kalau habis minum susu sapi. Setelah beberapa kali pesan, akhirnya nyoba bikin sendiri dan ngga enak 

Rasanya kok tepung banget meski uda dicampur buah-buah yang mau busuk (misal strawberry). Tapi semangatnya emang ngabisin oat yang dari tahun lalu ngga habis-habis

14. Galantine – Surabaya

‘Kalau ada tetangganya jualan mbok dibeli’ gitu katanya. Saya sih mau aja beli, asal yang di rumah pada mau makan. Dan kebetulan tacie tetangga ini pinter masak, dulu sudah pesen tuh ayam kodok. Bikinnya susaaah dan kuncinya itu di sausnya. Galantine ini kaya isiannya ayam kodok, lainnya sama baik sayur dan sausnya. Uda pasti enak dong dagingnya uda digiling dengan bumbu-bumbu, tinggal lep aja deh 

15. Korean Garlic Bread – Surabaya

Satu yang saya usulkan ke tetangga, ‘Cie bikin korean garlic bread dong, lagi hits nih’ dan beneran diturutin trus sore-sore uda jadi dikirim testernya. Wah ya tentu diserbu sama anak-anak. Ini pertama kali ngerasain garlic bread. Kalau punyanya tacie ini rotinya lembut, agak manis, dan filling kejubya berasa. Garlicnya masih terasa kuat kalau yang ini. Nextnya sekali pesan langsung 15

16. Korean Garlic Bread, Salmon Mentai, Dimsum Mentai – Surabaya

Ini juga bukan jastip, tapi iseng nyari di marketplace soalnya penasaran saus mentai itu kaya apa. Udah bisa sih masak baked salmon mentai sendiri, tapi sausnya dari mayonaise dan keju doang. Katanya kan mentai itu saus khusus ya? Jadilah pesan disini, la kok dia juga jual dimsum mentai dan korean garlic bread. Yak cus pesen dikirim pake gojek.

Salmon mentainya enak, cuma nda tau apa bedanya dengan bikinan saya. Trus dimsum sepertinya enakan dimakan begitu aja yah, atau ini selera saya aja. Korean garlic breadnya enak nih, luar garing dalam lembut, garlicnya mirip garlic bread punya Pizza Hut, rasanya samar. Trus kejunya juga gurih dan lembut.

17. Chicken Stuffed dan Ayam Kanton Sonokembang – Surabaya

Kalau ini dari langganan katering, udah terkenal banget lah namanya. Kalau nikahan pake katering ini tuh jadi satu kebanggaan sendiri. Berbagai jenis sajiannya udah saya cobain dan enak semua.

Karena pandemi, Sonokembang beralih ke makanan siap saji yang bisa delivery. Tiap hari ada menunya, jadi segera pesan beberapa hari sebelumnya. Kemasannya cantik dan rasanya enak.

18. Pastel Tutup – Surabaya

Tetangga saya yang pinter itu juga terima pesanan pastel tutup. Dan untuk jenis ini dari harga dan rasa saya suka saya suka 

 Kuahnya tuh banyak di dalam, pakai ditambahin pula. Isinya padat dan ngga kentang semua, tapi ada ayam dan jamurnya.

19. Susu, Yoghurt, Mozzarella PUKID – Batu

Kalau ke Kota Batu selain makan ketan susunya, martabak mesirnya, jangan lupa susu KUD Batu juga wajib dicoba. Pertama karena ini KUD loh, yang menampung jualannya para peternak susu. Jadi apa yang kita beli langsung berimbas ke peternaknya, jadi ayo diborong 

 Kedua karena susunya ngga kaleng-kaleng. Kan ada ya susu yang cuma numpang nama dan warna aja saking encer dan berasa santannya 

#ups Yang ini tuh beneran rasanya, hebatnya ngga bikin mules (ada orang yang sensitif banget sama susu – sambil ngacung ) trus ada rasa-rasanya jadi ngga bakal bosen dah. Ternyata yoghurtnya lebih enak lagi! Dikemas seperti es loli yang langsing, rasanya juga ngga cuma numpang warna dan aroma saja, tapi juga rasa. Trus ada lagi permen susu yang hancur di mulut, rasanya seperti ~mau meninggal~ permen jaman dulu.

