
Kaohsiung yang terletak di selatan Taiwan memang ngga sepopuler Taipei. Tapi Air Asia buka penerbangan kesana, lebih murah, jadilah saya mencari tahu sebaiknya kemana aja di kota tersebut. Berencana cuma dua malam di kota itu, gara-gara salah pesan hotel di Agoda, jadilah kami memperpanjang waktu tinggal di sana. Dan untuk keputusan mendadak ini, ngga ada penyesalan, malah syukur waktu tinggal diperpanjang.
Sebabnya, kota ini maju dan bersih, dengan jumlah penduduk yang ngga sebanyak Taipei. Jalanan utama sering sepi, sampai saya mikir ini orang-orangnya pada kemana ya. Tapi transportasi publiknya jalan semua, fasilitasnya bagus, aman, jadi pergi mandiri sangat mungkin dilakukan. Mengenai transportasi bisa bacadisini, untuk makanan bisa dicicipdisini🙂
Shoushan Zoo
Nyari kebun binatang ini agak susah di Google Map, namun akhirnya dapat juga. Dari internet kok mbulet ya kesananya, pulangnya apalagi. Tapi mendekati hari keberangkatan akhirnya dapat pencerahan. Ternyata ada shuttle busnya langsung dari main station ke bonbin! Yeay…senangnya ngga usah ganti-ganti kendaraan.
Karena berangkat dari halte pertama, kami bisa duduk anteng sampai tujuan. Sempat salah turun ke halte sebelumnya yang jadi tempat trekking para lansia, akhirnya dengan jalan dikit sampailah ke jalan masuk ke bonbin. Yang bawa mobil juga didropnya disini, lalu jalan menanjak ke pintu gerbang.
Setelah bayar karcis kami masuk ke bonbin yang ternyata luasnya seperti bonbin di Surabaya. Bedanya disini stroller friendly, bersih, ngga tercium bau, dan kandangnya ada yang modernnya. Misal yang ada kuda nil ditempatkan di dalam kamar berkaca, sehingga bisa dilihat dari samping endutnya. Orang utan diberi kandang luas dan teduh, sehingga ngga kepanasan. Harimau terlihat begitu dekat karena mereka dibatasi selokan dan kaca.

Ngga gitu lama kok mengelilingi bonbin ini, ngga seperti kalau ke Ragunan. Toiletnya bersih, dan pulangnya juga gampang. Duduk aja lagi di halte pas pertama datang, ngga lama busnya datang. Perjalanan ke tempat semula kira-kira sejam dengan kondisi jalanan lancar jaya.
Takao Railway Museum
Keluar dari stasiun Sizihwan sudah terlihat museum yang terletak di sisi kanan museum. Masuknya gratis, bisa melihat foto, maket dan rak buku jaman dulu. Di bagian belakang ada beberapa lokomotif tua. Mm…gini aja?

Ternyata ada obyek wisata lain. Awalnya heran liat orang-orang turun dari stasiun kok langsung ambil sepeda. Maksudnya kalau cuma Takao aja masa sampe perlu sepeda? Ternyata jalan ke belakang Takao bisa lihat jembatan yang melengkung. Lalu dari kejauhan terlihat rumah terbalik.

