Menuduh Sesama Penulis

20140204-071348.jpg

Tulisan akan menemukan pembacanya sendiri.

~ Leila Claudya

Sebuah kalimat yang saya percaya benar keampuhannya. Bahwa tulisan begitu sudah kita tayangkan, ia akan ditemukan oleh pembaca yang telah memerlukannya. Entah untuk aspek manfaat, menambah wawasan, atau refreshing semata. Sehingga, tanpa diusahakan begitu ia berada di ranah publik, maka akan ada yang membacanya. Jika banyak yang suka, maka banyak yang baca. Jika sedikit yang suka, ya jarang yang baca.

Kecuali kalau kita mau membuat yang baca lebih banyak, maka perlu usaha. Promosi salah satunya. Jaman sekarang promosi bisa dengan mudah dan murah dilakukan lewat media sosial. Yang promosipun bukan pembacanya, tapi kadang penulisnya yang rajin titip link, atau satu yang salah kaprah, mengunjungi tulisan lainnya, sesama penulis, agar mereka mau berkunjung ke tulisan kita.

Menurut saya sih, hal itu boleh dilakukan, tapi saya ngga mau melakukan. Sebagai penulis, saya jadi rancu, mereka berkunjung dan komen atau vote, karena karya saya, atau karena saya? Dua hal yang berbeda,mdan susah untuk mengukur kualitas karya kita. Komen bagus karena kita komen bagus di tulisannya. Ngevote karena kita tebar vote di tulisannya.

Sebagai pembaca, ngga ada yang lebih menyiksa selain membaca karya yang kita tidak suka, baik secara selera maupun penulisannya. Apalagi kalau dasarnya karena terpaksa atau sungkan. Ngga ada kenikmataan sama sekali dengan melakukan kunjungan balasan, demi silaturahmi. Tujuannya apa, mau banyak berteman atau mendapatkan manfaat dari tulisan? Hal itu akan membedakan cara kita berinteraksi, demikian juga cara memanfaatkan waktu.

Jika tujuannya untuk berinteraksi, ya siap-siap sisihkan lebih banyak waktu untuk mampir sana sini, tebar komen dan vote sana sini, demi dikunjungi kembali. Kalau untuk menulis, waktu akan habis untuk menuliskan lagi karya lainnya, yang semoga mengalami perbaikan. Berlatih dan terus berlatih, itu kunci kesempurnaan karya.

Salah kaprah ini sebaiknya tidak diteruskan, dengan menganggap penulis harus menjajakan diri di tulisan teman-temannya, supaya mau membaca, bahkan membeli karyanya. Kalau bagus ya pasti laku lah. Kalau menarik ya pasti menyedot banyak pembaca. Sudah itu saja formulanya, kasihan kalau memaksa pembaca untuk mendatangi karya yang harus dipoles sana sini.

Belum lagi kalau setelah salah kaprah ini, diteruskan dengan tuduhan, bahwa karyanya sepi karena dia kurang gaul, mencegah proses tanya jawab antar penulis dan pembaca. Justru ini yang aneh, bukannya di media massa seperti koran, majalah atau buku deh, memang adanya one way interaction? Kenapa? Karena tidak semua pendapat berharga untuk didengarkan, karena tulisan dilepas ke masyarakat umum dengan beragam kapabilitasnya. Jadi misal seorang astronaut, karena konsep keterbukaan harus mendengarkan pendapat tentang luar angkasa dari seorang tukang becak misalnya, ya ngga nyambung.

Kalau memang penulisnya butuh masukan, ia akan meminta pada mereka yang ia tetapkan punya kualitas lebih tinggi dari karyanya. Itu sebabnya saya juga memberi masukan hanya pada mereka yang meminta, daripada dianggap sotoy. Ini soal selera, dan kadang selera yang berbeda ngasih masukannya juga ngga bisa dipakai.

Jadi stop deh mencoba memasukkan sepatu Anda ke orang lain. Belum tentu ukurannya sama. Kalaupun ukurannya sama, belum tentu modelnya cocok. Warnanya cocok. Bahannya cocok. Kalaupun cocok semua, masa’ enak sih pakai sepatu orang lain? ^_^

***
IndriHapsari
Gambar : pinterest.com/pin/310889180497394769/

38 comments

  1. Mba Indriiiii… Makasih sudah menulis ini. Hihihi. Akhir-akhir ini saya juga berpikir tentang hal ini Mba. Rajin BW karena beberapa temen rajin dateng juga. Tapi alhamdulillaahnya saya suka baca tulisan mereka juga. Kalo tulisan Mba Indri mah buat saya memperkaya wawasan dan beneran bukan karena ingin dikunjungi balik kok. Im a fan of your writings. 🙂

    • Nah, sebenarnya tulisan ini bs jd bumerang jg buat saya. ‘Oh,berarti ngga komen di tempat sy karena tulisan sy jelek ya?’ Bisa itu, bisa juga krn sy memang tidak berkunjung kesana, secara ngga bs mantengin internet terus dan menunggu2 tulisannya 😀