20. Beras kencur dan ayam goreng Sri – Pandaan

Sri itu jadi jujugan kalau kita baru turun dari Pandaan, Prigen, atau Trawas. Sebenarnya bukan favorit saya sih soalnya ayamnya manis dan basah, tahu telurnya kental banget sausnya dan manis, intinya saya bisa pindah kalau mau. Tapi tempatnya tuh enak, parkir luas, pegawainya banyak, dan layanan profesional. Kursi-kursinya mesti penuh terisi dan kehandalannya tinggi. Trus, beras kencurnya paling juara! Berasa, manisnya pas, trus ngga bikin serik juga. Paling enak diminum dingin. Soal khasiat saya belum pernah memperhatikan jadi ngga bisa cerita 

21. Tape Sekar Madu, Pukis dan terang bulan Madonna, Mie Rejeki, Mie dan bakso goreng GNI, Bakso Solo Sampoerna – Jember

Monmaap jangan sirik ya liat makanan segini banyak. Apalagi kalau bukan karena adanya cuma di Jember 

 Aaaa kok bisa?

Tape Sekar Madu itu, yang dari singkong kuning, matangnya bisa merata dan manisnya pas. Ngga ada ceritanya kena prank ada yang asem. Terang bulan dan pukis Madonna punya teman saya SMA dan emang dari dulu ortunya jual itu. Standar terang bulan Bangka daya ya dibentuk keluarga ini 

 Ya tekstur, ketebalan, banyakanya margarine, limpahan keju, tingkat kematangan…begitu ngerasain terbul lain mesti bandingannya sama terbul ini. Satu lagi yang jadi standar itu Mie GNI. Dulu tiap saya sakit sama Bapak dibeliinnya mie GNI, ‘biar cepat sembuh’ katanya 

 Tentu mie GNI tidak sama dengan obat, tapi menambah nafsu makan jadinya recoverynya lebih cepat. Ya gitu kalau kemana-mana bandinginnya sama Mie GNI. Yang enak selain mienya juga ada bakso goreng dan yong tofi. Kuahnya aja udah enak kok 

 Oh ya dia non -halal ya. Yang satunya mie Rejeki, meski mienya bukan selera saya. Tapi pangsit gorengnya, astaga ini pangsit goreng tipis-kriuk yang terkenal punya salah satu brand Bakmi aja kalah! Iya, emang seenak itu 

 Terakhir yang masih terbungkus adalah Bakso Solo Sampurna. Ini juga sama nih, standar bakso saya patokannya ini. Begitu masuk Surabaya ada yang lebih enak sih, tapi dengan harha segitu ya haris bisa ngalahin Bakso Solo dulu. Jadi dagingnya tuh berasa, baksonya sedang empuknya, kuahnya jangan lupa. Susah lo bikin kaldunyang enak itu.

22. Babi Guling Bu Oka – Bali

Pertama kali ke Bu Oka yang Ubud langsung terheran-heran sama letak depotnya yang mucuk di ujung gang kecil, tapi orang ramai kesana. Depotnya pinggir sungai, dan bawahnya kayanya babinya deh karena ribut aja ketika tahu teman-temannya lagi dipanggang 

saya ngga bisa bedain mana nasi babi guling yang enak dan ngga, semua enak kok

 Bu Oka juga mulai sadar penurunan jumlah wisatawan yang datang berimbas pada usahanya. Maka terbitlah satu set babi guling Bu Oka. Tinggal dikukus aja jadi deh.

23. Pia Agung – Bali

Saya juga nyobain Pia Agung, yang rutin diiklankan sama jastip saya. Yang endorse kayanya selebgramnasal Surabaya, cecenya full make up trus medhok banget suaranya. Makannya juga nggragas tapi tetep langsing, piye carane 

 Anyway pia Agung ini emang berlimpah isinya, makan satu sudah merasa bersalah kalau saya sih saking manis dan enaknya 

24. Kacang Telur Gangsar – Tulungagung

Ini sih bukan jastip, tapi temen ngebawain dari Tulungagung. Merk tradisional dibanding merk-merk besar lainnya, tapi asli paling enak. Kacangnya standar, tepungnya kriuk dan ngga keras, rasanya juga pas. Makan ginian mending taruh di mangkok kecil trus tinggal, kalau ngga bakal ngambilin terus, belum berhenti kalau belum habis 

25. Pentol mewah – Surabaya

Kangen jajanan sekolah? Sekarang pentol juga ada frozennya 

 rasanya, ya kalah enak sama yang di pedagang pentol 

 Kenapa ya…mungkin karena terlalu bersih dan sehat? 

 Sausnya pun racikannya tomat sambel gitu, ngga ada saus kacang dan kecap seperti biasa.