Oh pantes orang-orang pada kesana. Jadi jalanlah kami melintasi lapangan rumput yang sesekali ada bekas relnya. Sepertinya ini tempat perhentian terakhir kereta-kereta tua. Sampai di rumah terbalik ada juga koper gede, karya artistik lain yang dibuat dari logam bekas. Lalu ada tiga gudang (cuma ada pintu dan jendela) yang ramai dikunjungi. Di satu sisi gudang ada kereta api listrik dan uap mini yang bisa dinaiki pengunjung cilik dan orang tuanya. Posisinya bukan duduk loh, tapi jongkok saking mininya 😀
Saya sendiri lebih memilih masuk ke museumnya, namanya Hamasen Railway Museum. Yang ini berbayar dan cukup mahal. Isinya gudang yang disulap jadi beraih, temaram dengan tata cahaya yanh artistik. Selain loko uap asli, ada beberapa permainan dan gongnya adalah maket Taiwan lengkap dengan kereta api dan kincir angin yang bergerak terus. Kalau mau lihat lebih luas bisa naik ke atas. Ada balkon yang bisa melihat maket dari atas, atau menyusuri balkon karena di dindingnya dipasang aneka model kereta api.
Kaohsiung Museum History
Terletak di jalanan utama dan sepiii, bangunan besar ini yang dipakai museum hanya bagian depannya dan dua lantai. Keluar dari stasiun Yangchengpu, belok kanan dan lurus saja, lalu melalu jembatan penyebrangan yang bersih dan tinggi. Masuknya gratis, isinya kamar-kamar berisi barang pajangan sesuai tema. Secara umum sih menyangkut sejarah pergerakan, budaya dan kesenian. Kunjungannya cepat saja, soalnya…pakai huruf China semua 😀 Tambahan lagi kurang interaktif ya, jadi anak-anak ya lewat-lewat aja.

National Science and Technology Museum
Ini museumnya bagus banget, interaktif dan besaaar banget. Kalau mau seharian bisa dihabiskn disini. Harga tiketnya juga jadi murah karena begitu banyak yang bisa dilihat.

Benarnya ngga cuma dilihat sih tapi boleh disentuh. Benda-benda ini dipisahkan sesuai tema, dan all about knowledge. Hampir semua interaktif sehingga anak-anak suka mainnya, orang tua juga siap-siap deh ditanyain kenapa begini dan begitu 😀

Ada 4 lantai yang bisa dijelajahi, saran naik aja dulu pakai lift ke lantai atas, lalu turun satu-satu. Gempor banget ngelilinginnya meski ada eskalator. Kalau mau makan ada restorannya, ngisi form saja dan untunglah ada bahasa Inggrisnya.
Love River
Katanya sih dinamain begitu karena banyak pasangan memadu kasih si pinggir sungai. Hah, jangan sampe ada yang cipok-cipokan dan diliat anak-anak Tapi mungkin karena kami milihnya antara siang ke sore, para pasangan itu belum datang. Lagian sepertinya sungai ini bagusan malam karena banyak lampunya.

Yang nyetir cewek, yang memandu cowok. Kapal berpenumpang sekitar 20 orang kalau penuh ini melaju tenang di sungai yang bersih meski airnya berwarna gelap. Sepanjang perjalanan kami melihat gedung-gedung tua dan baru bercampur jadi satu. Paling menarik pas masuk ke muara sungai. Ombaknya terasa, lalu di hadapan kami adalah kapal-kapal besar yang sedang bersandar.
Liuhe Night Market
Mencapainya cukup mudah, belok kiri saja dari Stasiun Formosa, langsung ketemu jalan yang ditutup sejak sore, tempat para pedagang mempersiapkan gerobaknya. Bercampur antara makanan dan non makanan termasuk permainan ketangkasan, pasar malam ini ngga terlalu banyak pedagangnya, tapi lebar jalan untuk pengunjung paling besar dibanding pasar malam lainnya.

Meskipun katanya aman, baiknya taruh tas di depan, kebiasaan pas di Indo sih, ada baiknya hati-hati. Siapkan lembaran ratusan biar enak transaksinya, ngga usah ngeluar-luarin dompet. Paling murah 50 NTD dapat papaya milk, paling mahal 500 NTD untuk kepiting atau separuh lobster. Jajanan lengkapnya bisa simak disini.
Dream Mall
Kemanapun termasuk di kota-kota di Indonesia, paling males mengunjungi mall. Ngga tau ya, too large and too crowded. Mau beli-beli juga males, sayang duitnya dan bagasinya. Di Surabaya sendiri juga banyak mallnya, brand yang dijualpun paling sama.
Cuma kali ini diniatin ke Dream Mall, letaknya agak di pinggir Kaohsiung. Pantesan suepi jalannya meski lebarnya kaya jalan tol. Enaknya busnye berhenti pas depan mall. Kesini karena pingin naik ferrish wheel, supaya bisa liat Kaohsiung dari atas (kan sudah darat dan airnya, tinggal udara). Jadi ceritanya si ferrish wheel ini nongkrong di atapnya mall, makanya cukup banyak view yang bisa dilihat.