      Intinya jgn berlebihan deh, setiap org punya gaya sendiri2. Pun sy ngga bs menuduh yg suka blogwalking = meminta dikunjungi. Kalau model Pak Dani sy yakin ngga deh, ada model2 lain yg lebih heboh …hehehe…

      Makasih ya Pak mau mengerti ^_^

  2. aku baca ini tanpa pamrih ya, mbak..serius, ga usah dikunjungi balik gapapa kok, mbak.. 😆

    beneeerr bgt..aku juga mikirnya gitu, mbak..kalo mau interaksi dgn BW ke sana ke mari..walah..bisa2 waktuku habis cuma utk bersosialisasi aja..ya emang soal interaksi aku jd agak kuper..kurang gaul..hahahah..tapi yasudlah..cukuplah interaksi2an itu terjadi di Kompasiana jaman dulu..sekarang sudah saatnya membaca hanya yg bermanfaat utk peningkatan kualitas diri & tulisan, bukan cuma berbasa-basi mengunjungi lapak2 orang. kalo suka ama tulisannya ya ga masalah..lha kalo cuma pengen dikunjungin balik? bakal kecewa kayaknya.. 😀

    • Hihihi, iya mbak Annisa, K skrg lebih banyak utk connecting, bukan sharing. Skrg, jika penulis jarang connecting, apakah hrs disalahkan krn dia ngga gaul berakibat pd jumlah pembaca ataupun vote? Sy kira drpd sibuk hahahihi kesana kemari, mending perbaiki mutu tulisannya, dgn cara memfilter bacaan dan banyak berlatih. Trims ya mbak sdh mau mengerti 🙂

  3. untuk cuek model kayak pakdhe gt emang gak gampang ternyata. Dia mah woles aja. Mau ada yg dateng apa enggak, wkwkwk

    • Tulisan itu buah karya penulis. Mau disukai atau tidak, itu selera. Kalau banyak pertemanan dianggap kesuksesan, lo ini mau bicara karya atau penulisnya?

      Mental seorang penulis sebenarnya bs dilihat dia tetap semangat nulis dan memperbaiki karya ngga waktu karyanya sepi pembaca, apalagi apresiasi.

      Salut utk Pak Dhe. Levelnya emang beda 🙂

  4. wah, jarang sekali penulis memikirkan tulisannya dibaca karena tulisannya atau karena penulisnya…

    selama ini saya menilai karena tulisannya sih untuk bacaan2 tertentu, tetapi secara ga langsung penulis mempengaruhi minat baca juga

    • Ada dua sebab sih, karya atau penulisnya yg diminati. Utk karya tentu terkait dgn selera dan kualitas, utk penulis terkait dgn keterbukaan dan keramahannya utk kunjung sana dan sini.

      Apapun alasan kita membaca suatu tulisan, rasanya tak perlu menuduh suatu tulisan sepi krn jarang bersosialisasi. Seperti tertulis di quote, tulisan akan menemukan pembacanya. Jadi penulis ngga perlu lah jualan supaya org mau mampir di lapaknya.

      Salam 🙂

  5. salam kenal, mb.
    iya deh kadang kadang saya mikir saya ni kejam gak sih kalo temen2 saya nerbitin buku saya nya gak beli. ya habis genre nya bukan jenis buku yg biasa saya beli.

    • Salam kenal juga Mas. Hahaha, terus terang sy terjebak pd situasi yg sama, habis ditawarin mulu 🙂 Tp sy liat2 jg kondisi penulisnya, krn tulisan bagus, pasti akan menemukan pembacanya (baca : pembelinya) 🙂

  6. Mampir sini juga dari blognya Dani. Sama seperti noni. Tapi ngga minta dikunjungi balik kok. Akhir2 ini suka lebih milih gak naruh komen krn lebih enak bgitu, biar ga ada kewajiban balesin komentar yg masuk di blog sendiri. Salam kenal ya!

  7. sama dengan yang lain baca ini dr postingannya mas dani,,, salam kenal ya mbak. saya BW krn emang suka baca crita2 orang, klupun koment krn misalnya tulisannya menarik buat di komenin. kalau dapet kunjungan balik ya sukur g juga gapapa,, krn nulis dan BW asli buat haven fun klu mikir kejauhan berharap di kunjungin dan di koment trus g kesampean pasti nanti jd setress sendiri hehehhe….
    krn bener banget kata mbak, klu tulisan menarik pasti akan dibaca oleh orang lain…. makasih sharingnya ya mbak indri

  8. salam kenal mbak…. mampir setelah berkunjung ke blognya dani juga 😀
    setuju banget sm tulisanmu…
    berinteraksi di dunia blog sama seperti berinteraksi di dunia nyata ya, ada yang cocok ada yang enggak.. gak perlu dipaksakan.

