1. Barang ada Mau buat atau jual apa? Pastikan kestabilan pasokannya untuk menjamin peritel tidak kecewa. Perhatikan kualitas, lama produksi, pengiriman, dan kapasitas agar Anda tahu kemampuan usaha Anda.
2. Toko mana? Jika belum ada bayangan dan informasi dari rekan supplier yang lain, bacalah iklan di koran, yellow pages, atau keliling di daerah Anda untuk tahu peritel terdekat. Untuk peritel yang sudah ada cabangnya, jika pasokan barang kita sudah disetujui untuk dijual di tokonya, ada kemungkinan kita juga harus mengirim ke cabang lainnya.
3. Bawa contoh produk dan daftar harga Bawalah contoh produk untuk diberikan secara gratis ke peritel. Ada yang langsung memutuskan diterima atau tidak, tapi ada juga yang harus ditinggal. Relakan, anggap saja amal. Jangan lupa bawa daftar produk beserta harga, bila produk yang Anda tawarkan lebih dari satu.
4. Mental baja, hati besi, tangan dingin Kalau ditolak, apalagi dengan wajah tak ramah, jangan cepat tersinggung. Coba tanya kenapa tidak bisa masuk ke toko tersebut. Jika karena sudah ada produk yang sama persis, coba berikan harga terbaik. Atau jika ada produk sejenis, coba jelaskan kelebihan produk Anda dibanding pesaing. Ada kemungkinan tetap ditolak, kalau begitu pamitlah dengan sopan dan carilah toko lain, dengan keyakinan pasti ada yang bisa menerima produk Anda.
5. Ketahui semua prosedur, peraturan dan jadwal yang ditetapkan Cobalah untuk mengumpulkan informasi mengenai semua prosedur di toko tersebut. Pemesanan, pembuatan puchase order (PO), waktu pengiriman, tempat bongkar muatan, verifikasi surat jalan dan invoice, jadwal penagihan, jadwal pembayaran, prosedur pembayaran, penalty dan lain-lain. Termasuk diantaranya biaya-biaya yang harus dibayarkan seperti biaya pencetakan PO, meterai, listing fee, sewa rak, diskon dan lainnya.
6. Patuhi no 5 Hal ini akan menunjukkan seberapa serius kita dalam memperlakukan peritel. Ingat, bagi supplier, peritel adalah raja! Sehingga penting untuk menepati semua aturan yang ditetapkan agar tidak menghambat proses di bagian pembelian.
7. Mudah dihubungi Berikan nomor telepon atau fax yang selalu dapat dihubungi. Tuliskan nomor tersebut di nota tagihan, invoice dan surat jalan. Hal ini akan memudahkan peritel menghubungi Anda.
8. Ramahlah terhadap orang purchasing Merekalah yang memutuskan, beli lagi atau tidak dari Anda. Meski mereka dituntut untuk profesional, tapi hubungan personal membuat komunikasi antara supplier dengan peritel lebih lancar. Misal, telat kirim karena macet, atau kualitas barang ada satu yang jelek. Namun jangan jadikan hal ini suatu kebiasaan, ini kondisi kadang-kadang, kalau bisa satu kali saja. Jagalah hubungan baik dengan peritel, terutama kepercayaan staff purchasing.
Semoga nanti kalau ingat lagi, bisa ditambahkan. Atau mungkin ada yang mau menambahkan?