Pas masuk mall, wih ternyata disini toh semua orang Kaohsiung berkumpul. Ngga pernah liat orang berkunjung segitu banyak selama berada di kota ini. Mau makan di food court juga ampun deh, nyari tempat duduk aja susah. Di Indonesia meski penduduknya ratusan juga gitu ngga sampe segitunya deh.
Di atap selain ferrish wheel ada permainan lain khas theme park. Ngga terlalu besar sih, dan si bianglala ini emang jadi pusat perhatian. Enak ngga usah ngantri, setelah bayar kami masuk ke kabin tersendiri dan mulai deh liat Kaohsiung dari atas. Kota ini cenderung datar tapi dikelilingi pegunungan. Lalu kegiatan reklamasi juga sedang dikerjakn. Ya gimana lagi, penduduk tambah banyak sedangkan membabat gunung lebih sulit. Jadilah datran yang bentuknya persegi.
E-DA Theme Park
Taman bermain ini didatangi karen ternyata kamo mesti stay satu malam lagi di Kaohsiung. Nyari dari peta yang diterbitkan pemerintah, kebanyakan wisata alam ya. Yang lain sudah pernah. Lalu coba buka TripAdvisor, jadi inget dulu pernah masukin E-DA Theme Park ke itinerary, tapi trus dihapus karena waktu ngga cukup.
Cara mencapainya mudah, turun aja ke stasiun Zuoying, lalu nunggu bus yang ke E-DA. Sekitar sejaman ya, kami memasuki kompleks hotel, sekolah, mall, taman bermain dan perumahan yang megah. Konsepnya seperti kompleksnya Citra Rayanya Ciputra, tapi ini lebih megah, padat dan lengang Harusnya berhenti di depan pintu mall yang juga jalan masuk ke theme park, tapi kita salah turun. Jadilah jalan jauh dan pake acara tersesat segala.
Tiket theme park bisa dibeli di lantai 2, ternyata temanya Yunani gitu ya. Soalnya petugas dan nama-nama arenanya pakai khas Yunani. Disini student dengan student card dapat potongan. Meski bingung waktu saya sodorkan student card sekolah di Surabaya, akhirnya dapat juga potongan.
Acara pertama adalah ngantri monorail. Habis dari peta yang diberikan, ada 4 kelompok arena yang bisa dikunjungi. Modelnya kaya Genting, ada permainan indoor dan outdoor. Pas melintas ke permainan indoor, terlihat permainan outdoor yang…yah…sama Jatim Park aja masih lebh menarik dan lengkap yang di Malang. Mana panasnya ampun lagi. Jadilah kami main di indoor aja.

Dan yang seneng yang paling kecil, mainan kayanya buat anak kecil semua. Sesekali kami temani, tapi emang 4 lantai ini paduan mainan anak-anak dan cafe atau resto. Kalau yang gede-gede kayanya main di luar. Selain permainan biasa yang ada di theme park, ada gokart dan ferrish wheel lagi. Tapi tempatnya dong, di ujung yang berbeda 😀 Jadilah kami jalan lagi mendekati pintu masuk. Ferrish wheel disini sama konsepnya dengan Dream Mall, nemplok di atap gedung. Sepi cuma ada bianglala, tentu dengan sukses kami dapat kabin sendiri. Yang dilihat pemandangan Kaohsiung mau ke luar kota. Terutama komplek E-DA yang gedeee banget, mewah, tapi terkesan ngga berpenghuni.

Selesai, nunggu busnya depan mall. Jadi sempat menyusuri lantai mall yang mewah dan lebar, penuh dengan brand-brand high end, tapi hampir tanpa pengunjung. Bus ini biasa, tapi penumpang yang diangkut ya mbak-mbak modis yang bawa shopping bag Prada 🙂
Bersambung ke Taipei 🙂
***
IndriHapsari