  9. Aku jg dapat dari link Dani, dan aku juga tak minta dikunjungi ahahaha Mbak tulisannya bagus dan kena banget deh. Beberapa blogger yang kusuka dan rajin kunjungi nggak mengunjungi balik juga okeh saja aku tetap rajin baca tulisannya, meski kalau di beberapa blogger yang sudah dekat mau tulisannya aku suka atau biasa aja, aku tetap komen karena memang berasa teman. Aku tau satu blogger yang tulisannya keren banget tapi dia malas sosialisasi/balas komen, dan meski kolom komennya paling satu-dua, aku yakin yang baca tulisan dia banyaaak banget. Dan karena blogging buat diary sekaligus belajar nulis, aku tetap berusaha nulis karena aku suka dan bukan sekedar menulis yang bakal banyak dapat reaksi/tanggapan orang. Dan karena itu aku maklum banget sama silent reader ya. Dan soal menulis ini mbak, kalau kita nggak jadi diri sendiri dalam menulis, aduh cape deh banget ya. Aku suka analoginya ‘kalaupun cocok, masa mau sih pake sepatu orang lain?’ hihihi

    • Iya mbak Sondang, itu yg jadi keresahan saya sehingga agak menepi dr blog keroyokan, tempat sy semula bernaung. Interaksinya jd bukan krn karya, tapi penulisnya, sehingga sulit untuk mengukur pencapaian kita. Memang sih ada yang penulis = karya yang OK, yang biasa sy langgan, tapi ada juga yang maksa utk dilanggan. Ngeblog buat refreshing sm aktualisasi diri, jadi apapun yg membuat perhatian teralihkan, apalagi berantem di dunmay, lebih baik dihindari. Makasih yah Mbak 🙂

  10. Saya juga kemari dari blognya dani. Bener banget mbak, saya pernah membaca di bukunya ika natasa kalo nggak salah yg kurleb isinya bahwa menulis itu erat kaitannya dengan diri kita sendiri, privately.
    Dan tulisan ini..aku suka.

  11. Hai Mbak Indri, aku juga muncul di tulisan ini karena link dari Bang Dani. Dan saya sangat setuju dengan tulisan Mbak Indri. Semakin ke sini, semakin jarang aku share di medsos untuk link-link blogku, terutama tentang cerita personal.

  12. salam kenal mba indri, dpt link dr blog mas dani, wah tulisanya tegas dan mengena sekali mba 🙂 sy hoby blogwalking dan hampir selalu komen klo suka sama isi postinganya :p klo ga suka ya di skip aja…hehe

  13. Saya juga mampir kemari karena dari mas dani.. hehehe.. 🙂 Tulisannya bener2 menohok. hehehe.. buat saya pribadi, BW ke blog orang lain, ataupun sampai meninggalkan jejak, semata2 karena memang suka dan gak ngarepin banget orang gantian komen or sekedar “gak enak” kalo gak bales komen juga. 🙂 Pelajaran berharga buat saya untuk menulis yang lebih baik lagi, supaya pembaca bisa mampir karena menyukai apa yang saya tulis *karya-karya saya* 🙂 Makasih Mbak Indri!

    • Hahaha, Pak Dani emang juara deh! 😀
      Salam kenal mbak Evita, ini hanya sentilan saja, bagi yang sukanya tukar guling gitu. Bahkan ada aja yg mutusin pertemanan krn ngga ngasih komen atau vote di artikelnya.

      Yah, untung orang2 gini cuma dikit, banyakan sih baek2 lah, fokusnya nulis dan bagi pengetahuan di dunmay. Trims ya mbak 🙂

  14. Kalo aku satang karena blogmu ada magnetnya. Udah aku ulas banyak di blogku. Perkara nanti yang punya rumah melakukan kunjungan balasan atau tidak itu tidak masalah. Karena buat aku nulis Itu ya karena pengen nulis. Seperti kalimat bijak di awal tulisan ini biarlah tulisan itu menemukan pembacanya sendiri.
    Sekian orasi saya…..jangan lupa coblos…..eh bukan kampanye yak?

    • Hahaha, kampanye jg ngga apa mbak 🙂
      Sebenarnya blog walking jg perlu utk nambah wawasan dan menjalin persahabatan. Tp kalau sampe maksa dan jd merusak persahabatan, ih buat apa… Makasih ya mbak, maaf sy ngga sering blog walking ke siapa saja, lah blog sendiri aja ngga diurusin, suka jalan sendiri 😀 Tp kalau sempat pasti deh jalan2 ke tempat mbak, sdh dibookmark 🙂

  15. Makasih untuk bookmarknya. Kalah blog ini nggak aku bookmark Tapi otak Dah otomatis pencet huruf I di sidebar. Dan karena sering kemari maka begitu pencet huruf i alamat URL Mongol sendiri. Tinggal aja tekan enter atau go. Nyampek den dimari

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s