PLACE
Pasar tradisional tumbuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Karena itu lokasinya biasanya strategis, dan harusnya jangan dibenturkan dengan retail modern. Retail modern punya kekuatan untuk menarik pengunjung sekaligus mengambil konsumen pasar tradisional. Kalau saja penataan kotanya sudah jalan pasti ngga ada cerita pasar yang mati pelan-pelan.
Lokasi strategis sudah di tangan, selanjutnya adalah menggiring konsumen agar mendatanginya. Buat yang dekat – dekat sih ngga perlu, tapi yang jauh – jauh atau pendatang baru perlu tahu. Tentu kita ngga bisa mengiklannya tiap hari di koran, tapi menitipkannya dalam situs milik pemerintah kota, atau situs travel agent bisa dilakukan. Pasar harus punya keunikan, selain kenyamanan, yang akan menarik orang datang. Misal ada pasar khusus ikan, ada pasar buah – buahan, atau bisa juga ada atraksi yang menarik pengunjung.
Kenyamanan timbul dari kebersihan, pemeliharaan dan pengaturan tata letak yang mudah diikuti oleh pengunjung. Untuk itu diperlukan kerjasama antara pemilik kios dan pengelola pasar. Kebersihan kios menjadi tanggung jawab pemilik kios, sedangkan yang di lorong dan area sekitar menjadi tanggung jawab pengelola. Pengelola juga harus menyediakan tempat sampah yang memadai dan gampang ditemui, baik untuk pelanggan maupun pedagang. Tentu, mengambil sampah secara berkala juga harus dilakukan, atau sampah menjadi busuk dan mengeluarkan bau tak sedap, yang mengganggu kenyamanan. Pemilihan model tempat sampah yang gampang diakses sekaligus melindungi sampah di dalamnya, menjadi prioritas utama sebelum menyetujui pembelian tempat sampah dalam jumlah banyak.
Kebersihan termasuk saluran air yang baik, sehingga tidak ada air menggenang, selokan yang terhambat, atau keran air yang macet. Tidak semua pedagang memang memerlukannya, tapi penjual makanan dan pedagang ikan akan memerlukannya. Pengelolaan sampah nantinya tidak hanya untuk menjaga kebersihan, namun bisa diolah menjadi pupuk atau uang setelah memilah barang yang bisa diserahkan ke pengepul.
Kios lebih baik dibuat seragam secara ukuran dan bentuk, kemudian diberi nomor kios sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukannya. Membuat peta lokasi juga baik, pengunjung dapat menemukannya tanpa perlu bertanya. Lantai jangan dari tanah karena begitu hujan akan membuat pasar menjadi kotor. Perawatan yang serius dari pengelola dibutuhkan, supaya alur pengunjung dan pedagang berjalan lancar.
Hal yang mempengaruhi alur adalah tata letak. Pasar memang sebaiknya satu lantai saja, karena pengunjung membutuhkan akses yang cepat. Jika di lantai atas digunakan untuk pertokoan atau kios non-food tidak apa, karena barang-barang ini akan membuat pengunjung rela menaiki tangga.
Pedagang sebaiknya dikelompokkan sesuai jenis barang yang ia jual. Untuk pasar besar biasanya yang dijual sudah spesifik, sehingga bisa dikelompokkan. Pengelompokkan ini memberikan keuntungan untuk pengunjung, karena mereka mudah menemukan kios yang dimaksud, dan dapat dengan mudah beralih ke kios yang lain jika barang yang ditemukannya tidak ada, lebih mahal atau lebih jelek kualitasnya. Mau tidak mau pedagang harus memperhatikan benar produk yang akan dijualnya. Untuk pasar yang kecil, terdiri atas sekitar 20 kios, biasanya kios menjual berbagai jenis produk sehingga sulit dikelompokkan. Yang bisa dilakukan hanya memastikan bahwa penataan kios ini sudah rapi, sehingga mudah ditemukan pelanggan.
Biasanya pasar tradisional terdiri atas beberapa pintu masuk dan keluar. Jika hanya satu akan menyulitkan pengunjung yang pada peak time akan membanjiri pasar, yang berefek pasar terlihat sesak. Banyak pintu tak apa, asal ada peta saat ini pengunjung berada dimana. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keberadaan pintu pengunjung harus berbeda dengan pintu barang datang.
Saat barang datang, baik yang dibawa oleh pedagang atau pemasok, akan ada pemindahan atau pembongkaran muatan dalam jumlah besar. Perlu tempat yang cukup luas agar proses ini berjalan lancar. Karena itu jika disatukan dengan pintu pengunjung pasti akan saling mengganggu. Pengelola sebaiknya menyediakan alat bantu pemindahan, seperti troli atau hand truck, yang harus dikembalikan setelah selesai barang diantarkan ke kios.
Jika pasar tradisional sudah beralih menjadi tujuan wisata, maka sebaiknya disediakan bangku tempat pengunjung beristirahat, yang bersih dan tidak pengap. Lokasinya bisa di luar menghadap taman, atau di dalam di dekat area makan. Sambil beristirahat pengunjung dapat mencicipi aneka penganan milik pedagang masakan. Area parkir yang cukup dan tidak semrawut juga merupakan daya tarik lainnya.
(Bersambung)
***
IndriHapsari
Foto : pinterest.com
Di indonesia pasar tradisonal mana mba yang jd tmpt wisata?. Kalau di kota metro salah satu pasar tradisionalnya dkt dgn pusat perbelanjaan mba dan beberapa waktu lalu di pindah ke tempat lain malah sepi pembeli. akhirnya pada balik lagi. Di sana udah di kelompokin yang jual ikan, jajanan pasar, cabe, daging, ikan asin dll. Tapi tetap banyak yang buat lahan sendri di lorong2 kios.
Potensinya ada. Malah dr pinterest sy tahu sdh bnyk turis asing yg blusukan ke pasar, mrk melihat pasar kita itu unik. Pasar apung, pasar di Bali sm Tomohon, itu menarik.
Iya pengaturan pasar mesti tegas dan jelas, tp ttp berpihak pd rakyat kecil.
Di Medan ada beberapa pasar traditional yang seru buat jadi tempat belanja.
Wah asyik dong mbak..ntar klo ke Medan mau blusukan ah ke pasar 🙂