26. Siomay – Surabaya

Saya suka banget dimsum, makanan berbagai isi yang imut-imut dan dikukus. Kalau makan di restoran bareng keluarga bisa habis berkeranjang-keranjang karena sistemnya kan sharing, semua dicobain 

 Punya langganan dimsum frozen juga, saking seringnya pesan dan karena kemasan dia packingnya besar juga, sampe ditanya jualan dimana? Duh mau dijawab masuk ke perut semua kok mali ya 

Tapi selama pandemi ini ngga pernah pesan lagi, bukan apa-apa, banyak vendor yang nawarin dari lingkungan saya dan homemade semua. Paling banyak yang ditawarin ya siomay, baik isi babi, ayam, udang, atau lainnya. Lainnya itu nda terlalu cocok buat lidah saya, apa ya, terlalu fusion rasanya. Paling senang sama siomay yang isinya mentul-mentul saking penuhnya, kulit yang tipis dan lembut, trus campurannya pas. Ya gurih, ya kerasa bahan penyusunnya, semua ngga ada yang dominan.

Ini salah satu contohnya sih, dari mamanya teman anak saya. Satu paket dengan bakso kasar dan halus dan kuahnya. Pertama nyoba baksonya, kok enak. Begitu ditawarin siomay ya ho-oh aja, pasti enak juga. Dan soal rasa saya jarang salah 

27. Banh Mi – Surabaya

Ini juga bukan jastip, tapi depotnya kecil di daerah Surabaya Barat gitu. Dapetnya dari mana coba? Google Map! 

 Awalnya karena liat acara kuliner, sepertinya Somebody Feed Phil, yang lagi jalan-jalan ke Vietnam. Trus liat roti prancis ini yang isinya daging dan sayur. Kok kayanya enak ya, akhirnya pesanlah diantar pakai ojol.

Benarnya pesan pho juga, mie putih dengan kuah bening. Tapi sebagai penikmat indomie soto, rasa kalah semua ya wong hampir plain gitu 

 Jadinya yang bertahan sampe dipesan 3 kali yang banh mi ini. Tekstur luarnya renyah cenderung alot, dalamnya basah. Trus isiannya ada babi, ayam, daging tinggal pilih aja. Yang pasti ada itu sayurannya kaya wortel dan apa ya yang putih-putih, sausnya cenderung asam. Makan ini berasa ‘bersih’ dan asli bikin kenyang soalnya ngunyahnya lama 

28. Puding buah – Surabaya

Kadang suka bingung ya mau ngasih ke orang apa lagi selain nasi kotakan atau kue. Lihat ke outletnya kantin langganan di kampus yang buka di rumahnya selama pandemi, baru liat kok cantik ya pudingnya. Akhirnya pesan, sekotak isi 6 persis kaya di gambar. Gambarnya keliatan enak ya, rasanya juga 

 Pudingnya pas lembut dan manisnya, puding susu bawahnya, toppingnya irisan buah, trus disiram gelantine bening. Vlanya berlimpah dan pas rasanya, meski lebih encer dari yang biasa saya makan dan ngga pake rhum.

29. Ayam Bakar dan Ayam Betutu – Sidoarjo

Kalau ini bikinan adik saya dan cocok aja nih rasanya. Secara sayanya ngga bisa masak ya sudah piro-piro dibikinin kaya gini. Ayamnya pake pejantan jadinya gede dan minim lemak. Trus ngga tau gimana cara dia bikinnya tapi dagingnya empuk dan bumbunya meresap. Kalau ayam betutu bumbunya dilabur ke ayamnya. Kalau favorit anak saya yang ayam bakar, kerak item yang pait itu ngga ada, manisnya pas, dan asli bumbunya bikin nagih. Bisa dibuat simpenan di kulkas lo. Kapan hari saya pesan ayam ungkep biar kalau perlu tinggal digoreng (iya, kakaknya pemalas ) begitu datang langsung simpan di freezer. Ternyata adik saya sudah bisa bikin bumbu kuning yang kalau dituang di nasi bisa bikin nambah terus

 Good job!

30. Roti sisir – Jogja

Ini roti sisir yang lagi happening di dunia perjastipan. Kalau biasanya makan roti sisir Matahari dari Pasuruan yang uenak itu, bakal merasakan roti sisir Jogja ini lebih lembut tekstur rotinya dan empuk. Classic butternya masih kalah sama yang Pasuruan, tapi termasuk enak karena pas dengan kelembutan rotinya.

Satu kotak dibagi jadi 2 varian rasa yaitu manis dan asin. Yang manis termasuk classic butter, keju, coklat, tiramisu, nanas, dan durian. Yang asing ada ayam lemper, daging, lainnya lupa pokoknya total ada 6 rasa. Kirain makan 1 kenyang, la kok ngambil lagi

31. Pantja Fried Chicken – Jakarta

Awalnya dari berita di Kompas, kalau di Jakarta berkembang usaha bikin fried chicken khas Lousiana. Nyesel kemaren pas ke US kok lupa nyobain buttermilk fried chicken ini. Makan chicken strips sih di BKnya DC tapi kan beda yak. Cek putlet yg jualan, yg satu jauh di serpong, yg satu IGnya diprivate. Males ah.

Trus iseng googling, dapat nama Pantja ini di Senopati. Cek di review,katanya emang juara ayamnya. Titip suami deh kalau pualng untuk bawain. Sampe rumah angetin di microwave.

Kalau dari rasa dan tekstur ya, bumbunya meresap sampai dagingnya, kulitnya kecoklatan, ada kaya herbnya gitu di kulit, dan teksturnya cenderung basah, bukan kering. Buat yang biasa makan KFC, aygor amerika ini (eh KFC juga dari amerika ya ) kurang asin, kurang gurih, dan kurang crunchy.

Sebaliknya buat wedgesnya, kentang yang dipanggang dan digoreng lengkap sama kulitnya, asli ini french fries terenk yang pernah ada. Buttermilknya meresap benar, rasa kentangnya ngga ilang. Trus teksturnya mestinya lebih crunchy daripada setelah nginep semalam di frozen dan dipanaskan microwave, jadi pasti lebih enak lagi. Kapan-kapan pesan kentangnya aja dah, enak banget. Kalau kentang kukus juaranya masih kentangnya Dieng yang kecil-kecil itu loh. Itu dimakan sama kulitnya ngga dipakein apa-apa udah enak banget.

32. Martabak Sinar Ibu Alan – Surabaya

Ketauan kan kalau bukan dari Surabaya. Di Surabaya itu kita nyebutnya terang bulan untuk yang isian manis, martabak untuk yang asin. Jadi ngga ada yang namanya martabak keju di sini. Cuma karena outlet ini dari Muara Karang Jakarta, jadilah menunya ‘aneh’ 

Tertarik cari martabak ini karena liat liputan yang di Jakarta, martabak yang isiannya sampe tumpe-tumpe saking penuhnye. Pengen tahu dengan isi semelimpah itu rasanya kaya gimana. Ternyata di Surabaya ada, cuma namanya dari Sinar Bulan jadi Sinar Ibu Alan 

 Ada-ada aja dunia percabangan ini.

Liat di Google Map apa ya menunya, tertarik dengan yang Martabak Keju Komplit. Wah kejunya apaan aja nih? Cheddar, mozzarella, parmesan, dicampur jadi satu kah? Beli setengah loyang aja karena sepertinya gede banget porsinya dan mengingat rasa bersalahnya, jangan banyak-banyak ngemilinnya 

Trus datanglah tu martabak by ojol. Setengah loyang itu = satu kotak sendiri, jadi ya emang banyak. Trus…minyak semua karena margarinenya sepertinya dilabur banyak-banyak. Dan yang dimaksud keju komplit itu ternyata keju+coklat+kacang 

 Astaga, klo disini udah namain aja terang bulan komplit, biar ngga salah persepsi gini.

Kalau rasa, mengingat bahannya enak semua, ya rasa ok lah. Cuma dibanding yang ngga semelimpah itu, kok jatuhnya sama ya? Tapi ngga apa dicoba bondo penasaran 

33. Gorengan Soponyono – Jember

Ini wajib beli, baik saat keluar ataupun mau masuk Jember. Tepatnya di sekitar Jatiroto, ada dua depotnya, googling aja. Wajib coba itu pastel, terenak seIndonesia. Padahal isinya biasa aja, ragout, ngga ribut sama cheese-ham-mayonaise yang kekinian. Dari jaman saya kecil ya begitu doang, ditambah sepotong telur rebus. Tapi enaknya ya ampuuun…cari dimana-mana ngga ada yang mirip. Pastelnya gede-gede, kulitnya tipis dan lembut, trus isinya melimpah gitu. Makan satu bakal kenyang.

Trus tahu isinya favorit berikutnya. Sama juga tuh, isinya penuh dengan toge, daging, udang, wortel, entah apa lagi kok enak bener. Ote-ote juga enak, lumpia dan resoles juga sama. Yang kemaren ngga dapat itu onde-onde. Gede, lembut, dan isinya kacang ijo yang pas manis dan rasanya. Aduh udah deh jaminan mutu pokoknya.

Ngga usah ada ending ya, saya khawatir daftarnya bakal nambah lagi 😁

***

IndriHapsari

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s